tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada Kamis (7/3/2019), dia "sedikit kecewa" dengan laporan terkait aktivitas baru di pusat penelitian rudal Korea Utara dan situs roket jarak jauhnya.
Dilansir Associated Press (AP) News, militer Korea Selatan mengatakan pihaknya secara hati-hati memonitor fasilitas nuklir dan rudal Korea Utara setelah agen mata-mata mengatakan ada deteksi aktivitas baru di situs tersebut, yang mana diyakini Korea Utara membangun rudal jarak jauh yang menargetkan daratan AS.
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Choi Hyun-soo mengatakan, militer AS dan Korea Selatan berbagi keterangan atas perkembangan di situs yang berlokasi di Sanumdon, Pyongyang.
Ditanya terkait aktivitas tersebut, Trump mengungkapkan rasa kecewanya dan mengatakan waktu yang akan menentukan masa depan upaya AS untuk membuat pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menghentikan proyek nuklirnya dengan imbalan bantuan untuk sanksi yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Kami akan memberi tahu Anda dalam waktu sekitar satu tahun,” kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih.
Seorang pejabat senior AS mengatakan, terlepas dari aktivitas baru dan kegagalan KTT Trump-Kim bulan lalu di Hanoi untuk mencapai kesepakatan denuklirisasi, pemerintah masih yakin dapat mencapai dan mengimplementasikan perjanjian itu pada akhir masa jabatan presiden.
Pihak pemerintah tersebut mengatakan, AS masih berupaya untuk memastikan apa yang sebenarnya dilakukan Korea Utara dengan kegiatan baru–baru ini, pemerintah juga akan mencari klarifikasi dari Korea Utara.
Trump mengatakan, hubungannya dengan Kim tetap “baik” meskipun Trump meninggalkan negosiasi kesepakatan pada KTT minggu lalu, karena perbedaan keinginan keduanya.
Direktur Layanan Intelijen Nasional Korea Selatan, Suh Hoon, mengatakan Korea Utara sedang memulihkan fasilitas di lokasi peluncuran roket yang telah dibongkar tahun lalu tersebut sebagai upaya niat baik.
Beberapa analis berpikir aktivitas itu sebagai pertanda Kim sedang bersiap untuk melakukan lebih banyak tes, tetapi yang lain mengira itu hanya untuk melampiaskan kekecewaannya atas kesepakatan yang tidak tercapai pada KTT.
Seorang ahli proliferasi Korea Utara, Joel Wit, yang membantu bernegosiasi dengan Korea Utara pada pertengahan 1990-an, mengatakan pekerjaan baru di situ peluncuran Sohae ini untuk menunjukkan dia “menjadi tidak sabaran dengan tidak adanya kemajuan dalam negosiasi.”
“Kita harus menunggu untuk melihat apa yang terjadi berikutnya,” kata Wit.
“Ini merupakan fasilitas peluncuran luar angkasa yang telah digunakan untuk mengirim satelit ke luar angkasa tapi masalahnya adalah, beberapa teknologi yang digunakan sama,” katanya lagi.
Dia mengatakan tidak ada bukti mengenai aktivitas tersebut yang menandakan Kim sedang bersiap untuk menguji rudal antarbenua. Dia mengatakan Korea Utara tidak pernah menguji ICBM di Sohae.
“Persiapan untuk peluncuran apapun akan membutuhkan berbagai kegiatan yang tidak diamati di lokasi,” kata Wit.
Seorang anggota komite, Edward Markey, D-Mass., mengatakan dia khawatir peluncuran satelit masa depan di Sohae dapat membantu Kim melanjutkan pekerjaannya pada rudal balistik untuk mengancam AS dan sekutunya dengan serangan nuklir.
"Presiden Trump tidak pernah membuat kode secara tertulis mengenai pembekuan rudal dan uji coba nuklir Korea Utara," kata Markey.
"Tanpa perjanjian formal itu, Korea Utara mungkin mengklaim tidak melakukan kesalahan dan menggagalkan proses diplomatik yang sedang berlangsung," katanya lagi.
Trump dan Kim, belum mengatakan apakah akan ada KTT ketiga. Untuk saat ini, diskusi dengan Korea Utara akan dilakukan oleh bawahan mereka.