tirto.id - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Arief menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus karena diduga memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019.
“Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan [rumah SBY]. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus,” ungkap Arief dalam akun Twitter-nya, Rabu (7/8/2018).
Arief mengungkapkan bahwa Prabowo terlalu cepat berubah dalam mengambil keputusan, padahal kemarin dia baru saja bertemu dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Jenderal kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS,” tulis dia.
Arief menyatakan, Partai Demokrat tidak mengalami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. “Ini bukan DNA kami,” tambah Arief.
Saat dikonfirmasi, Andi Arief justru menuding Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno membayar PKS, PAN dan Gerindra sebesar Rp500 miliar untuk mendapatkan jatah cawapres pendamping Prabowo."Di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 miliar menjadi pilihannya untuk cawapres," kata Andi saat dihubungi, Rabu (8/8/2018) malam.
Atas hal itu, Andi menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus dan menyatakan Demokrat tidak lagi bersedia berkoalisi dengan PKS, PAN dan Gerindra di Pilpres 2019.
"Baru tadi malam Prabowo datang dengan semangat perjuangan. hanya hitungan jam dia berubah sikap karena uang. Besar kemungkinan kami akan tinggallkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang masuk lumpur politik PAN, PKS dan Gerindra," kata Andi.
Mengenai hal ini, Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani membantah kabar Sandiaga membayar Rp500 miliar untuk posisi cawapres. "Enggak ada. Itu kata Andi Arief saja," kata Muzani, di Rumah Prabowo, Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018) malam.
Muzani juga menyatakan koalisi Gerindra dengan Demokrat masih mungkin terjalin. "Itu kan bukan Pak SBY yang bilang," kata dia.
Meskipun begitu, Muzani mengakui jika nama Sandiaga masuk dalam nominasi cawapres Prabowo. "Sampai tadi pagi ada dua nama. Sandiaga dan AHY. Malam ini kami putuskan," kata Muzani.
Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaakan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghatgai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.
— andi arief (@AndiArief__) August 8, 2018