Menuju konten utama

DPR Ingin Hepatitis Akut Segera Ditangani Agar Tak Jadi Pandemi

Perlu ada penanganan dengan deteksi dan antisipasi hepatitis akut yang serius sejak awal agar tak seperti kasus COVID-19.

DPR Ingin Hepatitis Akut Segera Ditangani Agar Tak Jadi Pandemi
Sufmi Dasco Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Selasa (11/2/2020). tirto.id/Riyan Setiawan

tirto.id - Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad meminta Kementerian Kesehatan untuk segera mencari solusi penanganan atas hepatitis akut yang saat ini kemunculannya masih misterius.

Dasco berharap dengan penanganan yang tepat dari pemerintah sejak awal bisa mencegah hepatitis akut tidak menjadi pandemi seperti COVID-19.

“Mudah-mudahan soal hepatitis ini tidak seperti Covid yang kemudian menjalar menjadi pandemi, dan kita minta kepada Kemenkes dalam hal ini untuk lebih serius menangani masalah ini," kata Sufmi Dasco, Rabu (11/4/2022).

Dasco meminta belajar dari kejadian pandemi COVID-19 yang sudah pernah menjalar ke seluruh Indonesia. Perlu ada penanganan dengan deteksi dan antisipasi yang serius sejak awal.

“Pengalaman hal seperti ini yang tidak dideteksi dini dan antisipasi bisa membuat hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Sebagai langkah serius atas penanganan hepatitis akut tersebut, Dasco akan mendorong Komisi IX DPR RI untuk segera melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan sebagai mitra kerja seusai masa reses.

“DPR akan segera masuk masa sidang, kita akan segera minta Komisi IX DPR koordinasi dengan mitranya itu, Kemenkes untuk mencari tahu sebab-sebab hal yang menimbulkan hepatitis ini,” jelasnya.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin sebelumnya melaporkan ada 15 kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau misterius di Indonesia.

Meski begitu, sejak tanggal 27 April 2022 lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).

“Tanggal 27 April itu kita sudah langsung mengeluarkan Surat Edaran agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan surveillance-monitoring [pemantauan dan pengawasan] terhadap kasus ini. Dan sampai sekarang kondisinya di Indonesia ada 15 kasus,” ungkap Budi dalam keterangan pers bersama Menteri Kabinet Indonesia Maju, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (9/5/2022).

Dia menyebut bahwa Kemenkes sudah melakukan koordinasi dan diskusi dengan Centers for Disease Control (CDC) Amerika, CDC Inggris, sehari seusai Lebaran.

Dia juga mengatakan telah dapat banyak informasi dari mereka. Kesimpulannya, belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen dapat menyebabkan penyakit hepatitis akut misterius ini.

“Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama-sama oleh Indonesia bekerja sama dengan WHO [World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia]. Juga kita bekerja sama dengan Amerika dan Inggris untuk bisa mendeteksi secara cepat penyebab penyakit ini apa,” kata Budi.

Lanjut dia, kemungkinan besar adalah Adenovirus strain atau tipe 41. Tetapi ada juga banyak kasus yang tidak ada Adenovirus tipe 41 itu.

“Jadi kita masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika untuk memastikan penyebabnya apa,” kata Budi.

Terkait ciri-cirinya seperti apa, terang Budi, biasanya kalau buang air besar (BAB) dan kemudian mulai timbul demam pada anak, segera cek Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT). Kalau sudah di atas angka 100, lebih baik anak itu dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat.

“Karena SGPT SGOT normalnya di level 30an. Kalau udah naik agak tinggi, sebaiknya di-refer [dirujuk] ke fasilitas kesehatan terdekat,” jelas Budi.

Baca juga artikel terkait HEPATITIS AKUT atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Bayu Septianto