tirto.id - Direktur Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philip J. Vermonte memandang sulit bagi Calon Presiden 02 Prabowo Subianto memenangkan Pilpres 2019.
Meski tidak menutup kemungkinan Prabowo menyalip Calon Presiden 01 Joko Widodo dalam 5 hari terakhir, hasil survei sejumlah lembaga survei yang menyatakan jarak keduanya cukup jauh membuatnya pesimis sang mantan jenderal bisa menang.
"Mungkin, tapi berat karena sejauh yang saya catat itu selisihnya 10-15 (persen), jadi agak berat untuk mengejar," kata Philip di Senayan, Jakarta, Jumat (12/4/2019).
Dalam hasil sejumlah survei terkini, mayoritas survei memang menyatakan Jokowi memang masih perkasa di atas Prabowo.
Hasil survei SMRC menunjukkan, Joko Widodo-Ma’ruf Amin meraih elektabilitas 56,8 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37 persen. Responden menyatakan tidak tahu/rahasia sebesar 6,3 persen.
Sementara itu, Hasil survei Alvara Research Center pada 2-8 April 2019 menunjukkan, elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih mengungguli Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Jokowi-Ma'ruf tercatat unggul 13,4 persen atas lawannya di Pilpres 2019 tersebut. Elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf sebesar 52,2 persen sementara elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 38,8 persen.
Meski jauh, Phillip memandang kejar-kejaran pasti terjadi dalam politik. Ia yakin kubu 02 akan terus bekerja mengejar ketertinggalan, sementara 01 juga akan bekerja keras menjaga pemilih mereka.
Di sisi lain, tambahnya, jumlah undecided voters diyakini tidak akan membawa pengaruh signifikan dalam Pilpres 2019.
Saat ini, dalam sejumlah survei, jumlah undecided voters masih ada setidaknya 5 persen. Dalam rilis SMRC, jumlah undecided voters atau pemilih yang masih belum menentukan pilihan sebesar 6,3 persen.
Menurut SMRC, mayoritas atau sekitar 4 persen mendukung Prabowo-Sandiaga, sementara sisanya ke Jokowi-Maruf. Phillip beranggapan, besaran undecided voters tidak akan mempengaruhi walau ada jumlah survei yang undecided lebih dari 5 persen jika tidak merata. Alhasil sulit Prabowo untuk mengejar ketertinggalan.
"Kalau tidak terdistribusi merata pun misalnya ke Pak Prabowo semua itu tetap berat untuk menjaga ketertinggalan," pungkas Phillip.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Dhita Koesno