Menuju konten utama

Donald Trump Ubah Pandangan Siapa Musuh dan Sahabat AS

Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump benar-benar mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika.

Donald Trump Ubah Pandangan Siapa Musuh dan Sahabat AS
Patung kecil berbentuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump terlihat di jendela sebuah toko baru di New York, Amerika Serikat, Senin (6/2). ANTARA FOTO/REUTERS/Shannon Stapleton.

tirto.id - Donald Trump bersumpah akan menomorsatukan Amerika lewat jargon "America first." Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump benar-benar mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika.

"Ini dunia di mana hubungan diplomasi yang sudah mapan diobrak-abrik oleh cepatnya cuitan (di Twitter)," kata Menurut kolomnis The Atlantic Jeffrey Goldberg.

Menurutnya, Trump telah membuat sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS menjadi campur aduk, tidak jelas, siapa musuh, siapa sekutu.

"Kita kini hidup di sebuah dunia di mana para pemimpin Uni Eropa berbicara tentangan ancaman nyata dari seorang presiden Amerika yang mantap membela pemimpin Rusia."

Seperti dikutip dari Antara Rabu (9/2/2017), berikut ini adalah negara yang menjadi sahabat dan musuh AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Negara-negara yang termasuk sahabat yakni Israel, Rusia, dan Inggris Raya. Ada pula yang dikategorikan negara setengah teman, antara lain Australia, Jepang, dan Jerman.

Terhadap Israel, Trump mengoreksi sikap Barack Obama terhadap Israel sebelumnya. Ia memulihkan hubungan yang lebih baik dengan sekutu abadi AS ini. Mengamini pandangan gelap Israel tentang Iran, Trump juga bertindak lebih jauh ingin memindahkan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Tapi Trump masih mengkritik aktivitas permukiman Yahudi di wilayah Palestina, kendati diam-diam memberi lampu hijau.

Sementara itu, terhadap Rusia, Trump benar-benar ingin bersahabat dengan negara yang sejak Perang Dingin, tak ada Presiden AS yang ingin berteman dengan negara tersebut. Sampai kini, alasan Trump menjalin persahabatan tersebut hanya dia yang tahu.

Ketika duta besarnya sendiri di PBB mengutuk aneksasi Krimea oleh Rusia dan usil Rusia di Ukraina timur, Trump tetap saja menyanjung Presiden Rusia Vladimir Putin dan menepis tudingan bahwa Putin bukanlah pembunuh.

Sedangkan kepada Inggris, Trump menyambut dengan suka cita keluarnya Inggris dari Uni Eropa bahkan Perdana menteri dari sekutu abadi AS ini, Theresa May, adalah pemimpin asing pertama yang mengunjungi Trump di Gedung Putih.

Belakangan, Trump dicemooh oleh rakyat Inggris karena mengeluarkan Keppres larangan imigran tujuh negara muslim masuk ke AS, bahkan ketua majelis rendah parlemen Inggris tak sudi memberikan waktu kepada Trump untuk menyampaikan pidato kehormatan di depan parlemen Inggris.

Di samping itu, ada negara-negara yang disebut Jeffrey Goldberg sebagai negara setengah teman bagi AS dibawah kepemimpinan Trump. Pertama, Australia, di mana Trump merasa kerepotan oleh warisan kebijakan Barack Obama yang menyepakati pakta dengan Australia untuk memproses 1.250 pengungsi yang berada di kamp pengungsian Australia, untuk bisa masuk ke AS. Trump sebenarnya tak mau menampung pengungsi-pengungsi itu, tetapi mengaku menghormati perjanjian Australia-AS yang ditandatangani semasa era Obama itu.

Kedua, selama kampanye presiden, Trump menuding Jepang terlalu diuntungkan dalam perdagangan dengan AS dan menuduh tidak cukup membayar upeti untuk perlindungan militer AS kepada Jepang. Setelah perdana menteri Jepang menemui Trump di Trump Tower, Jepang mendapatkan jaminan dari Menteri Pertahanan James Mattis bahwa negara ini masih dijamin 100 persen keamanannya oleh AS. Tapi komitmen ini tidak pernah keluar dari mulut Gedung Putih.

Ketiga, Trump memang menyebut bahwa dia mengagumi Kanselir Angela Merkel, tetapi dia pernah mengkritik kebijakan Merkel soal pengungsi. Merkel pernah mengatakan Eropa tak bisa lagi tergantung kepada AS pimpinan Trump. Jerman kini menjadi pemimpin barisan pembela liberalisme Barat yang dulu ikut dirancang AS.

Ada pula negara yang menjadi negara setengah musuh dan sungguh-sungguh musuh bagi AS. Negara yang masuk kategori setengah musuh ialah Meksiko dan cina. Sementara negara yang masuk dalam kategor musuh sesungguhnya antara lain Suriah, Irak, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.

Baca juga artikel terkait DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Politik
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh