Menuju konten utama

Defisit Anggaran, Kuwait Hentikan Total Subsidi Publik

Salah satu negara Teluk, Kuwait, berencana menghentikan total subsidi publik dan bantuan sosialnya sampai 2020 mendatang. Keputusan itu terkait reformasi kebijakan untuk mengatasi defisit anggaran akibat harga minyak yang rendah.

Defisit Anggaran, Kuwait Hentikan Total Subsidi Publik
Perdana Menteri Kuwait Sheikh Jaber Mubarak Al-Hamad Al-Sabah (kiri) dan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye. Antara Foto/Baek Seung-Ryeol/Yonhap via Reuters.

tirto.id - Kuwait dilaporkan akan menghentikan semua bentuk subsidi publiknya. Menurut laporan yang dipublikasikan surat kabar setempat Al-Qabas, Senin (31/10/2016), sebuah komite yang dibentuk Kementerian Keuangan untuk meninjau kebijakan itu menyatakan berencana mengurangi subsidi secara perlahan sampai berhenti total pada 2020

Di tahun fiskal ini, subsidi publik dan bantuan sosial negara itu diperkirakan mencapai tiga miliar dolar AS lebih (sekitar Rp39,1 triliun) atau kurang lebih lima persen dari proyeksi belanja, demikian dilansir Antara, Selasa (1/11/2016).

Negara kaya minyak itu sudah mencabut subsidi untuk disel dan kerosin, yang harganya disesuaikan dengan harga minyak internasional. Sementara pada September, Kuwait mencabut sebagian subsidi minyak bumi yang memicu krisis politik hingga menyebabkan pembubaran parlemen dan seruan untuk menggelar pemilu baru.

Karena itu, pemerintah mengamankan dukungan parlemen sebelum memutuskan menaikkan harga tarif listrik dan air bagi warga asing dan pelaku bisnis, yang dikecualikan untuk warga Kuwait. Namun karena menaikkan harga minyak, pemerintah setuju memberikan kompensasi kepada warga dengan menawarkan sekitar 75 liter bahan bakar gratis setiap bulan kepada setiap pengemudi.

Adapun peningkatan harga antara 40 sampai 80 persen sesuai jenis bahan bakar yang berlaku mulai 1 September itu merupakan bagian dari reformasi kebijakan untuk mengatasi defisit anggaran akibat harga minyak yang rendah.

Sebuah pernyataan setelah rapat kabinet mingguan pada Senin (1/8/2016) menyebutkan harga bensin dengan oktan rendah akan naik 41 persen menjadi 28 sen AS per liter, sementara harga bensin kelas tinggi naik 61 persen menjadi 35 sen. Kabinet Kuwait juga memutuskan untuk menaikkan harga bensin "ultra" yang ramah lingkungan sebesar 83 persen menjadi 55 sen per liter.

“Kenaikan tersebut adalah yang pertama kali untuk bensin yang disubsidi sangat besar di negara anggota OPEC itu dalam hampir dua dekade terakhir,” sebut pernyataan itu. Dengan kata lain, itu adalah kenaikan yang pertama sejak 1998.

Anggota organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) tersebut mencatatkan defisit anggaran 4,6 miliar dinar (15,3 miliar dolar AS) dalam tahun fiskal yang berakhir 31 Maret, menurut data pemerintah. Sementara itu, Kuwait kembali diproyeksikan masih mengalami defisit 29 miliar dolar AS dalam tahun fiskal ini, yang berawal 1 April.

Baca juga artikel terkait KUWAIT atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari