tirto.id - Umat Islam dituntunkan untuk melafalkan doa minta turun hujan dan melaksanakan shalat istisqa jika menghadapi musim kemarau, panas, dan kekeringan terus-menerus. Bacaan doa minta turun hujan dan tata cara shalat istisqa dapat dipahami melalui artikel ini.
Shalat istisqa adalah salat sunah muakkad dua rakaat untuk meminta turunnya hujan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Secara harfiah, istisqa berarti ‘meminta hujan’, sedangkan dalam konteks agama Islam, istisqa merupakan bentuk ibadah yang menggambarkan doa-doa dan salat yang ditujukan kepada Allah untuk memohon agar hujan turun.
Doa minta turun hujan dan shalat istisqa dapat dilaksanakan saat kemarau panjang. Shalat istisqa terdiri dari dua rakaat yang pelaksanaannya serupa dengan salat ‘ied.
Kendati demikian, terdapat beberapa perbedaan dalam tata cara khatib berkhutbah. Saat pelaksanaan shalat istisqa’, imam dan jamaah shalat juga dianjurkan untuk melafalkan doa meminta turun hujan.
Bacaan Doa Minta Turun Hujan
Bacaan doa minta turun hujan dilafalkan dengan penuh harap untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan di tengah kemarau panjang yang sedang melanda suatu wilayah.
Berikut bacaan doa minta turun hujan yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi seperti Imam As-Syafii, Abu Dawud dan perawi lainnya:
-Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan hanii an marii an (riwayat lain, murii an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan daa iman.
Artinya, "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi."
-Allaahummasqinaal ghaitsa, wa laa taj alnaa minal qaanithiin.
Artinya, "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan."
-Allaahumma inna bil ibaadi wal bilaadi wal bahaa imi wal khalqi minal balaa i wal juhdi wad dhanki maa laa nasykuu illaa ilaika.
Artinya, "Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu."
-Allaahumma anbit lanaz zar a, wa adirra lanad dhar a, wasqinaa min barakaatis samaa i, wa anbit lanaa min barakaatil ardhi.
Artinya, "Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu."
-Allaahummarfa annal jahda wal juu a wal uraa, waksyif annal balaa a maa laa yaksyifuhuu ghairuka.
Artinya, "Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu."
-Allaahumma innaa nastaghfiruka, innaka kunta ghaffaaraa, fa arsilis samaa a alainaa midraaraa.
Artinya, "Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu."
Tata Cara Shalat Istisqa
Shalat istisqa mirip dengan salat ‘ied dengan beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Baik shalat ‘ied maupun shalat istisqa dilaksanakan tanpa azan dan iqamah. Pelaksanaan shalat istisqa tanpa azan dan iqamah didasarkan pada kandungan hadis berikut:
“Dari Abu Hurairah ra (dilaporkan), bahwa dia berkata: Nabi saw pada suatu hari keluar untuk melakukan istisqa’, lalu ia salat mengimami kami dua rakaat tanpa azan dan tanpa iqamat. Kemudian ia berkhutbah dan berdoa kepada Allah, seraya menghadapkan mukanya ke arah kiblat sambil mengangkat kedua tangannya, kemudian memutar jubahnya sehingga ujung kanannya berada di sebelah kiri dan ujung kirinya berada di sebelah kanan.” [HR. Ibnu Majah dan Ahmad].
Secara ringkas, pelaksanaan salat istisqa dapat dipahami melalui dua poin berikut;
1. Salat dilaksanakan dengan dua rakaat. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
-Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca Surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan rukuk, sujud, duduk di antara sujud, dan sujud kedua seperti salat sunah lain.
-Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca Surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, dan salam.
2. Khutbah salat istisqa, yang bisa dilaksanakan sebelum atau setelah salat.
-Jumhur ulama berpendapat, khotbah lebih utama dilakukan setelah salat istisqa.
-Sebelum khutbah pertama, khatib membaca istighfar sembilan kali.
-Sebelum khutbah kedua, khatib membaca istighfar tujuh kali.
Adapun penjelasan pelaksanaan shalat istisqa secara rinci dapat diamati melalui tata cara berikut:
1. Pertama, imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk melaksanakan shalat berjamaah.
2. Imam dan makmum, tanpa didahului azan dan iqamat, berniat mendirikan shalat istisqa.
3. Setelah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali takbir pada rakaat kedua
4. Imam membaca surah al-Fatihah dan satu surah pendek secara jelas (jahr) pada setiap rakaat. Bacaan imam merupakan bacaan yang dapat didengar oleh makmum.
5. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud
6. Saat rakaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyat akhir serta membaca bacaan tahiyat, tasyahud dan shalawat seperti yang dibaca dalam shalat wajib
7. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan serta ke kiri
8. Imam menyampaikan khutbah istisqa di hadapan jamaah. Khutbah terdiri dari dua kali yang disampaikan dengan berdiri, dan sekali duduk di antara kedua khutbah.
Khutbah shalat istisqa berisi ajakan untuk bertaubat dan meminta ampun atas segala dosa. Dilanjutkan dengan memperbanyak istighfar penuh harap supaya Allah mengabulkan permohonan untuk meminta hujan.
Setiap mengakhiri khutbah, baik pertama maupun kedua, khatib disunnahkan membaca doa dengan membalikkan badan dan membelakangi jamaah untuk menghadap kiblat. Setelah itu, menukar posisi selendang sorban di pundaknya sambil mengangkat kedua tangan.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yulaika Ramadhani