tirto.id - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan harga eceran tertinggi (HET) beras saat ini yang telah dinaikkan akan sulit untuk dikembalikan ke harga sebelumnya.
“Memang biasanya sulit dikembalikan kalau audah sempat naik,” ucap Bayu di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog, Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024).
Kondisi penurunan HET beras dapat terjadi ketika pemerintah bisa memastikan stok beras melimpah dan dibarengi dengan keadaan panen luar biasa yakni berskala besar sehingga bisa menekan harga lebih landai.
“(Bisa turun) kecuali ada keadaan yang sangat luar biasa di mana panennya luar biasa banyak, maka supply–demand-nya bisa terjaga atau seimbang,” kata dia.
Bayu menambahkan, “Kalau dilihat data Badan Pusat Statistik pada Juni saja sudah defisit lagi. Jadi saya duga sulit untuk kembali HET-nya.”
Bayu melaporkan, stok beras pada Juni mendatang lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Hal ini juga terproyeksi oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat data produksi beras yang mulai menurun pada Juni 2024.
Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, produksi beras nasional pada April 2024 mencapai 5,53 juta ton dan pada Mei 2024 berkisar 3,19 juta ton. Namun demikian, pada Juni 2024 diperkirakan produksi beras mulai menurun menjadi hanya 2,12 juta ton.
“Dibandingkan Januari-Juni tahun ini, dibanding Januari-Juni tahun lalu itu lebih rendah,” ucap dia.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu pemerintah telah memutuskan menaikan HET beras premium maupun beras medium hingga akhir Mei 2024. Adapun untuk saat ini, HET beras premium berada di angka Rp14.900 per kilogram, sedangkan untuk beras medium berada di angka Rp12.500 per kilogram.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Abdul Aziz