Menuju konten utama

Citibank Indonesia dan Gelombang Bank Asing Hengkang dari RI

Citibank adalah pionir: bank pertama yang memperkenalkan electronic banking, juga bank asing pertama yang memperkenalkan ATM dan kartu kredit.

Citibank Indonesia dan Gelombang Bank Asing Hengkang dari RI
Header Insider Gugurnya Bisnis Consumer Banking Citibank Indonesia. tirto.id/Fuad

tirto.id - Citibank N.A.,Indonesia (Citi Indonesia) resmi mengalihkan bisnis perbankan konsumer ke UOB Indonesia pada Sabtu (18/11/2023). Migrasi ini telah diumumkan perusahaan melalui situs resmi.

Citi Indonesia merupakan satu di antara kantor cabang Citibank N.A., anak perusahaan Citigroup, Inc., asal New York, Amerika Serikat (AS). Bisnis Citi telah menjalar nyaris di 160 negara dan yurisdiksi. Mereka menyediakan beragam produk serta layanan keuangan bagi perusahaan, pemerintah, investor, lembaga, dan individu.

CEO Citi Indonesia Batara Santuri menyampaikan bahwa keputusan untuk melepaskan bisnis perbankan ritel di Tanah Air merupakan strategi Citi untuk mengekplorasi peluang baru. Dalam hal ini Citi akan lebih fokus mengembangkan bisnis perbankan institusi di Indonesia. Sementara itu, bisnis perbankan ritel akan fokus di Amerika Utara, Hong Kong, Singapura, Inggris dan Timur Tengah.

Secara rinci, kegiatan bisnis yang ditutup Citi Indonesia meliputi kartu kredit, kredit tanpa agunan, kantor cabang ritel, layanan pengelolaan kekayaan, layanan nasabah perbankan individual, dan layanan perbankan melalui telepon.

Perlu diketahui, Citi telah mengumumkan rencananya keluar dari perbankan ritel sejumlah negara sejak 2021 lalu. Selain Indonesia, mereka juga berencana hengkang dari Australia, Bahrain, China, India, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Polandia, Rusia, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Lini bisnis konsumen Citi di Indonesia kemudian diambil alih oleh bank asal Singapura PT Bank UOB Indonesia (UOB). Grup UOB juga mengambil alih bisnis Citi di 4 negara ASEAN lainnya, yakni Thailand, Malaysia, dan Vietnam dengan nilai perjanjian SGD5 miliar atau setara Rp57 triliun (kurs Rp11.400/SGD).

Merujuk situs resminya, Grup UOB berharap bahwa akuisisi atas bisnis perbankan consumer Citi tersebut akan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan sebesar SGD1 miliar tiap tahunnya. Akuisisi ini juga diharapkan dapat membangun model bisnis dengan bauran pendapatan yang lebih luas.

Sepak Terjang Citi Indonesia

Citi Indonesia sebenarnya hengkang dengan kinerja keuangan yang cukup baik. Merujuk laporan keuangan pada kuartal III 2023, perusahaan membukukan kenaikan laba bersih hingga 46 persen secara tahunan (yoy) dengan nilai mencapai Rp1,7 triliun. Batara, dikutip dari Antara, menyampaikan capaian tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih di lini bisnis institutional banking.

Tidak hanya dari sisi pendapatan, total aset perusahaan juga tumbuh positif menyentuh Rp99 triliun atau naik 4,8 persen yoy. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kenaikan kredit yang tumbuh sebesar 11,7 persen. Selain itu, indikator likuiditas Citi Indonesia juga terjaga dengan baik. Rasio kecukupan likuiditas (LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) berada di atas ketentuan minimum dengan nilai masing-masing 265% dan 129%.

Performa tersebut tentu dicapai tidak dengan waktu singkat. Citi berdiri di Indonesia sejak 1968, atau sudah lebih dari 55 tahun. Merujuk rilis Citibank Indonesia 50 Years of Dedication for Indonesia, perusahaan pertama kali membuka layanan perbankan mereka di Jakarta hanya dengan total 15 karyawan.

Dalam perjalanannya, perusahaan beberapa kali memposisikan diri sebagai pionir. Seperti bank pertama yang memperkenalkan electronic banking, bank asing pertama yang memperkenalkan ATM dan kartu kredit.

“Pada 1986, ATM pertama di bank mana pun di Indonesia dipasang di kantor pusat Citibank di Jakarta,” tulis keterangan dalam 50 Years of Dedication for Indonesia.

Di samping itu, Citi Indonesia juga mempelopori layanan nasabah 24/7 melalui telepon. Seiring berjalannya waktu, perusahaan merambah ke bisnis ekuitas dan melakukan ekspansi di kota-kota besar di Indonesia.

Kini perusahaan mengoperasikan 9 cabang di enam kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan Denpasar. Mereka memiliki 776 lokasi jaringan distribusi korporasi di 38 provinsi.

Infografik Insider Sejarah Citi Indonesia

Infografik Insider Sejarah Citi Indonesia. tirto.id/Fuad

Tidak hanya dikenal karena kinerja perusahaan yang gemilang, Citi Indonesia juga mendapat julukan sekolah bankir terbaik.

“.. Salah satu bank legendaris. Dulu dianggap sbg sekolah bankir terbaik. Alumninya bnyk yg jd top bankers di Ri,” cuit akun akun @strategi-Bisnis dalam X pada Jumat, 17 November 2023.

Selain menduduki jabatan senior di bank-bank lokal terdepan di Indonesia, alumni bankir Citi Indonesia juga banyak yang membangun bisnis baru dan menjajak karir di pemerintahan.

Ambil contohnya Direktur Utama Superbank Tigor Siahaan dan Presiden Direktur Prudential Indonesia Michellina Triwardhany merupakan alumni Citi Indonesia. Kemudian alumninya yang menapaki kursi pemerintahan ada mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan mantan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Kemudian juga ada Jerry Ng, taipan RI yang merupakan sosok pemilik Bank Jago yang juga pernah mengasah pengalaman di Citi Indonesia. Jerry merupakan salah satu generasi pertama management associate program pada tahun 1986. Program ini memungkinkan dirinya untuk berhadapan dan belajar dari tim manajemen. Jerry bahkan dikirim ke Singapura untuk pelatihan.

Citi Indonesia percaya bahwa etos kerja, nilai perusahaan, dan budaya pengembangan diri yang kuat menjadi alasan utama mengapa para alumni perusahaan banyak ditarik bergabung ke institusi lain. Dapat dikatakan budaya kerja di Citi Indonesia secara tidak langsung membentuk industri keuangan saat ini.

Bank Lain dengan Nasib Serupa

Sejatinya, tidak hanya Citibank Indonesia yang memutuskan hengkang dari industri perbankan Tanah Air. Dua rekan sejawatnya, yaitu PT Bank Commonwealth Indonesia (PTBC) dan Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) juga akan diakuisisi pada akhir tahun ini.

PTBC diketahui telah menyambut kehadiran calon pemegang saham mayoritas baru perusahaan, yakni PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC Indonesia). OCBC Indonesia telah menandatangi perjanjian penjualan dan pembelian 99 persen saham PTBC dari Commonwealth Bank Australia (CBA), merujuk siaran pers (16/11/2023).

Estimasi nilai rencana transaksi akusisi sebesar Rp 2,2 triliun. Keputusan penjualan saham tersebut seiring dengan strategi CBA untuk menjadi lebih efisien dan lebih baik dengan berfokus pada bisnis domestik di Australia dan Selandia Baru.

Presiden Direktur PTBC mengatakan selama masa transisi, pihaknya memastikan bahwa bisnis akan terus berjalan seperti biasa, baik bagi nasabah maupun karyawan. Perusahaan juga memastikan tetap memberikan layanan perbankan berkualitas tinggi kepada nasabah PTBC.

Di sisi lain, berbeda dengan PTBC yang diambil alih mayoritas kepemilikannya, Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) melepaskan portofolio pinjaman ritel konvensional kepada Pt Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon).

Portofolio ini terdiri dari kartu kredit, kredit tanpa agunan, kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor. Pengambilalihan tersebut layaknya strategi yang dilakukan Citi Indonesia.

Merujuk reportase Antara, pelepasan portofolio tersebut akan memungkinkan SCBI untuk fokus pada penyediaan manajemen kekayaan dan deposito yang inovatif kepada nasabah prioritas. Langkah ini juga diharapkan membantu mempercepat agenda digitalisasi dan pengembangan lini bisnis perbankan korporasi dan institusional perusahaan.

Sementara itu, pihak Danamon Indonesia menyampaikan akuisisi ini bertujuan memperkuat bisnis konsumer yang merupakan penggerak utama pertumbuhan. Saat ini, pertumbuhan portofolio konsumen Danamaon tercatat naik sebesar 18 persen yoy pada tahun 2022.

Lebih lanjut, meskipun beberapa bank asing akan meninggalkan Indonesia, terutama sektor perbankan ritel, ini akan menjadi peluang bagi bank lokal. Pengunduran diri ini tentu akan menjadi berkah tersembunyi bagi bank-bank lokal yang fokus pada ekspansi kartu kredit.

Baca juga artikel terkait INSIDER atau tulisan lainnya dari Dwi Ayuningtyas & Nanda Fahriza Batubara

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dwi Ayuningtyas & Nanda Fahriza Batubara
Editor: Nuran Wibisono