tirto.id - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menanggapi sejumlah selebaran yang menyebutkan pengerahan massa bertajuk "Tamasya Al Maidah" saat pencoblosan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta pada 19 April 2017.
Menurut Djarot ia tidak mengetahui kegiatan "Tamasya Al Maidah" tersebut memang sesuai atau tidak dengan ajaran agama.
"Tanyakan pada para ulama para kyai boleh nggak seperti itu, bisa nggak agama digunakan tamasya seperti itu?," tutur Djarot di sela-sela berkampanye di Jalan V Raya Nomor 5 Bendungan Jago RT 11 RW 01 Kelurahan Utang Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2017).
Djarot mengatakan aksi seperti itu bukan sekadar berkaitan dengan Pilkada DKI 2017 namun akan berdampak pada kesatuan dan kerukunan bangsa Indonesia. Djarot berharap kegiatan apapun tidak sampai merusak keutuhan dan kebersamaan masyarakat Indonesia.
"Ancaman serius nggak kepada keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ancaman serius nggak kepada Bhineka Tunggal Ika? Ancaman serius nggak kepada ideologi Pancasila itu aja? Ancaman serius nggak terhadap Undang-undang Dasar 1945 itu, bukan kepada Pilkada saja?" tanya Djarot seperti dikutip Antara.
Dia berharap semua pihak tentu harus menjaga keutuhan NKRI dan menghindari tindakan yang dapat merusak keutuhan bangsa apalagi menyebabkan perpecahan.
Undangan kepada seluruh umat Islam bertajuk "Tamasya Al Maidah" beredar sejak pekan ini. Dalam undangan yang tersebar melalui aplikasi pesan singkat itu umat Islam diajak "bertamasya" dengan mendatangi TPS-TPS untuk melihat proses pencoblosan putaran Pilkada DKI Jakarta pada 19 April 2017.
Para peserta aksi pria disarankan mengenakan kemeja putih dan songkok hitam dan wanita menggunakan baju gamis dan hijab berwarna gelap.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH