Menuju konten utama

Epidemiolog: Diagnosis Cepat Kunci Penanganan Pasien Antraks

Epidemiolog Dicky Budiman menekankan penanganan dini antraks pada manusia bisa mengurangi fatalitas dari penyakit tersebut.

Epidemiolog: Diagnosis Cepat Kunci Penanganan Pasien Antraks
Petugas Dinas Kesehatan Gunungkidul mengambil sampel darah warga Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

tirto.id - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyatakan diagnosis yang cepat menjadi kunci penanganan antraks pada manusia. Menurutnya, penanganan dini antraks pada manusia bisa mengurangi fatalitas dari penyakit tersebut.

Dicky mengatakan banyak pasien yang tidak menyadari gejala antraks sehingga terlambat ketika didiagnosis di fasilitas pelayanan kesehatan.

“Kalau bicara dari gejala, tidak bisa langsung dikatakan antraks, ini perlu diagnosis dokter. Makannya umumnya antraks terlambat didiagnosis, apalagi minim deteksi dini karena gejalanya hampir sama ada demam, nyeri dada, sesak, lalu kayak orang ngelindur,” kata Dicky melalui keterangan suara yang diterima reporter Tirto, Senin (10/7/2023).

Menurut Dicky, antraks bisa ditangani dengan melakukan terapi menggunakan antibiotik dan vaksin yang sudah tersedia.

“Untuk terapi antraks ini, asal diagnosa yang cepat itu kata kuncinya. Jadi relatif bisa dikurangi kefatalan atau keparahannya kematiannya dengan cepat pemberian penanganan,” ujarnya.

Dicky menuturkan masyarakat tidak perlu terlalu khawatir soal antraks. Penanganan antraks di suatu wilayah bisa diperkuat dengan melakukan pencegahan.

“Dalam konteks wilayah di Yogyakarta itu, jangan khawatir hindari dengan memakai masker dan hindari berinteraksi dengan hewan mati. Dan bersihkan lantai dengan klorin enam persen itu juga bisa,” ujarnya.

Dicky juga meminta agar masyarakat tidak mengonsumsi hewan mati, apalagi diketahui hewan tersebut sudah sakit atau dipastikan terkontaminasi bakteri antraks.

Masyarakat diperbolehkan mengonsumsi daging yang didapat dari hewan sehat. Untuk mencegah penularan antraks, masyarakat diminta merebus daging selama 30 menit untuk membunuh spora antraks jika terdapat pada daging tersebut.

“Bisa saja direbus 30 menit atau disteam pakai autoclave 120 derajat selama 20 menit juga mati sporanya. Tapi namanya hewan itu sudah sakit itu tidak boleh dikonsumsi,” kata Dicky.

Kasus antraks pada manusia merebak di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan tiga orang meninggal dan puluhan warga berstatus seropositif antraks.

Baca juga artikel terkait ANTRAKS DI GUNUNGKIDUL atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan