Menuju konten utama

Cuaca Sudah Direkayasa tapi Hujan Tetap Turun di Sirkuit Mandalika

Race pertama WSBK di Sirkuit Mandalika ditunda usai hujan deras turun jelang start, meski tiga ton garam sudah ditabur di atas awan sekitar Pulau Lombok.

Cuaca Sudah Direkayasa tapi Hujan Tetap Turun di Sirkuit Mandalika
Hujan deras mengguyur Pertamina Mandalika International Street Circuit jelang balapan kelas WSBK seri Indonesia 2021 di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (20/11/2021). Pelaksanaan balapan kelas WSBK ditunda sementara hingga kondisi lintasan dinilai aman untuk balapan. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/wsj.

tirto.id - Race pertama World Superbike di Sirkuit Mandalika harus ditunda setelah hujan deras turun menjelang start pada Sabtu (20/11/2021) sore.

Para pembalap telah berada di grid, bersiap-siap untuk start, namun 12 menit menjelang start, race director menunda balapan karena cuaca buruk. Panitia akan mengumumkan jadwal ulang setelah menilai kondisi di lapangan.

Padahal, rekayasa cuaca telah dilakukan untuk mencegah terjadinya hujan di area Sirkuit Mandalika. Pesawat Casa N212 TNI Angkatan Udara telah menabur tiga ton garam atau natrium klorida (NaCl) di atas awan sekitar Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

"Jadi sebelum awan itu bergeser ke areal Sirkuit Mandalika, hujannya sudah jatuh saat bertemu dengan garam yang ditabur Tim Modifikasi Cuaca TNI AU, itulah namanya rekayasa hujan," kata Komandan Resor Militer (Danrem) 162/Wira Bhakti Brigadir Jenderal TNI Ahmad Rizal Ramdhani di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Sabtu (20/11/2021) dilansir dari Antara.

Garam yang ditabur di atas awan tersebut, katanya, berbentuk kasar. Stok kebutuhan garam didapatkan dari produk lokal. Sebanyak tiga ton garam telah ditabur sejak perhelatan balap internasional itu digelar, Jumat (19/11/2021) kemarin.

Hal itu memberikan dampak perhelatan World Superbike (WSBK) 2021 di Sirkuit Mandalika berlangsung dengan kondisi cuaca panas tanpa hujan.

Baca juga artikel terkait WSBK MANDALIKA 2021

tirto.id - Otomotif
Sumber: Antara
Editor: Bayu Septianto