tirto.id - Cerita rakyat yang ada di Sumatera Selatan menyimpan beragam kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan pesan moral yang berharga.
Setiap cerita yang diwariskan turun-temurun mengandung nilai kehidupan, seperti kerja keras, kejujuran, dan rasa hormat terhadap sesama.
Lantas, apa saja cerita rakyat sumatera selatan?
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan warisan budaya, tradisi, dan kearifan lokal.
Budaya di daerah ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti seni tari, musik, kuliner, serta adat istiadat yang masih dijaga hingga kini.
Salah satu bentuk warisan budaya yang tak lekang oleh waktu adalah cerita rakyat, yang menjadi cerminan nilai-nilai luhur masyarakat Sumatera Selatan.
Apa saja cerita rakyat dari Sumatera Selatan?
Beberapa cerita rakyat dari Sumatera Selatan yang terkenal antara lain Si Pahit Lidah, yang bercerita tentang seorang pria sakti yang ucapannya bisa menjadi kenyataan.
Ada juga Legenda Putri Kembang Dadar, kisah seorang putri cantik yang dikutuk menjadi bunga.
Kisah-kisah ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengandung pesan moral tentang kebijaksanaan, kesabaran, dan pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam.
Berikut ini kumpulan cerita rakyat dari Sumatera Selatan beserta pesan moralnya:
1. Raden Keling
Raden Keling merupakan salah satu cerita rakyat dari Sumatera Selatan. Kisah bermula saat Raden Keling bersama kedua saudaranya, Raden Kuning dan Hitam Manis, memulai perjalanan untuk mencari calon istri atas perintah sang ayah.Mereka tiba di kota Tukang Pantunan dan bertemu dengan Ratu Agung yang menawarkan putrinya, Sinaran Bulan, untuk dinikahi oleh Raden Kuning. Namun, syarat yang diajukan cukup berat, yaitu emas dan permata segantang. Raden Kuning yang tak sabar segera menerima syarat tersebut.
Sayangnya, setelah berhasil mendapatkan Sinaran Bulan, Raden Kuning dan Raden Keling terjerumus dalam perjudian di kota Pinang Berlapis. Mereka kehilangan seluruh harta yang telah dikumpulkan. Karena malu dan takut, mereka pun melarikan diri ke hutan, meninggalkan segalanya.
Di hutan, mereka menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Dengan tekad yang kuat, mereka terus berusaha mencari jalan keluar hingga akhirnya kembali ke kota Tukang Pantunan dengan kondisi yang lebih baik. Melalui berbagai pengalaman pahit, mereka belajar pentingnya kehati-hatian dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Di kota Tukang Pantunan, Raden Keling mulai membangun kembali kepercayaan dirinya dan belajar dari kesalahan masa lalu. Ia mulai bekerja keras untuk mengumpulkan harta yang hilang dan berusaha menebus kesalahan yang telah dilakukan. Sementara itu, Raden Kuning juga menyadari bahwa kesabaran dan ketekunan sangat penting dalam hidup.
Setelah mengalami berbagai peristiwa, Raden Keling akhirnya mendapatkan kembali kepercayaan dari keluarga dan masyarakat. Ia menjadi sosok yang dihormati dan dijadikan teladan bagi banyak orang. Kejadian ini mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan.
Pesan moral dari cerita rakyat Sumatera Selatan Raden Keling adalah kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi rintangan akan membuahkan hasil yang baik.
Pesan moral lainnya adalah pentingnya menjaga kepercayaan diri dan bekerja keras untuk mencapai tujuan.
Meskipun menghadapi kegagalan dan kesulitan, jika kita terus berusaha dan tidak menyerah, kita akan mampu memperoleh kembali apa yang telah hilang, bahkan lebih berharga dari sebelumnya.
ebuah perjalanan panjang dan penuh pelajaran akan membawa hasil yang lebih memuaskan daripada keberhasilan instan yang diperoleh tanpa perjuangan.
Dengan demikian, kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak cepat menyerah dalam menghadapi tantangan hidup dan selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
2. Manis Jangan Mudah Ditelan
Cerita rakyat Sumatera Selatan ini menceritakan tentang seorang pemuda yang sedang berjalan melalui hutan. Ketika ia merasa lapar dan haus, ia menemukan sebuah buah yang tampak sangat lezat dan menggoda.Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk memakannya, terbuai oleh penampilannya yang sempurna. Namun, tak lama setelah ia memakannya, pemuda tersebut merasa sakit parah dan jatuh pingsan. Ternyata, buah yang ia makan itu beracun, dan akibat kelalaiannya, ia terpaksa merasakan akibat buruknya.
Ketika pemuda itu pulih, penduduk desa memberinya nasihat untuk selalu berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, terutama mengenai hal-hal yang tidak dikenalnya.
Mereka mengajarkan bahwa tidak semua yang tampak baik dan menggoda itu benar-benar baik untuk kita. Sikap ceroboh dapat membawa dampak yang buruk, seperti yang dialami oleh pemuda tersebut.
Pemuda itu akhirnya sadar dan belajar dari kesalahannya. Ia mulai memahami bahwa dalam hidup, kita harus selalu berpikir matang sebelum bertindak.
Sebagai langkah untuk memperbaiki dirinya, ia memutuskan untuk menanam pohon buah yang aman untuk dikonsumsi, agar tidak hanya dirinya, tetapi juga seluruh penduduk desa dapat menikmati buah yang sehat dan bergizi. Dengan usaha keras dan ketekunan, ia akhirnya berhasil memiliki kebun buah yang bermanfaat bagi banyak orang.
Dari kejadian ini, masyarakat desa pun belajar untuk lebih berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam membuat keputusan. Mereka sadar bahwa godaan sering kali datang dalam berbagai bentuk, dan hanya dengan kebijaksanaan kita bisa menghadapinya dengan benar.
Pesan moral dari cerita Manis Jangan Mudah Ditelan adalah jangan mudah tergoda oleh hal-hal yang tampak menggiurkan tanpa mengetahui kebenarannya. Sikap hati-hati dan bijak sangat penting dalam menjalani hidup.
Selain pesan moral utama tentang kehati-hatian, cerita rakyat asal Sumatera Selata ini juga mengajarkan pentingnya belajar dari kesalahan dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Pemuda tersebut menunjukkan bahwa melalui ketekunan dan usaha keras, kita bisa memperbaiki kesalahan dan memberikan manfaat bagi orang lain.
Cerita ini juga mengingatkan kita untuk selalu berpikir matang sebelum bertindak, menjaga keseimbangan antara keinginan dan kebijaksanaan, serta memiliki keberanian untuk berubah dan bertanggung jawab atas tindakan kita.
Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil harus didasari oleh pertimbangan yang bijak dan hati-hati.
3. Si Pahit Lidah
Cerita rakyat Sumatera Selatan ini mengisahkan tentang Si Pahit Lidah, seorang pria sakti yang memiliki kemampuan luar biasa. Setiap kata yang diucapkannya dapat menjadi kenyataan. Kemampuan ini awalnya membuatnya merasa sangat kuat dan hebat.Namun, kesombongan dan ketidakhati-hatiannya dalam menggunakan kata-kata membawa bencana. Banyak orang yang menjadi korban perkataannya yang ceroboh, bahkan beberapa di antaranya berubah menjadi batu, tanpa bisa kembali seperti semula.
Suatu hari, setelah melihat banyaknya penderitaan yang diakibatkan oleh kata-katanya, Si Pahit Lidah mulai menyadari kesalahannya. Ia merasa menyesal dan ingin memperbaiki segala kerusakan yang telah ia timbulkan.
Dengan tekad yang kuat, ia berusaha mencari cara untuk menebus kesalahannya dengan melakukan perbuatan baik kepada orang-orang yang telah dirugikan.
Dalam pencariannya, ia bertemu dengan seorang pertapa sakti yang mengajarinya cara mengendalikan kata-katanya dan bijaksana dalam berbicara.
Perjalanan panjang yang ditempuh Si Pahit Lidah mengajarkannya banyak hal tentang kekuatan yang dimilikinya. Ia belajar bahwa setiap kelebihan yang diberikan harus digunakan dengan hati-hati dan bijaksana.
Setelah bertobat dan memperbaiki sikapnya, Si Pahit Lidah kembali ke masyarakat dengan hati yang tulus. Ia tidak hanya mengubah perkataannya, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain.
Sejak itu, Si Pahit Lidah dikenal sebagai orang yang berhati-hati dalam berbicara, dan masyarakat pun memaafkannya. Ia menjadi panutan bagi banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan moral dari cerita ini adalah setiap kelebihan harus digunakan dengan bijak agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Keberanian untuk mengubah diri dan memperbaiki kesalahan merupakan langkah penting menuju kehidupan yang lebih baik.
Cerita rakyat dari Sumatera Selatan ini juga mengajarkan bahwa kesadaran akan dampak dari tindakan kita dan keberanian untuk berubah adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Si Pahit Lidah belajar bahwa setiap kelebihan yang dimiliki harus digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab, agar tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Perubahan yang dimulai dari dalam diri dan usaha untuk memperbaiki kesalahan dapat membawa kita menuju kedewasaan dan menjadi teladan yang dihormati oleh masyarakat.
Baju Adat Aesan Gede. wikimedia/ Gunkarta
4. Antu Banyu Cerita rakyat Sumatera Selatan ini mengisahkan tentang Antu Banyu, roh air yang menghantui penduduk di sekitar sungai. Konon, roh ini sering menampakkan dirinya di malam hari, menyebabkan banyak orang ketakutan untuk pergi ke sungai sendirian.
Tak hanya itu, siapa saja yang berani mendekat sering kali merasakan hawa dingin yang mencekam atau mendengar suara aneh yang mengganggu. Masyarakat pun merasa terancam dan memilih untuk menghindari sungai tersebut.
Namun, seorang pemuda pemberani bernama Saman tidak takut dengan cerita tentang roh itu. Dengan bekal doa dan tekad yang kuat, Saman memutuskan untuk menghadapinya.
Ia tahu bahwa untuk mengusir Antu Banyu, ia harus menunjukkan keberanian dan kecerdikan. Saman berusaha mencari cara untuk menghadapi roh tersebut, mengumpulkan pengetahuan dari orang-orang tua dan mengatur strategi untuk pertarungan yang tak terelakkan.
Pertarungan antara Saman dan Antu Banyu berlangsung lama dan penuh ketegangan. Namun, berkat keteguhan hati, keberanian, dan kecerdikannya, Saman berhasil mengusir roh jahat itu dari sungai.
Setelah pertarungan tersebut, Antu Banyu tidak pernah lagi menampakkan dirinya, dan sungai kembali aman untuk digunakan oleh penduduk desa. Masyarakat pun merasa lega dan kembali melakukan aktivitas mereka di sungai tanpa rasa takut.
Pesan moral yang terkandung dalam kisah ini adalah bahwa keberanian dan kecerdikan dapat mengatasi segala ketakutan. Dengan sikap berani dan tidak mudah menyerah, kita dapat menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
Selain itu, cerita ini juga mengajarkan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam sekitar agar hidup kita lebih aman dan sejahtera.
5. Asal Usul Harimau Tidak Mau Memakan Orang Rambang
Cerita rakyat asal Sumatera Selatan ini menceritakan tentang sebuah desa yang dikelilingi hutan lebat. Setiap hari, penduduk desa pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan buah-buahan, namun sering kali ada anggota keluarga yang tidak kembali.Kejadian ini membuat warga desa cemas dan bingung, karena tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah dilakukan penyelidikan, terungkaplah bahwa penyebabnya adalah seekor harimau ganas yang kerap memangsa penduduk desa.
Menyadari bahaya yang mengancam, Adipati Ratu, pemimpin desa, mengambil tindakan tegas. Ia mengumpulkan warga dan memutuskan untuk menghadapi harimau tersebut. Dengan keberanian luar biasa, Adipati Ratu menantang harimau dalam sebuah pertarungan yang berlangsung berhari-hari.
Dalam upaya untuk menyelamatkan warganya, Adipati Ratu memberikan tawaran kepada harimau: ia bersedia menjadi korban, asalkan harimau berhenti memangsa penduduk desa.
Setelah bertarung dengan sengit, harimau akhirnya menerima tawaran Adipati Ratu. Namun, ketika harimau mencoba memangsa Adipati Ratu, ia selalu gagal.
Adipati Ratu kemudian membuat kesepakatan dengan harimau: ia berjanji untuk tidak lagi memangsa orang yang berasal dari keturunan Rambang dan setia mengikuti perintah Adipati Ratu.
Sejak saat itu, harimau menjaga desa dan menghindari manusia, membawa kedamaian dan keamanan bagi masyarakat.
Pesan moral yang terkandung dalam cerita ini adalah pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam. Dengan saling menghargai dan memahami peran masing-masing, manusia dan alam dapat hidup berdampingan dengan damai, untuk keberlangsungan hidup bersama.
Selain itu, cerita rakyat asal Sumatera Selatan ini juga mengajarkan bahwa dalam menghadapi tantangan, penting untuk mencari solusi yang adil dan saling menguntungkan.
Adipati Ratu menunjukkan bahwa dengan bijak dan penuh pengertian, kita dapat menciptakan perdamaian antara manusia dan alam.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa keharmonisan tidak hanya tercipta dengan kekuatan, tetapi juga dengan sikap saling menghormati dan memahami peran masing-masing dalam menjaga keseimbangan kehidupan.
Sebuah 'speedboat putri kembang dadar' melintas di depan pagoda yang berada di Pulau Kemaro yang lokasinya berada di tengah Sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan. (FOTO ANTARA/Nila Fu'adi)()
6. Asal Usul Talang Tampe Rawas Talang Tampe Rawas berasal dari kisah sebuah keluarga besar yang bermigrasi untuk mencari tempat tinggal baru. Puyang Sajak, salah satu anggota keluarga, merasa terpanggil untuk mendirikan pemukiman yang lebih baik bagi keturunannya.
Dengan penuh semangat, mereka bekerja keras membersihkan hutan, membangun rumah, dan bercocok tanam untuk menciptakan kehidupan yang lebih layak. Perjuangan mereka penuh dengan rintangan, tetapi kekompakan dan semangat gotong royong membuat mereka berhasil.
Setelah talang berkembang dan penduduknya semakin banyak, mereka menamakan tempat tersebut Talang Tampe Rawas sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka. Kisah ini menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan.
Pesan moral dari cerita rakyat Sumatera Selatan Asal Usul Talang Tempe Rawas adalah kerja keras dan persatuan dalam keluarga membawa kehidupan yang lebih baik.
Selain itu, cerita ini juga mengajarkan bahwa melalui usaha bersama dan saling mendukung, kita dapat mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan yang lebih besar.
Kerja keras yang dilakukan dengan hati yang tulus dan kesatuan dalam keluarga atau komunitas akan menghasilkan hasil yang bermanfaat.
Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya kebersamaan dan semangat gotong royong dalam meraih keberhasilan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.
7. Bujang Kurap
Cerita rakyat dari Sumatera Selatan ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Bujang Kurap. Sejak kecil, ia menderita penyakit kulit yang menyebabkan penampilannya berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Karena kondisinya, ia sering diejek dan dijauhi oleh masyarakat, membuatnya merasa terasing dan rendah diri. Namun, meskipun sering mendapatkan perlakuan buruk, Bujang Kurap tidak pernah menyerah pada keadaan.Suatu hari, ia mendengar tentang seorang tabib sakti yang tinggal di desa seberang yang konon bisa menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk penyakit kulit yang dideritanya. Tanpa ragu, dengan penuh tekad, Bujang Kurap memulai perjalanan panjang untuk menemui tabib tersebut. Perjalanan itu tidak mudah, namun semangatnya untuk sembuh dan mengubah nasibnya menguatkan langkahnya. Setelah mengikuti petunjuk dan perawatan dari tabib sakti, akhirnya ia sembuh dan kulitnya kembali normal.
Kembalinya Bujang Kurap ke desanya membawa perubahan besar. Ia menunjukkan kepada masyarakat bahwa tekad, usaha, dan keyakinan pada diri sendiri bisa mengatasi segala rintangan. Bujang Kurap yang dulu dianggap rendah kini menjadi simbol perjuangan dan ketekunan. Keberhasilannya membuktikan bahwa apapun kondisi yang dihadapi, dengan usaha keras dan keyakinan yang teguh, seseorang dapat mengubah nasibnya.
Pesan moral dari kisah Bujang Kurap sangat jelas bahwa kerja keras, ketekunan, dan keyakinan pada diri sendiri adalah kunci untuk mengubah nasib seseorang. Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang berani berjuang dan percaya pada kemampuan diri mereka sendiri.
Cerita rakyat asal Sumatera Selatan ini juga mengajarkan bahwa meskipun kita menghadapi rintangan dan perbedaan, semangat untuk terus berusaha dan percaya pada diri sendiri akan membuka jalan menuju kesuksesan.
Bujang Kurap menunjukkan bahwa dengan tekad dan ketekunan, kita dapat mengatasi segala tantangan dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Cerita ini mengingatkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi kesulitan, karena setiap perjuangan pasti akan membuahkan hasil yang membanggakan.
8. Putri Kembang Dadar
Cerita rakyat yang ada di Sumatera Selatan ini mengisahkan tentang seorang putri yang cantik dan angkuh. Kesombongannya membuatnya begitu jauh dari kasih sayang rakyatnya.Ia merasa diri lebih tinggi dari orang lain dan tidak menghargai orang-orang di sekitarnya. Sebagai bentuk balasan atas sikap sombongnya, seorang penyihir mengutuknya menjadi bunga yang indah, yang hanya bisa dilihat namun tak dapat dijamah.
Bunga yang terlahir dari kutukan itu dikenal dengan nama Kembang Dadar. Putri yang kini terperangkap dalam bentuk bunga itu merasa sangat menyesal.
Namun, tak ada yang bisa mengubah keadaan hingga suatu hari datang seorang pemuda yang penuh ketulusan.
Pemuda tersebut melihat keindahan bunga tersebut dan merasakan kedalaman cerita di baliknya. Dengan hati yang baik, ia merawat bunga itu dengan penuh kasih dan harapan.
Ketulusan pemuda tersebut akhirnya membuahkan hasil. Berkat niatnya yang tulus dan perasaan yang penuh kasih, kutukan yang selama ini membelenggu Putri Kembang Dadar mulai pudar.
Perlahan-lahan, ia kembali menjadi manusia, bebas dari kutukan yang selama ini mengikatnya. Keajaiban ini mengajarkan bahwa hati yang baik dan tulus dapat mengubah takdir seseorang.
Cerita Putri Kembang Dadar membawa pesan moral yang mendalam bahwa kebaikan hati dan ketulusan dapat mengatasi kutukan dan segala rintangan hidup. Bukan kekuatan atau kecantikan yang menjadi kunci kebahagiaan, melainkan sikap yang tulus dan penuh kasih terhadap sesama.
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani