tirto.id - Sejumlah mahasiswa dari Universitas Bung Karno (UBK) melakukan unjuk rasa di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (16/10/2024). Mereka seharusnya menggelar aksi di depan Gedung DPR/MPR, namun tak diizinkan oleh aparat kepolisian.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UBK, Rahman, mengatakan pihak kepolisian memblokade jalan mereka dan hanya diizinkan menggelar aksi unjuk rasa di Jalan Gerbang Pemuda.
"Ingin damai, ingin bagaimana menyampaikan pendapat di depan Gedung DPR RI, agar suara kami ini segera sampai ke depan para pimpinan-pimpinan yang ada di sana," kata Rahman kepada Tirto, di lokasi unjuk rasa, Rabu (16/10/2024).
Sempat terjadi adu mulut antara beberapa polisi dan mahasiswa karena masalah tersebut.
Para mahasiswa pun hanya bisa melakukan orasi di depan barikade polisi yang ada di bawah jembatan layang yang menghubungkan Jalan Gerbang Pemuda menuju arah Bendungan Hilir (Benhil).
Polisi pun mengalihkan lalu lintas dari arah Senayan melewati jembatan layang, menuju Semanggi atau Benhil.
Rahman mengatakan alasan polisi hanya karena kawasan Gedung DPR/MPR sudah masuk masa sterilisasi jelang pelantikan presiden dan wakil presiden pada Minggu, 20 Oktober 2024.
"Alasannya karena ini, steril, sterilisasi," ujar Rahman.
Koordinator aksi lainnya, Syahril yang merupakan Ketua BEM Fakultas Hukum UBK, mengatakan polisi beralasan sudah tidak bisa lagi melakukan aksi di depan gedung DPR.
"Bahwa gedung DPR sudah disterilkan, sehingga aksi di dalam sudah tidak bisa," kata Syahril.
Akhirnya, mereka terlihat mundur bersama dan meninggalkan tempat aksi tadi. Namun, tiba-tiba mereka menutup jalan ke arah Semanggi. Polisi pun berlarian menghampiri mereka dan terjadilah kericuhan.
"Kepolisian menghadang kami di bawah flyover. Sehingga aksi kami ini menimbulkan gejolak dari teman-teman mahasiswa yang tidak sampai ke tempat titik aksi yang di mana telah kita tentukan," ujar Rahman.
Saling dorong tak terhindarkan, baik mahasiswa maupun pihak kepolisian, saling berteriak satu sama lain.
Tak lama, massa aksi telah tertib kembali, mereka kembali melakukan orasi. Mereka menyampaikan kekecewaannya pada pihak kepolisian yang melarang melakukan aksi di depan gedung wakil rakyat.
Mereka juga membakar dua buah ban di tengah lingkaran tempat orasi berlangsung.
"Seharusnya sebagai aparat penaga hukum, mereka melindungi, mengayomi, serta mengamankan kami sebagai mahasiswa untuk menyampaikan pendapat kami secara aman," terangnya.
Dalam aksinya, mahasiswa UBK menyinggung ditetapkannya Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka yang penuh pelanggaran etika.
"Yang kami duga ada proses di mana di situ wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, secara hukum itu melanggar kode etik," jelasnya.
Selain itu, kata Rahman, mereka juga menyoroti soal Presiden terpilih, Prabowo Subianto yang telah memanggil para calon menterinya. Menurut Rahman, para calon menteri dan wakil menteri serta ketua lembaga yang telah dipilih Prabowo masih banyak yang terlibat dalam praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
"Dari beberapa di media kami lihat, banyak sekali menteri-menteri yang dipanggil oleh Prabowo itu terlibat dalam KKN," ucapnya.
Terakhir, Rahman berharap Prabowo bisa mengembalikan sistem pemerintahan di Indonesia sesuai dengan cita-cita reformasi.
"Kembalikanlah apa yang menjadi amanat sesuai undang-undang dasar, dan cita-cita reformasi tersebut. Kami percaya terhadap Pak Prabowo, memimpin Indonesia menjadi lebih baik," pungkasnya.
Sekira pukul 14.15 WIB, para mahasiswa membubarkan diri dan kembali ke motor masing-masing yang diparkirkan di depan mal Senayan Park.
Namun, saat hendak pergi, mereka dihadang oleh para anggota kepolisian lalu lintas. Mereka yang tidak memakai helm dipaksa berhenti oleh polisi. Sebagian lain yang menjadi penumpang motor dan tak membawa helm digiring naik ke atas jembatan layang.
Kembali ricuh, bahkan, kata Rahman, ada temannya yang terkena sikut polisi dengan lumayan keras dan ada yang bajunya robek karena ditarik polisi.
"Dari teman-teman yang melaporkan terhadap saya, ada beberapa teman-teman wanita yang kena sikut terhadap aparat kepolisian," tuturnya.
"Teman-teman mahasiswa yang laki-lakinya juga kena pukulan, namun tidak berbentuk luka," tambahnya.
Kemudian, ada beberapa mahasiswa yang tertahan oleh polisi karena tak pakai helm. Saat itu, kembali terjadi kericuhan antara mahasiswa dan aparat kepolisian.
Mereka, kembali saling membentak. Ada satu polisi yang terlihat mendorong seorang mahasiswa karena terus membela temannya yang sedang dimintai surat-surat oleh polisi.
Ada satu mahasiswa yang telah memakai helm namun dimintai surat-surat kelengkapan oleh polisi. Namanya Aditya, dia diberi surat tilang, dan motornya juga dibawa oleh polisi karena STNK-nya tidak sesuai dengan motor yang dibawa.
"Tapi realita terjadi di lapangan, kami mendapatkan perlakuan yang tidak kami inginkan. Kami sangat kecewa," tutur Rahman.
Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro, mengatakan sebanyak 631 personel dikerahkan untuk mengawal sejumlah aksi unjuk rasa di Jakarta Pusat, salah satunya di depan Gedung DPR RI.
"631 personil," kata Susatyo dalam keterangan tertulis, Rabu (16/10/2024).
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Bayu Septianto