tirto.id - Penyakit epilepsi adalah gangguan kesehatan yang kerap diistilahkan sebagai 'ayan', yaitu ketika aktivitas sel saraf di otak terganggu, yang menyebabkan penderitanya kejang.
Epilepsy Foundation mencatat terdapat 65 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi. Penyakit ini bisa menyerang orang dari segala usia. Apakah epilepsi menular?
Dokter Jeffry Oeswadi, MARS, vice CEO SHLV mengatakan epilepsi tidak termasuk dalam penyakit menular dan bukan penyakit kutukan.
“Sebenarnya epilepsi dapat dikontrol dengan minum obat teratur serta rutin kontrol pengobatan yang baik sesuai kondisi pasien. Penyandang epilepsi juga dapat hidup dan bekerja seperti orang kebanyakan, “ kata dr. Jeffry Oeswadi.
Mengenal Apa Itu Penyakit Epilepsi
Epilepsi adalah penyakit neurologis atau terjadi gangguan pada otak. Sayangnya, serangan epilepsi seperti kejang terkadang dianggap bukan suatu penyakit.
Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut menyebabkan penderita epilepsi terlambat ditangani dan mendapat stigma negatif di masyarakat.
Dilansir dari Healthline, epilepsi adalah kelainan kronis yang menyebabkan kejang berulang tanpa penyebab yang pasti. Kejang ini adalah listrik yang tiba-tiba menyerang otak.
Ada dua jenis kejang epilepsi, yaitu kejang umum yang memengaruhi seluruh otak dan kejang fokal atau parsial yang hanya memengaruhi satu otak saja. Kejang fokal mungkin sulit dikenali, karena berlangsung beberapa detik saja.
Kejang yang lebih kuat akan menyebabkan berpengaruh pada otot yang tidak terkendali dan dapat berlangsung sampai beberapa menit. Untuk kejang yang kuat tersebut, pasien akan menjadi bingung atau kehilangan kesadaran, dan kemungkinan tidak ingat apa yang terjadi.
Tetapi kejang otot tidak selalu diindikasikan sebagai epilepsi, ada beberapa alasan lain yang bisa menyebabkan kejang, seperti demam tinggi, trauma kepala, gula darah rendah dan kecanduan alkohol.
Penyebab Epilepsi
Ada beberapa penyebab epilepsi, di antaranya, sebagaimana dilansir dari Healthline:
- Cedera otak traumatis.
- Jaringan parut di otak setelah cedera otak (epilepsi pasca-trauma).
- Penyakit serius atau demam sangat tinggi.
- Stroke, yang merupakan penyebab utama epilepsi pada orang di atas usia 35.
- Penyakit vaskular lainnya.
- Kekurangan oksigen ke otak.
- Tumor otak atau kista.
- Demensia atau penyakit Alzheimer.
- Penggunaan obat ibu, cedera pranatal, malformasi otak, atau kekurangan oksigen saat lahir.
- Penyakit menular seperti AIDS dan meningitis.
- Kelainan genetik atau perkembangan atau penyakit neurologis.
Cara Mengobati Epilepsi
Di Indonesia, dari sekitar 250 juta penduduk, terdapat 1,5 juta jiwa hingga 2,4 juta jiwa penyandang epilepsi yang memerlukan pengobatan.
Pengobatan lini pertama untuk epilepsi adalah obat anti-kejang. Obat-obatan ini membantu mengurangi frekuensi dan keparahan kejang, tetapi tidak dapat menghentikan kejang yang sudah berlangsung, dan bukan obat untuk epilepsi. Ada banyak obat anti kejang yang dijual. Dokter juga dapat meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat-obatan, tergantung pada jenis kejang yang dialami.
Healthline menulis, obat-obatan epilepsi yang umum digunakan yaitu:
- Levetiracetam (Keppra).
- Lamotrigine (Lamictal).
- Topiramate (Topamax).
- Asam valproat (Depakote).
- Carbamazepine (Tegretol).
- Ethosuximide (Zarontin).
Epilepsi berbeda untuk semua orang, tetapi kebanyakan orang membaik dengan obat anti kejang tersebut. Disarankan, orang yang menderita epilepsi harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk meresepkan obat.
Editor: Iswara N Raditya