tirto.id - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan pengembalian defisit APBN 2020 di kisaran 6,34 persen tidak bisa dilakukan secara cepat. Ia bilang bila defisit langsung diturunkan, maka dampaknya akan buruk bagi perekonomian.
“Kalau tiba-tiba defisitnya terlalu tajam turunnya, tidak baik bagi stabilitas makro. Itu bisa jadi pertumbuhan PDB-nya tidak tercapai seperti yang kita harapkan,” ucap Febrio dalam diskusi virtual, Kamis (4/6/2020).
Febrio mengatakan peran pemerintah pada perekonomian cukup besar. Terutama dari peran pengeluaran yang menurutnya bisa menjadi daya dorong bagi perekonomian.
Di saat pandemi menerjang, tentu pemerintah tidak bisa berharap banyak dari sisi penerimaan, tetapi di saat yang sama dituntut untuk membelanjakan lebih. Hal ini menjadi pertimbangan mengapa defisit tidak bisa langsung ditekan karena dapat memangkas secara signifikan belanja yang ada.
“Katakanlah kita tahun ini 6,34 persen, lalu tahun depan itu masih di atas 4 persen, lalu tahun depannya masih di atas 4 persen juga. Lalu kemudian setelah itu bisa di bawah 3 persen. ini kita pantau terus,” ucap Febrio.
Kendati penurunan defisit yang sudah naik tinggi menjadi 6,34 persen bakal menantang, Febrio memastikan target pemerintah mengembalikan defisit 3 persen per 2023 tetap akan dipenuhi. Pemerintah katanya bakal berupaya menurunkannya secara bertahap.
“Karena komitmennya pemerintah untuk fiskal disiplin harus tetap kita pegang. Negara sebesar Indonesia ini susah untuk menjaga stabilitas makro kalau pemerintah tidak disiplin fiskalnya,” ucap Febrio.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz