Menuju konten utama

Ekonom Prediksi Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen

Tauhid Ahmad memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6 persen.

Ekonom Prediksi Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6 persen. Ia mempertimbangkan, kondisi perekonomian Indonesia yang masih terjaga.

"Tetap. Alasan pertama, inflasi masih terjaga rendah di mana Oktober berada pada 2,56 persen [yoy]. Kedua, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun karena inflasi tren-nya menurun di mana Oktober kemarin sebesar 3,2 persen," kata Tauhid kepada Tirto, Kamis (23/11/2023).

Senada dengan Tauhid, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, juga memproyeksikan suku bunga acuan dari BI akan tertahan pada 6 persen. Ia menyebut, depresiasi nilai tukar rupiah sudah kembali terkendali.

"Perkiraan saya BI akan menahan suku bunga acuannya. Saat ini tekanan terhadap rupiah mereda berkurang meskipun masih cukup kuat. Terlihat pada pergerakan rupiah yang menjauh dari Rp16 ribu walaupun aliran modal belum kembali masuk," kata Piter kepada Tirto.

"BI saya perkirakan akan menjaga ruang kenaikan ketika pada waktunya The Fed kembali menaikkan suku bunga," sambung dia.

Pertimbangan lain, menurut Piter, melihat kondisi perekonomian yang memerlukan support suku bunga yang tidak terlalu tinggi. Ia menilai, inflasi walaupun ada tekanan naik masih dalam range yang ditargetkan.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya. Ini lantaran berbagai pertimbangan, salah satunya karena cadangan devisa yang masih gemuk.

"Pertimbangannya terkait cadangan devisa meski menurun tapi masih gemuk, kemudian fluktuasi nilai tukar rupiah tertahan akibat tren kenaikan bunga acuan di Amerika Serikat melandai," kata dia kepada Tirto.

Dari dalam negeri, kata Bhima, surplus perdagangan masih jadi pertimbangan meskipun surplus tercapai karena impornya menurun dan disaat ekspor juga menurun.

Bhima mengatakan, surplus yang terjadi kurang berkualitas, tetapi selama neraca dagang surplus maka dianggap tidak terlalu menyedot valas. Menurutnya, Bank Indonesia perlu berhati-hati dalam menetapkan suku bunga acuan karena akan berdampak langsung ke masyarakat.

"Bank Indonesia juga perlu hati-hati soal kebijakan suku bunga karena ada kekhawatiran dampaknya mulai terasa ke pelambatan sektor riil dari mulai penjualan ritel makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga hingga kendaraan bermotor," kata dia.

Untuk diketahui, BI telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Oktober 2023. Suku bunga acuan saat ini berada pada level 6 persen. Sementara itu, suku bunga Deposit Facility juga naik di posisi 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN BI atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang