tirto.id - Anggota Komisi VI DPR RI fraksi Demokrat, Herman Khaeron, meminta Perum Bulog yang ingin menargetkan penyerapan 3 juta ton setara beras tak sekadar kata-kata.
“Saya kalau berbicara persoalan Bulog selesailah, segitu-gitu saja. Bulog itu lebih banyak bluffing- bluffing-nya, lebih banyak omon-omonnya,” ungkap Herman, dalam rapat kerja bersama Menteri Perdagangan dan Direktur Perum Bulog di Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (3/3/2025).
Herman menantang Direktur Perum Bulog, Novi Helmy Prasetya, perihal target penyerapan beras 3 juta ton beras tersebut. Herman berkelakar akan push up apabila Perum Bulog berhasil mewujudkan target penyerapan beras tersebut.
“Bohong (target penyerapan) 3 juta itu, percaya saya. Buktikan, kalau terbukti saya push up 10 kalau, kalau 3 juta (ton) itu berhasil,” ungkap Herman.
Sementara itu, Novi Helmy Prasetya, melaporkan saat ini, Bulog telah menyerap 190 ribu ton setara beras sepanjang 2025. Artinya, jumlah tersebut masih jauh dari target yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, agar Bulog dapat menyerap setidaknya 3 juta ton beras hingga April 2025 mendatang.
Perintah tersebut tertuang dalam Surat Kepala Bapanas bernomor 24/TS.03.03/K/1/2025 pada tanggal 24 Januari 2025 yang diteken langsung oleh Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Hadi.
“Sampai saat ini, sudah ada sekitar 190 ribu ton,” ujar Novi.
Meski begitu, Novi tetap memastikan stok komoditas pangan tersedia dan aman untuk menyambut bulan Ramadhan. Hal ini mengingat stok beras di gudang Bulog setidaknya kurang lebih sebanyak 2 juta ton.
“Posisi stok dan sebaran komoditas pangan dalam menghadapi hari besar keagamaan nasional yaitu bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, maka Bulog menguasai stok komoditas pangan penugasan yaitu beras sejumlah 1.951.975 ton yang bertanggal 27 Februari 2025,” ungkap Novi.
Perincian dari total stok beras tersebut, 1.901.024 ton beras medium dan 50.951 ton untuk beras premium komersial. Dia menyebut stok tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang terdiri di 26 kanwil.
"[Dan] 477 kompleks pergudangan di seluruh Indonesia,” kata Novi.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama