tirto.id - Hari Pahlawan diperingati saban tahun, setiap 10 November. Tujuan peringatan ini adalah mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang dalam Pertempuran Surabaya.
Meskipun kemerdekaan sudah diraih dan dinikmati hingga saat ini, generasi muda tetap harus memperingati jasa para pahlawan.
Sebagaimana ucapan Soekarno dalam salah satu pidatonya, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya."
Ada banyak cara untuk memperingati Hari Pahlawan. Tidak harus berbentuk perayaan besar, peringatan Hari Pahlawan bisa dilakukan secara simbolik. Misalnya, dengan membacakan puisi tema pahlawan di acara perayaan 10 November.
Kumpulan Contoh Puisi Hari Pahlawan
Contoh puisi pahlawan dapat dibacakan di hari-hari peringatan nasional yang berkaitan dengan momen kepahlawanan. Salah satunya adalah Hari Pahlawan, yang dikuduskan setiap 10 November.
Puisi tentang perjuangan pahlawan yang hendak dibacakan bisa mengutip dari karya sastrawan terdahulu, seperti Chairil Anwar atau W.S. Rendra. Berikut ini lebih dari 10 contoh puisi tema pahlawan:
1. Contoh puisi pahlawan "Diponegoro" karya Chairil Anwar
"Diponegoro"karya Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(1943)
2. Contoh puisi tentang perjuangan pahlawan "Karawang-Bekasi" karya Chairil Anwar
"Karawang-Bekasi"karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
(1948)
3. Puisi pahlawan "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" karya W.S. Rendra
Tuhanku,WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku,
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
(1960)
4. Contoh puisi tema pahlawan "Darahmu Darahku"
Deraian ombak merah melintas dalam kepalaKuingat cerita guru sejarah mendeskripsikan lukamu
Sebuah ikat kepala Merah-Putih bertengger di kepala
Ternoda keberanian merah membara
Mati terinjak kerumunan pejuang lainnya
Berlari tanpa takut hingga tubuh yang tersisa
Darahmu adalah darahku, wahai pahlawanku
Kuingat kisah tentang penembakan-penembakan itu
Dari udara melesat sesuatu yang tak terduga
Kau pasang badan layaknya cangkang kura-kura
Kau pegang yang belum meledak, sampai berurai air mata
Hidupmu tak sia-sia
Darahmu adalah darahku juga
Ku tanam jelas di kepala pengorbanan yang tak terkira
Nyawamu hilang tubuh melayang
Ledakan hilang jiwamu terbang
Darahmu mengalir darahku terisi
Jangan bilang kau mati, kau masih ada di sini
Di dalam nadi kami
5. Contoh puisi pahlawan "Perjuangan Demi Negeri"
Kompolotan penjajah berlagak dengan dada bidangBerjalan seakan dia akan menang
Ku lihat samping, kiri, lalu ke kanan
Ternyata di sekitar ada seorang pejuang
Ia lantunkan merdeka, sambil teriak bak tengah terinjak tulang
Merah-Putih-Biru, dirobekkan bagian birunya
Kulihat sosok pejuang, rela mati demi negerinya
Masuk ke barisan orang putih tinggi, ia tak kenal namanya mati
Menusuk satu-satu dengan belati, tak kunjung pulang ia sendiri
Ditendang kepala, pahlawanku menusuk
Ditendang kaki, badan musuh terburai
Larimu hebat, bak singa menerkam kumpulan angsa terbang
Hidupmu memang tak pasti tapi bermakna bagi negeri
Kau jatuh dari langit, tapi sampai ke bumi pertiwi
Itulah, bentuk perjuanganmu demi kami
6. Contoh puisi Hari Pahlawan "Tauladan Bumi Pertiwi"
Tanah air, diinjak tak karuanKau bela layaknya hidup sudah memiliki tujuan
Lantas, dimanakah letak kau berperan?
Hinggap di tubuh, mengalir ke kepala
Berlarian tak juga, maju terus tangan pisau menuju ke kepala
Tertembak mati, ku tak bisa melihat nyatanya
Sejarah yang abadi, tauladan keberanian jawabannya
Hidupmu berarti, tepi jurang jadi genggamannya
Merdeka atau mati, itu yang ingin diketahuinya
Tauladan penuh arti, bumi pertiwi tahu tangisnya
Senangku di sisi melihat mereka berjuang semestinya
Tak kusangka dirimu pergi
Hidupku bangun di saat ini
Tauladanku dalam bernegeri
Tolong semangatkan jiwa kami
Tauladanku pahlawan bumi pertiwi
Jangan lemahkan hati kami
Tauladan bumi pertiwi
Berikan kami ujung belati
Menghunus segala zaman yang dikata ngeri
Demi kebaikan dan pembangunan NKRI
7. Contoh puisi pahlawan “Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari” karya Sitor Situmorang
Sederhana dan murniImpian remaja
Hikmah kehidupan
berNusa
berBangsa
berBahasa
Kewajaran napas
Dan degub jantung
Keserasian beralam
Dan bertujuan
Lama didambakan
Menjadi kenyataan
Wajar, bebas
Seperti embun
Seperti sinar matahari
Menerangi bumi
Di hari pagi
Kemanusiaan
Indonesia merdeka
17 Agustus 1945
8. Contoh puisi pahlawan "Gugur" karya W.S. Rendra
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya.
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya.
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
“Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa.
Orang tua itu kembali berkata:
“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
“Alangkah gembur tanah di sini!
Hari pun lengkap malam
ketika ia menutup matanya
9. Contoh puisi tema pahlawan "Grilya" karya W.S. Rendra
Tubuh biruTatapan mata biru
Lelaki berguling di jalan
Angin tergantung
Terkecap pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling di jalan
Dengan tujuh lubang pelor
Diketuk gerbang langit
Dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
Dengan sayur-mayur di punggung
Melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis
Dan duka daun wortel
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki berguling di jalan
Orang-orang kampung mengenalnya
Anak janda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya
Tubuh biru tatapan mata biru
Lelaki berguling di jalan
Lewat gardu
Belanda dengan berani
Berlindung warna malam
Sendiri masuk kota Ingin ikut ngubur ibunya
10. Contoh puisi pahlawan "Lasykar arek Suroboyo" karya Luthfi Rachman
Lasykar arek Suroboyodatang dari front utara
sebelum berangkat jihad
hatinya menyimpan mutiara di
rumah mertua
ia yang kehilangan cium anak
bininya
sekarang langit merah membakar
hatinya menapak teguh
tekadnya telah terpadu
Dengan teriak lantang senja
penghabisan
ia meloncat ke atas dinding motor
tang
ia menyebut kemudian menghentak
berdentang
meledaklah granat nanas di genggamannya
bumi pecah dahsat
tangan-tangan menggapai kemudian
kejang
Lasykar arek Suroboyo
telah rebah bersama heningnya bumi
tercinta
aspal kebon rojo depan kantor pos
kota
bersimbah darah mengental hitam
beku
Senja itu berat tersenyum ramah
suara adzan dan takbir menyentuh
dalamnya taukhid
mendesis deras menembus kabut
putih
ia telah menghadap dalam kesucianMu
Saat itu
bibirnya yang pucat tipis kemudian
bergetar
pertanda salam harapnya mengantar
kerinduan
untuk anak bini dan semua yang bakal
lahir
adalah senyum kemerdekaan dan
kebebasan
dalam kepasrahan atas diri-Mu
11. Contoh puisi Hari Pahlawan "Pahlawan Tak Dikenal" karya Toto Sudarto
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujanpun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.
(1953)
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Fadli Nasrudin