Menuju konten utama

Kisah Penangkapan 42 Orang di Asrama Papua Surabaya Versi Mahasiswa

Dorli dan 41 mahasiswa Papua lainnya bertahan di Asrama hingga pukul 15.00 WIB, sebelum akhirnya mendekam di Mapolrestabes Surabaya.

Kisah Penangkapan 42 Orang di Asrama Papua Surabaya Versi Mahasiswa
(Ilustrasi) Polisi membubarkan aksi sejumlah massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Papua bersama Front Rakyat Indonesia Untuk West Papua di Jakarta, Kamis (1/12). ANTARA FOTO/Juan Ferdinand/RN/foc/16.

tirto.id - Sebanyak 42 mahasiswa Papua digelandang oleh pihak kepolisian ke Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya, dari asrama mereka di Jl. Kalasan No.10, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Kota Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu (17/8/2019).

"Kami masih di Polresta [Surabaya]. Kondisi kami masih baik-baik saja. Hanya saja ada 5 orang luka-luka. 1 terkena tembakan gas air mata di kakinya, tiga dipukul, dan bapak-bapak kena tampol di alis matanya," ujar salah satu mahasiswa yang ditangkap, Dorlince Iyowau saat dihubungi Tirto, Sabtu malam, pukul 21.30 WIB.

Semua bermula pada Jumat (16/8/2019) kemarin. Ketika itu, Dorli mengaku, tiba-tiba saja sekitar 15 anggota yang berasal dari TNI mendatangi asrama mereka. Tanpa permisi langsung menggedor gerbang asrama. Hal itu membuat kaget 15 mahasiswa, termasuk Dorli, yang berada di dalamnya.

"Kemarin sore jam 15.20 WIB. Kami kaget saat TNI mendobrak pintu disertai 'hey anjing, babi, monyet keluar lo. Kalau berani. Hadapi kami di depan'," ujarnya.

Sikap arogan TNI tersebut, menurut Dorli, ditenggarai oleh bendera merah putih milik pemerintah kota Surabaya yang terpasang di depan asrama mereka, tiba-tiba saja berada di dalam saluran air. Sementara Dorli mengaku, ia dan kawan-kawan lainya tidak tahu menahu soal hal itu.

"Karena kami tidak tahu soal itu [bendera merah putih] di dalam got. Kami minta bernegosiasi. Tapi TNI menolak," ujarnya.

"Dalam dua hari pemasangan [bendera itu] masih baik-baik saja. Munculnya permasalahan itu pada 16 Agustus kemarin tiba-tiba ada di got."

Setelah TNI tiba dan menggedor gerbang asrama mahasiswa Papua, menurut Dorli, datang lagi secara bertahap pihak Satpol PP dan organisasi masyarakat.

Menurut Dorli, ada lebih dari satu kelompok ormas. Ia hanya berhasil mengetahui salah satunya saja, diduga ormas itu berasal dari Pemuda Pancasila.

"Satu lagi saya tidak tahu. Karena semakin kami ke depan, kami dipukul mundur dengan cara dilempari dari luar. Akhirnya kami mengungsi ke dalam asrama," ujarnya.

Dalam kondisi terkepung dari segala penjuru arah itu, Dorli mengaku harus menahan lapar, begitu juga dengan belasan kawan-kawan lainnya.

Sampai pada akhirnya datanglah 27 mahasiswa Papua lainnya, yang hendak membawakan makanan untuk mereka pada Sabtu siang tadi, sekitar pukul 12.00 WIB.

Lebih lanjut, ia katakan, sekitar pukul 14.00 WIB pada Sabtu hari ini. Mahasiswa Papua di dalam asrama yang total berjumlah 42 orang itu di minta keluar.

"Pihak kepolisian, RT, RW, dan tokoh masyarakat setempat meminta kami keluar, kosongkan asrama. Kami menolak, kami bertahan karena kami merasa itu rumah kami," ujarnya.

Dorli dan 41 mahasiswa Papua lainnya bertahan hingga pukul 15.00 WIB, sebelum akhirnya mendekam di Mapolrestabes Surabaya.

"Masih dimintai keterangan, tapi sekarang sudah selesai. Hanya beberapa kawan-kawan yang perlu tanda tangan, kami sedang menanti itu. Kami dijanjikan untuk dipulangkan," ujarnya.

Terkait dengan kasus ini, Tirto sudah mencoba menghubungi Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho melalui telepon dan SMS untuk meminta konfirmasi, namun hingga berita ini diturunkan belum mendapatkan balasan.

Baca juga artikel terkait ASRAMA PAPUA DI SURABAYA atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto