tirto.id - Harga jual sapi kurban mengalami peningkatan signifikan menjelang Iduladha 2022. Peningkatan harga jual ini tidak terlepas dari dampak adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK)
Sekretaris Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) DKI Jakarta, Mufti Bangkit Sanjaya mengatakan, untuk tahun ini rata-rata pedagang menjual Sapi kurban hidup berkisar antara Rp63.000 - Rp73.000/kg. Padahal tahun lalu hanya Rp58.000 - Rp63.000/kg.
"Tentu saja kalau [PMK] ini terhadap harga jual sangat berpengaruh. Karena ada kenaikan harga sangat tinggi," kata dia saat dihubungi reporter Tirto, Sabtu (4/6/2022).
Sementara, jika dihitung bobot hidup untuk sapi ukuran 250-300 kg dijual dengan harga Rp17-20 juta per ekor. Ini meningkat dari penjualan tahun lalu yang hanya sebesar Rp14-16,5 juta untuk bobot sama.
"Biasanya kalau kalangan panitia masjid koordinator kurban masjid, di perusahaan mereka butuhkan sapi 250-300 kg. Tidak terlalu besar tapi kuantiti banyak. Tahun ini minimal harus kita jual 18-20 juta," ungkapnya.
Dia menuturkan pertimbangan pedagang menaikan harga sapi kurban karena adanya proses distribusi panjang akibat adanya wabah PMK. Belum lagi ada beberapa daerah menerapkan lockdown untuk sapi-sapi bisa masuk.
"Bagi tidak terdampak PMK di zona kuning, bukan zona merah mereka melewati persyaratan cukup memakan waktu dan biaya," ungkapnya.
Misalnya, pengiriman Sapi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Jabodetabek terkendala oleh pemeriksaan surat kesehatan. Padahal Sap dari wilayah tersebut aman dari wabah PMK.
"Itu dalam proses menyebrang ke pulau Jawa. Setelah itu ada proses kewajiban karantina 14 hari untuk hewan itu, padahal mereka tidak berdampak nih," katanya.
Proses panjang itu otomatis membutuhkan biaya lebih. Mulai dari pakan hingga ongkos pengiriman menuju Jabodetabek. "Ini biaya biaya membuat harga jual tinggi," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin