tirto.id - Defisit APBN awal Januari 2021 telah menyentuh Rp45,7 triliun. Defisit ini naik 31,5 persen dibanding posisi yang sama pada tahun 2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan kenaikan defisit ini terjadi karena pandemi COVID-19 belum terjadi di awal 2020 sementara anggaran pemerintah pada awal 2021 sudah menyesuaikan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlanjut.
“Defisit APBN Rp45,7 triliun. Mungkin tidak banyak beda. Ada kenaikan Rp31 triliun. Januari tahun lalu [2020] belum mengalami COVID-19,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/2/2021).
Posisi defisit awal Januari 2021 ini masih setara 0,26 persen dari PDB. Angka ini masih di bawah batas defisit yang disepakati pemerintah dan DPR di angka 5,7 persen PDB atau setara Rp1.006,4 triliun. Meski demikian realisasi defisit Januari 2021 ini sedikit lebih tinggi dari realisasi Januari 2020 yang mencapai 0,23 persen PDB.
Defisit pada Januari 2021 ini disebabkan karena realisasi belanja negara yang lebih besar dari pendapatan. Realisasi pendapatan negara Januari 2021 baru mencapai Rp100,1 triliun atau terkontraksi 4,8 persen dari realisasi pendapatan awal tahun 2020 senilai Rp105,1 triliun.
Sementara belanja negara sudah menyentuh Rp145,8 triliun atau setara 5,7 persen dari dari target APBN. Angka ini naik 4,2 persen dari realisasi belanja negara di awal tahun 2020 senilai Rp139,9 triliun yang setara dengan 6,2 persen target APBN waktu itu.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto