tirto.id - Masyarakat telah dimanjakan dengan retorika dan janji politik calon presiden (capres) dalam gelaran debat perdana Pemilu 2024. Jalannya debat diharapkan mampu mengorek kapasitas intelektual ketiga capres agar mampu meyakinkan pemilih. Kendati demikian, catatan evaluasi dilayangkan sejumlah pihak ihwal penyelenggaraan debat, Selasa (12/12/2023) malam.
Jalannya debat dianggap belum mengakomodir kedalaman dan masih kurang terfokus. Debat mungkin berjalan seru dengan pertunjukan saling serang ketiga capres terkait sejumlah isu. Namun, alih-alih berhasil memancing penjelasan detail visi-misi ketiga capres, debat perdana tersebut seakan berjalan normatif.
Maka dari itu menjadi wajar jalannya debat perdana capres mengundang sejumlah kritik. Kritik ini ada yang menyasar dari segi teknis, format, hingga sisi etis dalam debat. Mulai dari materi yang disajikan, pendalaman, sikap pendamping paslon, hingga tetek bengek seperti posisi duduk panelis tak luput dari evaluasi.
Catatan evaluasi penyelenggaraan debat perdana, juga muncul dari masing-masing kubu paslon. Mereka meminta penyelenggara pemilu, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, untuk dapat mengevaluasi jalannya debat perdana. Hal ini agar sisa empat agenda debat pemilu selanjutnya, mampu berjalan lebih substantif dan terarah.
Evaluasi dari Kubu Paslon
Juru Bicara Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Billy David Nerotumilena, menyatakan pembawa acara debat masih kurang tegas mengatur sorak-sorai dukungan pendukung yang tidak dilakukan sesuai kesempatannya.
“Ataupun ketika capres nomor dua (Prabowo Subianto) berekspresi ketika Pak Anies berpendapat ataupun coba menimpali ketika Pak Anies berbicara,” kata Billy dihubungi reporter Tirto, Kamis (14/12/2023).
Selain itu, Billy meminta agar KPU mampu tepat waktu terkait pelaksanaan agenda debat. Ketepatan waktu, kata dia, berpengaruh terhadap konsentrasi dan mood peserta debat ataupun para pendukung.
“Karena kita bayangkan sebegitu malamnya waktu debat di wilayah Timur Indonesia,” ujar Billy.
Billy menambahkan, arena penyelenggaraan debat oleh KPU juga terlalu kecil. Ini membuat agenda debat hanya sedikit mengakomodir pendukung dan tamu undangan.
“Pertama kali juga debat presiden dari KPU tidak diawali dengan doa. Mungkin karena takut di-AMIN-kan pendukung paslon nomor satu,” ucap Billy.
Evaluasi debat capres perdana juga datang langsung dari capres nomor urut 3. Setelah menjalani agenda debat, Ganjar Pranowo menilai slot tanya-jawab debat masih terlalu sedikit.
“Menurut saya, bukan durasi. Ruang tanya jawabnya yang lebih banyak sehingga kata debatnya akan lebih bisa menunjukkan apa yang menjadi pikiran, refleksi, dan jawaban spontan karena itu menunjukkan sikap,” kata Ganjar usai menjalani debat, Selasa (12/12/2023) malam.
Wakil Direktur Direktorat Saksi dan Pengamanan Hasil Pemilu Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Candra Irawan, menyampaikan evaluasi debat di antaranya adalah masalah kesepakatan aturan yang belum diindahkan oleh masing-masing tim paslon.
“Masih ada tim paslon yang membawa APK (alat peraga kampanye) dan yel-yel pendukung yang dapat mengganggu konsentrasi kandidat,” ujar Candra kepada reporter Tirto, Kamis (14/12/2023).
Kendati demikian, Candra menilai peran moderator untuk menenangkan tim pendamping paslon sudah cukup baik. Ia juga menilai alur debat yang diselenggarakan sudah cukup baik.
“Kita lihat dengan alur kemarin terjadi interaksi antar-kandidat. Dan ini selain menjadi tontonan yang bagus, sekaligus menjadi edukasi politik kepada masyarakat,” lanjut Candra.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Afriansyah Noor, menyatakan lingkungan dan area debat di Kantor KPU kurang nyaman. Ferry, sapaan akrabnya, menilai beberapa fasilitas juga kurang mendukung dalam penyelenggaraan debat.
“Sehingga banyak hal yang harus diperbaiki dalam sistem ya, sistem artinya teknis pelaksanaan debat,” ujar Ferry dihubungi reporter Tirto, Kamis (14/12/2023).
Ferry menambahkan, dari segi materi debat sendiri ia menilai sudah cukup baik. Dia merasa materi debat sudah cukup mengakomodir dan tidak perlu diperbanyak.
“Ditingkatkan saja, karena memang materi-materi yang disampaikan pun bagus ya,” ujar Ferry.
Selain itu, Ferry menilai tata tempat duduk panelis masih kurang pas dan nyaman. Ferry menyatakan, moderator atau host juga perlu beberapa evaluasi dalam memimpin jalannya debat.
“Nah, jadi mungkin ini yang perlu dievaluasi. Tinggal ada 4 sesi untuk lakukan debat ini, segera dilakukan evaluasi oleh KPU sendiri sebagai penyelenggara debat capres-cawapres,” ujar Ferry.
Tidak Mengakomodir Pemilih
Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), Kaka Suminta, menilai debat perdana yang diselenggarakan KPU belum menjawab keinginan publik atau pemilih. Menurut dia, debat perdana belum berhasil membuat kontestan memberikan tawaran solusi yang baru bagi publik.
“Kemarin itu seakan-akan KPU hanya menggugurkan kewajiban sehingga tidak memberikan jawaban terhadap keinginan publik,” kata Kaka dihubungi reporter Tirto.
Kaka melihat para kontestan debat masih menawarkan jawaban usang terhadap tantangan politik hari ini. Sebab, menurut dia, tantangan pemerintah ke depan tentu akan jauh berbeda dengan yang tengah dihadapi saat ini.
“Nah, kemarin hampir tidak muncul itu sebuah jawaban baru terhadap tantangan kita sebagai bangsa,” ujar Kaka.
Terhadap format debat, Kaka melihat materi debat perdana tidak memberikan ruang untuk hadirnya sebuah ruang eksplorasi. Pertanyaan-pertanyaan, kata dia, sudah disetting, dan tidak ada pendalaman dari para panelis.
“Jadi hadirnya panelis ini itu apa ya? Saya tidak melihat hadirnya panelis itu sesuai dengan kapasitasnya mereka, misalnya dari sisi akademis ya,” terang Kaka.
Kaka menilai, pendalaman yang dilakukan panelis semestinya mampu menghadirkan jawaban yang jauh ke depan. Jika format ini terus dipakai, Kaka menilai, justru yang terlihat ketiga kontestan debat cenderung mempertahankan kebijakan dan pemikiran dari pemerintahan yang sudah ada.
“Sehingga ini hanya menjawab hari ini, tidak menjawab lima tahun ke depan,” sambung dia.
Kaka berharap jalannya debat lebih panas laiknya agenda rapat dengar pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Debat perdana yang telah digelar, menurut dia, tidak mencerminkan atmosfer perdebatan para calon presiden pemerintahan mendatang.
“Tetapi lebih kepada pendalaman terhadap kebijakan yang saat ini ada dan bahkan lebih sempit dari itu saya pikir. Itu sih, jadi intinya tidak memberikan jawaban yang cukup komprehensif,” tegas dia.
KPU akan Lakukan Evaluasi
Ketua KPU RI, Hasyim Asy'ari, mengatakan akan mengumpulkan tim pemenangan atau kampanye pasangan calon presiden-wakil presiden, Kamis (14/12/2023) siang, untuk mengevaluasi jalannya debat perdana. Hal itu disampaikan Hasyim saat pemantauan logistik Pemilu 2024 di Denpasar, Bali, Rabu (13/12/2023) malam.
“Besok (Kamis) rencana KPU akan mengundang tim pasangan calon untuk mengevaluasi debat pertama, di mananya besok ya,” kata Hasyim dikutip dari Antara, Kamis (14/12/2023).
Lebih lanjut, dia mengaku tahu dan mendengar sejumlah komentar serta pertanyaan yang berkembang di masyarakat usai debat perdana calon presiden-wakil presiden. Tetapi dia belum bisa menyampaikan apa pun sebelum dievaluasi bersama.
Beberapa isu yang disinggung perihal cawapres pendamping yang dianggap mengompori pendukung yang hadir, konsep dan format debat, batas waktu, hingga konsekuensi bagi pendukung yang hadir langsung namun memantik kegaduhan.
Selain itu, dia juga meluruskan perihal debat capres yang menampilkan ketiga kandidat berdiri tanpa meja atau benda di sekitarnya. Dia menuturkan tidak ada alasan khusus soal itu karena yang menjadi poin dalam kegiatan debat adalah adu gagasan para kontestan.
Dihubungi terpisah, Komisioner KPU, Idham Holik, mengonfirmasi bahwa KPU memang telah menjadwalkan evaluasi debat bersama tim dari masing-masing kubu paslon. Evaluasi tersebut diharapkan mampu membawa perbaikan dan mengakomodir masukan.
“Penyelenggaraan pemilu itu, kan, profesional prinsipnya, cirinya adalah terus memastikan tahapan jauh lebih baik. Jadi prinsipnya kan sudah baik menjadi lebih baik, lebih baik menjadi jauh lebih baik kan begitu,” kata Idham singkat kepada reporter Tirto, Kamis (14/12/2023).
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz