Menuju konten utama

Dampak Negatif AI yang Tidak Ramah Lingkungan, Masalah Baru?

Dampak negatif AI tidak seramah yang kita kira terhadap lingkungan. Konsumsi energi tinggi dan emisi karbon dari pusat data AI bisa memperburuk krisis iklim

Dampak Negatif AI yang Tidak Ramah Lingkungan, Masalah Baru?
Ilustrasi Ai. foto/istockphoto

tirto.id - Penggunaan AI (Artificial Intelligence) kini semakin marak dan tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Hampir semua sektor telah memanfaatkan AI untuk mempermudah pekerjaan, sehingga efektivitas dan efisiensi kerja pun meningkat.

Namun, benarkah AI hanya membawa sepenuhnya manfaat? Apakah ada dampak negatif AI yang justru bisa menjadi bom waktu di masa depan?

Beberapa waktu lalu, dunia maya sempat dihebohkan oleh tren penggunaan AI untuk menghasilkan gambar bergaya Studio Ghibli, sebuah studio animasi ternama yang didirikan oleh Hayao Miyazaki. Meskipun tren ini banyak digemari dan tersebar di berbagai platform, ternyata Miyazaki sendiri menolak ide tersebut.

Dilansir dari kanal YouTube Manhattan Project for a Nuclear-Free World, dalam salah satu cuplikan videonya, Miyazaki menyatakan bahwa ia tidak tertarik dengan penggunaan AI.

Lebih jauh lagi, artikel dari Planet Detroit berjudul “AI’s Environmental Footprint: How Much Energy Does It Take to Run ChatGPT?” menyebutkan bahwa penggunaan AI secara masif dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, terutama dalam hal konsumsi energi dan air, serta peningkatan emisi karbon.

Lalu, seperti apa sebenarnya dampak negatif AI dalam kehidupan sehari-hari? Dan mengapa AI tidak ramah lingkungan? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Dampak AI Terhadap Lingkungan

 AI untuk membuat flowchart

AI untuk membuat flowchart. foto/istockphoto

Penggunaan kecerdasan buatan memang membawa kemudahan luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Dari membantu tugas-tugas rumah tangga hingga mendukung efisiensi dalam berbagai sektor industri, AI semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas manusia.

Namun, di balik manfaat tersebut, ada ironi yang menimbulkan dilema karena AI juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dalam artikel yang dirilis oleh United Nations Environment Programme (UNEP) berjudul “AI has an environmental problem. Here’s what the world can do about that” dijelaskan bahwa AI tidak hanya berfungsi untuk mempermudah kebutuhan pribadi, tetapi juga digunakan untuk berbagai aplikasi penting, seperti pemetaan lokasi pengerukan pasir ilegal, mendeteksi emisi metana dari gas rumah kaca, serta mendukung penelitian dan pengambilan keputusan dalam pelestarian lingkungan.

Meskipun kontribusi AI dalam perlindungan lingkungan patut diapresiasi, ternyata teknologi ini menyimpan dampak negatif.

Dampak negatif AI yang disebut tidak ramah lingkungan dapat dilihat dari pengoperasiannya.

Infrastruktur yang diperlukan untuk mengoperasikan AI seperti pusat data (data centers) mengonsumsi energi dalam jumlah besar, menghasilkan emisi karbon, memerlukan air untuk pendinginan, serta bergantung pada mineral langka yang ditambang dengan cara yang tidak berkelanjutan. Semua ini berdampak langsung pada lingkungan.

Apa saja dampak negatif AI terhadap lingkungan? Berikut ini adalah informasi lebih lengkap mengenai kekurangan AI yang membuatnya tidak ramah terhadap lingkungan:

1. Menghasilkan Limbah Elektronik

Ilustrasi Membeli Laptop Online
Ilustrasi Membeli Laptop Online. foto/istockphoto

Dampak negatif AI yang pertama adalah kemampuannya dalam menghasilkan limbah elektronik. Pusat data yang digunakan untuk mengoperasikan layanan AI membutuhkan banyak bahan baku. Misalnya, sebuah komputer seberat 2 kg dapat mengonsumsi hingga 800 kg bahan baku dalam proses produksinya.

Karena penggunaan AI yang terus meningkat, perangkat keras cenderung cepat usang dan perlu diganti. Hal ini berkontribusi pada peningkatan volume limbah elektronik secara signifikan.

Selain itu, komponen mikrocip pada AI umumnya terbuat dari material langka yang berasal dari inti bumi dan sering ditambang dengan cara yang merusak lingkungan. Limbah elektronik ini juga mengandung zat berbahaya seperti merkuri dan timbal, yang dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan baik.

2. Konsumsi Air yang Tinggi

Dampak negatif AI tidak hanya terbatas pada limbah elektronik, tetapi juga mencakup konsumsi air bersih dalam jumlah besar. Ini menjadi masalah serius mengingat banyak wilayah di dunia sudah mengalami krisis air bersih.

Pusat data AI memerlukan air dalam jumlah besar untuk keperluan konstruksi dan operasional, terutama untuk mendinginkan komponen listrik yang digunakan. Diperkirakan bahwa secara global, konsumsi air yang digunakan untuk mendukung infrastruktur AI setara dengan enam kali jumlah konsumsi air dari 6 juta penduduk Denmark meskipun pada saat yang sama, akses terhadap air bersih di berbagai tempat semakin langka.

3. Konsumsi Energi dan Emisi Karbon

Ilustrasi Emisi Karbon
Asap dan polusi industri kimia kota, obor industri petrokimia. (FOTO/iStockphoto)

AI juga memiliki jejak karbon yang besar akibat konsumsi energi yang tinggi yang menjadikannya sebagai dampak negatif AI lainnya.

Banyak perangkat elektronik dalam pusat data AI mengandalkan energi yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses ini menghasilkan emisi karbon yang berkontribusi terhadap efek rumah kaca dan perubahan iklim global.

Beberapa platform AI seperti ChatGPT dan asisten virtual AI lainnya dilaporkan mengonsumsi listrik hingga 10 kali lebih banyak dibandingkan pencarian Google. Di Irlandia, pusat data AI diperkirakan akan menyumbang hingga 35% dari total konsumsi energi nasional pada tahun 2026.

Dampak Negatif AI Lainnya

Ilustrasi Ai

Ilustrasi Ai. foto/istockphoto

Selain dampaknya terhadap lingkungan yang membuat AI dinilai kurang ramah lingkungan, ternyata ada pula sejumlah dampak negatif lainnya dari penggunaan AI.

Mengutip artikel dari laman Antara News berjudul “7 Dampak Negatif AI Jika Digunakan Secara Berlebihan”, setidaknya ada tujuh hal yang perlu diwaspadai. Berikut penjelasannya:

  1. Ketergantungan pada Teknologi

    Penggunaan AI secara berlebihan dapat menimbulkan ketergantungan terhadap teknologi. Hal ini berpotensi mengurangi kemampuan manusia dalam berpikir kritis dan bertindak mandiri.
  2. Peningkatan Risiko Pengangguran

    Otomatisasi yang ditawarkan oleh AI dapat menggantikan pekerjaan manusia, terutama di sektor-sektor yang mengandalkan tenaga kerja konvensional. Hal ini meningkatkan risiko pengangguran di masyarakat.
  3. Menurunnya Kreativitas dan Kemampuan Kognitif

    Kebiasaan mengandalkan AI dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan manusia untuk berpikir kreatif dan kritis, serta melemahkan fungsi kognitif.
  4. Ancaman terhadap Privasi dan Keamanan Data

    AI memiliki potensi menyimpan dan mengakses data dalam jumlah besar. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa membuka celah kebocoran data pribadi yang disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab.
  5. Bias dan Ketidakadilan dalam Informasi

    Informasi yang dihasilkan AI dapat bersifat bias, tergantung pada data pelatihan yang digunakan. Hal ini bisa memengaruhi keputusan atau prediksi yang dihasilkan AI, dan berpotensi merugikan kelompok tertentu secara diskriminatif.
  6. Menurunnya Interaksi Sosial

    Ketergantungan pada teknologi AI dapat mengurangi interaksi langsung antar manusia. Ini dapat menyebabkan seseorang merasa terisolasi, yang berdampak pada peningkatan stres dan kecemasan.
  7. Ketiadaan Tanggung Jawab Moral

    Tidak adanya entitas yang bertanggung jawab secara moral dalam penggunaan AI menjadi kekhawatiran tersendiri. Jika AI disalahgunakan, dampaknya bisa merugikan pihak tertentu dan menimbulkan masalah etika.

Meskipun AI dapat memudahkan kehidupan, penggunaannya membawa tanggung jawab besar. Oleh karena itu, kita diharapkan dapat menggunakan kecerdasan buatan ini secara lebih bijak dan bertanggung jawab.

Bijak gunakan AI untuk menghindari dampak negatif AI yang merugikan diri sendiri di masa depan.

Baca juga artikel terkait DATA SECURITY atau tulisan lainnya dari Marhamah Ika Putri

Kontributor: Marhamah Ika Putri
Penulis: Marhamah Ika Putri
Editor: Yulaika Ramadhani