tirto.id - Kesatuan Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta dan Laskar Merah Putih (LMP) mendapat sorotan publik lantaran tercatat sebagai penerima dana hibah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI Jakarta 2018. Menwa Jayakarta menerima hibah sebesar Rp1 miliar, sementara Laskar Merah Putih (LMP) Rp500 juta.
Angka yang besar tersebut membuat orang bertanya-tanya, mengapa dua organisasi itu bisa mendapatkan anggaran sedemikian besar?
Staf Kantor Kesatuan Bangsa DKI Jakarta, Hedi menjelaskan bahwa dana yang tercantum itu barulah sebatas usulan. Kedua organisasi tersebut memang sejak awal tahun sudah memasukkan proposal kegiatan untuk tahun 2018.
"Laksar Merah Putih tahun ini, di anggaran perubahan dapat 100 juta, tapi belum cair, kalau Menwa baru tahun ini masuk ke Kesbang, sebelumnya pos anggarannya tidak di sini," kata Hedi pada Tirto, Jumat (24/11).
Hedi menjelaskan, sebelum memutuskan untuk mengusulkan anggaran dari organisasi dalam RAPBD 2018, Kesbang sudah memverifikasi semua organisasi. Termasuk Laskar Merah Putih dan Menwa. Kesbang mendatangi sekretariat keduanya untuk memastikan organisasi itu bukan organisasi abal-abal.
“Kami cek, apakah benar ada sekretariatnya, anggota dan pengurusnya ada, kegiatannya ada, baru kemudian kami usulkan,” ujar Hedi.
Menanggapi polemik usulan dana hibah itu, Komandan Menwa Jayakarta, Raden Umar mengatakan bahwa Menwa sudah rutin mendapatkan dana hibah sejak tahun 2016. Besarannya sama setiap tahun yakni Rp1 miliar. Anggaran itu digunakan untuk kegiatan pembinaan anggota dan program kerja mereka selama setahun.
"Kegiatan kami macam-macam, ada pelatihan untuk tanggap bencana, ini juga untuk membantu Pemda DKI Jakarta, kami buat kegiatan untuk bela negara, ke sekolah-sekolah untuk pencegahan narkoba," kata Umar pada Tirto, pada Kamis (23/11).
Anggaran tersebut, kata Umar tidak sesuai dengan kebutuhan kegiatan Menwa. Pada RAPBD 2018, misalnya, Menwa mengusulkan sekitar Rp5 miliar. Namun hanya Rp1 miliar yang disetujui Kesbang untuk diusulkan dalam RAPBD DKI 2018.
“Menwa Jayakarta ini kan gabungan dari kampus-kampus, jadi memang kegiatan kami banyak dan positif semua, menanamkan jiwa nasionalisme. Menwa ini kan organisasi yang dibentuk negara, bukan kemauan sekelompok orang, dari masa orde lama, orde baru kami juga dibiayai negara,” tutur Umar.
Agus Salim, Ketua Laskar Merah Putih DKI Jakarta juga memberikan rasionalisasi mengapa mereka mengajukan dana hibah sebesar Rp500 juta. Menurut Agus, anggaran itu murni untuk kegiatan pembinaan anggota. Biasanya mereka membuat pelatihan bela negara dan kegiatan sosial lainnya.
“Kegiatan kami ada kegiatan sosial, ada memberikan santunan ke anak yatim, kalau Maulid Nabi kita buat kegiatan keagamaan, rutin kegiatan itu. Setiap upacara hari-hari nasional yang dibuat DKI Jakarta, kami selalu berpartisipasi. Kami intinya ada untuk mengamankan Jakarta,” kata Agus pada Tirto, Kamis (23/11/2017).
Laskar Merah Putih bukan pertama kali menerima hibah ini, pada anggaran 2017, ormas yang sudah berusia 17 tahun ini mendapatkan hibah dari APBD DKI sebesar Rp100 juta. “Tahun ini dapat, 2016 enggak dapat,” kata Agus.
Dalam Struktur LMP DKI Jakarta, terlihat sejumlah nama politisi dan polisi di sana. Misalnya mantan Menteri Perumahan Rakyat pada masa Kabinet Indonesia Bersatu II, Djan Faridz menjadi ketua dewan pertimbangan, mantan Kapolda Metro Jaya Nugroho Djayusman sebagai ketua dewan penasehat, mantan Anggota DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin sebagai ketua dewan pembina.
LMP DKI Jakarta pernah menawarkan pangawalan kepada Djarot Saiful Hidayat pada saat Pilkada DKI Jakarta, namun Djarot menolaknya. Pada Pilpres 2014, LMP Pusat juga pernah memberikan dukungannya kepada calon Presiden Prabowo Subianto.
Meski demikian, Agus mengaku tidak terlibat mendukung salah satu calon dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. “Kami enggak ikut kubu mana pun, kami hanya kawal Pilkada supaya tidak ada kerusuhan,” tegasnya.
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Abdul Aziz