Menuju konten utama

Di Tengah Ancaman Resesi, Pemulihan Ekonomi RI Diklaim Baik

Pemerintah mengklaim saat ini Indonesia sedang mengalami pemulihan yang meningkat dan merata di tengah resesi global.

Di Tengah Ancaman Resesi, Pemulihan Ekonomi RI Diklaim Baik
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) berbincang dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (kiri) sebelum mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (8/12/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/YU

tirto.id - Pemerintah mengklaim saat ini Indonesia sedang mengalami pemulihan yang meningkat dan merata di seluruh sektor di tengah resesi global. Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan masih berada di kisaran 5 persen pada 2022.

“Indonesia pertumbuhannya untuk tahun 2022 karena baru akan dipublikasi BPS (Badan Pusat Statistik) bulan Februari kira-kira masih di 5,2 hingga 5,3 persen. Itu jauh lebih tinggi dibandingkan (pertumbuhan ekonomi) dunia di 1,7 persen,” kata Sri Mulyani dalam Seminar Ekonomi Nasional GP Ansor Malang dengan tema "Ketahanan Ekonomi Nasional di Tengah Ancaman Resesi Global" yang digelar di Pendopo Kabupaten Malang, dikutip Senin (23/1/2023).

Bendahara Negara itu menuturkan kondisi tersebut tidak lepas dari peran APBN. APBN telah menjadi instrumen yang dapat diandalkan ketika menghadapi berbagai macam ancaman, seperti pandemi, harga minyak dan pangan yang melonjak.

“APBN itu menjadi instrumen yang luar biasa penting untuk menjaga Indonesia, jaga masyarakatnya, jaga ekonominya, jaga dunia usahanya. Kita tetap akan jaga faktor-faktor yang mendukung pemulihan ekonomi,” kaanya.

Konsumsi dan daya beli masyarakat, menurutnya harus terus dijaga untuk mendukung pemulihan ekonomi. APBN memberikan bantalan agar daya beli masyarakat bisa terjaga, terutama untuk masyarakat miskin dan rentan.

Pada 2022, bantuan sosial mendekati Rp460 triliun dan tahun ini naik menjadi Rp476 triliun. Ketika guncangan berasal dari harga minyak, pemerintah juga memberikan subsidi dari semula Rp152 triliun menjadi Rp555 triliun.

“Masyarakat yang paling rentan kita bantu. Bantuannya pakai PKH (Program Keluarga Harapan), sembako, bahkan kadang-kadang kita memberikan untuk anak-anaknya uang kuliah, uang beasiswa, dan berbagai bantuan kepada masyarakat yang paling rentan. Kita jaga supaya ekonomi kita yang lagi tumbuh tinggi tetap bertahan di 2023,” katanya.

Selain meningkatkan bantuan sosial, berbagai program dalam APBN digunakan juga untuk memberikan bantuan kepada UMKM, seperti melakukan restrukturisasi kredit perbankan sehingga banyak UMKM tidak perlu mencicil utangnya dulu. Selain itu, APBN juga memberikan bantuan kepada para pedagang kaki lima.

“Kita memberikan langsung cash untuk modal kerja karena memang mereka modalnya habis selama kegiatan berhenti dan kita memberikan banyak sekali selama proses penyembuhan ekonomi dan COVID ini bantuan-bantuan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan daya beli kelompok menengah yang tergerus karena harga inflasi, maka inflasi diturunkan. Salah satunya yang berasal dari kelompok makanan.

“Jadi APBN itu hadir melalui berbagai macam cara supaya kita punya ketahanan pangan. Kalau ketahanan pangan, maka harga pangan kita enggak ikut bergejolak sesuai dengan harga pangan dunia. Inflasi kita rendah, daya beli rakyat bisa terjaga,” katanya.

Baca juga artikel terkait ANCAMAN RESESI 2023 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin