tirto.id - Kabar penangkapan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief karena kasus narkoba memicu keriuhan di lini masa media sosial, Senin (4/3/2019), hari ini. Foto Andi setelah ditangkap polisi di Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat, bersliweran di unggahan sejumlah politikus.
Kabareskrim Polri Komjen Idham Azis membenarkan kabar tersebut. Andi diduga mengonsumsi sabu-sabu. Polisi pun menyita alat penghisap sabu milik Andi.
Andi selama ini tersohor sebagai politikus Demokrat yang rajin mengumbar twit kontroversial untuk menyerang lawan-lawan politik partainya. Tak heran, akun media sosial milik mereka yang pernah berpolemik dengan Andi pun segera mengomentari kabar penangkapan politikus itu.
Akun twitter Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli mengunggah foto Andi sedang duduk dekat tumpukan kardus di balik terali besi, pada Senin sore (4/3/2019).
"Koalisi Kardus, Koalisi Hoax, Koalisi Narkoba," begitu cibiran Guntur di twitnya. Dia juga menulis dalam twitnya, "Bung AA jangan dimakan kardus2nya."
Di Twit lain, berisi tautan link berita soal Andi yang pernah mengancam akan menggeruduk rumahnya, Guntur menulis, "Saya tunggu2 si Andi Arief ini, kok pake bongkar2 toilet dgn masuk sel dulu & tidur bareng kardus2 ya." Twit itu dilengkapi foto toilet yang dibongkar.
Sindiran Guntur soal “koalisi kardus” menyinggung twit Andi yang menghebohkan ketika menuding Prabowo Subianto memilih Sandiaga sebagai cawapres karena menerima mahar. Sebelum Andi melempar tuduhan itu, Demokrat sempat berharap Prabowo memilih Agus Harimurti Yudhoyono.
"Prabowo ternyata kardus. Malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahkan, keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," tulis Andi Arief melalui akun Twitter-nya, Rabu (8/8/2018).
Guntur juga pernah bersitegang dengan salah satu aktivis korban penculikan jelang reformasi 1998 itu usai PSI memberikan “Kebohongan Award” untuk Andi Arief dan Prabowo-Sandiaga. Salah satu alasan PSI menuding Andi berbohong karena ia mengunggah twit hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos.
Andi berang dengan langkah PSI itu. Melalui kuasa hukumnya, Haida Quartina, Andi melaporkan PSI ke Bareskrim Polri atas tuduhan pencemaran nama baik, 9 Januari lalu. Sebelumnya, Andi mengunggah twit berisi ancaman menggeruduk politikus dari kubu Jokowi, termasuk Guntur.
"Besok, saya akan laporkan ke Bareskrim para pemfitnah: Arya Sinulingga, anak buah Hari Tanoe; Hasto, Sekjen PDIP; Ali Ngabalin; Guntur Romli; PSI; dan tim TKN," tulis Andi Arief lewat akun Twitter @AndiArief_, Minggu (6/1/2019).
"Saya akan geruduk juga dengan baik-baik rumah mereka untuk saya jemput memudahkan tugas polisi. Saya sudah buat tim," tambahnya.
Komentar Budiman & Misbakhun, Lawan Sekaligus Teman
Tak lama usai tersiar kabar Andi ditangkap polisi karena narkoba, politikus PDIP sekaligus eks “kamerad” Andi Arief saat melawan Orde Baru, Budiman Sudjatmiko mengunggah sejumlah komentar di akun twitternya.
"Apa sih nikmatnya narkoba, ndi? Bukankah lbh nikmat berdiskusi ide2 besar buah pikir orang2 besar & KITA SENDIRI serta mewujudkannya dlm masyarakat? Kamu sdh memilih jalanmu dgn memilih jenis teman macam apa di sekitarmu. Sedih & moga2 tuduhan itu tdk benar," tulis Budiman dalam twitnya, Rabu sore.
"Bukan berujung begini saat 25 tahun lalu kita berdebat di kost2an di Sendowo UGM, saat kita merencanakan banyak hal besar u/ Indonesia kan? Aku berusaha tetap di jalanku, tp kamu memilih teman2 yg tak pernah bertaruh nyawa bersamamu,” komentar Budiman di twit lainnya.
Budiman dan Andi pernah sama-sama kuliah di UGM dan bergerak melawan Orde Baru saat aktif di Partai Rakyat Demokratik (PRD). Andi pernah menjadi ketua Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), underbow PRD. Sedangkan Budiman didapuk sebagai Ketua Umum PRD.
Di kemudian hari, Budiman dan Andi berkarier di partai berbeda dan kerap berseberangan. Dua mantan aktivis mahasiswa itu sejak lama rajin “twitwar” dan saling tuding, salah satunya ihwal penculikan aktivis.
Andi pernah mengunggah twit pada 2015, yang menuduh Budiman menganggap mereka yang diculik dan dibunuh “amatiran.” Tak cuma itu, pada 2017, ia menuding Budiman mengalami demoralisasi saat dipenjara oleh rezim Orde Baru.
Andi bahkan pernah menulis twit saat berdebat dengan Budiman di media sosial pada 2017, berbunyi, "Perlu kau ketahui, aku diculik terakhir, dan saat itu gerakan sudah membesar. Kau enak2 di penjara buntingi anak orang."
Twit itu membalas unggahan Budiman, yang bertanya kepada Andi, "Jawab dulu: Mei 98 kau diculik atau kau membongkar basis2 pengorganisasian kampung2 kota di Jkt ke penculikmu utk digerakkan dlm rasisme?"
Komentar keras Budiman tersebut menjawab twit Andi yang menyindirnya dengan kalimat, "Kapan kau mendidikku, kau itu ketua PRD kebetulan, dan kebetulan masuk penjara bukan karena aktifitas rebolusioner [revolusioner-red]."
Sedangkan politikus Golkar yang belakangan berpolemik dengan Andi, Misbakhun berkomentar soal kasus yang kini membelit lawannya itu dengan kesan simpatik.
"Semoga sahabat saya @AndiArief__ tetap kuat dalam cobaan. Saya yakin AA tetap kuat dalam cobaan. Saya yakin AA klakan kuat dan bisa melewati ujian hidup ini karena dia dikenal sebagai seorang aktivis tangguh dan punya pengalaman yg jarang dimiliki oleh aktivis lain," tulisnya di twitter.
Polemik mereka sebenarnya sudah terjadi sejak 2010. Kala itu keduanya saling serang terkait kasus Century. Polemik di antara keduanya terus terjadi dan terakhir menyangkut kritik Misbakhun terhadap pidato Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) soal rekomendasi untuk presiden pemenang Pilpres 2019.
"Apa yang disampaikan AHY terkesan menggurui, karena AHY masih minim pengalaman di bidang politik dan pemerintahannya," kata Misbakhun, Sabtu (2/3/2019) seperti dikutip Antara.
Lagi-lagi, lewat akun twitternya, Andi mengomentari berita pernyataan Misbakhun itu dengan menulis, "Baru di jaman edan ini ada Pengurus Partai mau ikut ngatur Partai lain."
Editor: Mufti Sholih