Menuju konten utama

Cara Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca: Small Steps, Big Impact!

Pelajari cara mengurangi emisi gas rumah kaca dengan solusi praktis seperti energi terbarukan, efisiensi, dan gaya hidup ramah lingkungan untuk menjaga bumi

Cara Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca: Small Steps, Big Impact!
global warming. foto/istockphoto

tirto.id - Dampak emisi gas rumah kaca semakin terasa, mulai dari perubahan iklim yang ekstrim hingga kerusakan ekosistem laut dan darat.

Penurunan emisi menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko ini. Lantas, bagaimana kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang bagaimana cara mengurangi emisi gas rumah kaca, kita perlu memahami apa penyebab emisi gas rumah kaca?

Emisi gas rumah kaca adalah pelepasan gas-gas tertentu ke atmosfer yang berkontribusi pada efek rumah kaca, yaitu fenomena di mana panas dari matahari terperangkap di dalam atmosfer bumi, yang menyebabkan peningkatan suhu global.

Gas-gas yang ditimbulkan dari emisi gas rumah kaca ini memiliki kemampuan untuk menyerap dan memancarkan radiasi inframerah, sehingga memainkan peran utama dalam pemanasan global dan perubahan iklim.

Apa Penyebab dan Dampak Emisi Gas Rumah Kaca?

Ilustrasi Global Warming

Gelombang panas di kota dan tangan menunjukkan termometer pada suhu tinggi. FOTO/iStock

Penyebab emisi gas rumah kaca mencakup kombinasi antara aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, hingga pertanian.

Berikut ini penyebab emisi gas rumah kaca yang diakibatkan oleh aktivitas manusia:

1. Pembakaran Bahan Bakar Fosil

Kepadatan di jalur wisata Puncak Bogor
Pedagang berjalan di jalur berlawanan yang padat kendaraan di Simpang Gadog, Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/9/2024). Kepadatan kendaraan di jalur wisata Puncak tersebut terjadi jelang libur panjang akhir pekan bertepatan dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW pada Senin tanggal 16 September. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/YU

Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam dalam sektor energi, transportasi, dan industri menjadi sumber utama emisi karbon dioksida (CO2).

Peningkatan CO2 akibat aktivitas manusia telah berkontribusi sebesar 80% terhadap total pengaruh pemanasan Gas Rumah Kaca (GRK) sejak tahun 1990.

Proses pembakaran fosil menghasilkan CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dan memperburuk efek rumah kaca. Selain CO2, proses ini juga menghasilkan polutan lain seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx).

Di sektor transportasi, khususnya kendaraan bermotor yang menggunakan diesel, menjadi penyumbang utama emisi CO2.

Mesin pembakaran dalam kendaraan menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi CO2 dan polutan lainnya.

2. Penggunaan Pupuk dan Pertanian

Sektor pertanian juga menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Penggunaan pupuk berbasis nitrogen menghasilkan emisi dinitrogen oksida (N2O).

Produksi ternak, terutama sapi dan domba menghasilkan emisi metana (CH4) dari proses pencernaan hewan ternak dan pengelolaan limbah.

Selain itu, irigasi yang dilakukan dengan cara tertentu dapat memicu pelepasan metana dan nitrogen oksida akibat aktivasi bakteri di tanah.

3. Industri dan Pendinginan

Buruh rokok tolak RUU Kesehatan
Buruh melinting rokok Sigaret Kretek Tangan di salah satu pabrik rokok, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.

Penggunaan gas berfluorinasi seperti HFC dan SF6 dalam proses pendinginan, elektronik, dan industri lainnya, menyumbang emisi GRK dengan potensi pemanasan yang tinggi.

4. Deforestasi dan Perubahan Tata Guna Lahan

Penebangan hutan secara masif untuk keperluan pertanian, perkebunan, dan urbanisasi mengurangi kapasitas alam untuk menyerap karbon dioksida. Hal ini memperparah emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi.

Selain aktivitas manusia, penyebab emisi gas rumah kaca juga berasal dari proses alamiah seperti degradasi tanah, perubahan ekosistem dan peningkatan populasi.

5. Degradasi Tanah dan Perubahan Ekosistem

Perubahan ekosistem seperti pengeringan lahan basah (wetland) melepaskan metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Selain itu, proses alami pelepasan karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) dari lautan juga berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca.

6. Peningkatan Populasi

global warming
Aksi protes di hari lingkungan hidup sedunia. FOTO/freepik

Pertumbuhan populasi global juga meningkatkan permintaan energi, transportasi, dan konsumsi barang, yang semuanya memperbesar jejak karbon.

Dilansir dari Buletin Gas Rumah Kaca, gas rumah kaca berumur panjang. Emisi karbon dioksida (CO2) dari aktivitas manusia merupakan penyumbang terbesar, dengan konsentrasi global terus meningkat mencapai 418,90 ppm pada Mei 2022. Adapun konsentrasi metana (CH4) mencapai rekor tertinggi di Indonesia sebesar 1983,8 ppb pada Januari 2022.

Begitu banyaknya penyebab emisi gas rumah kaca memiliki dampak bagi kehidupan manusia dan ekosistem bumi seperti pemanasan global, perubahan ekosistem, dan fenomena cuaca ekstrem.

Dampak emisi gas rumah kaca yang paling terasa adalah pemanasan global yang menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat. Perubahan suhu yang meningkat secara drastis ini mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.

Perubahan iklim mempengaruhi ekosistem yang ada di bumi seperti kenaikan permukaan air laut, rusaknya terumbu karang, migrasi satwa, dan penurunan biodiversitas. Fenomena ini memicu cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan badai yang lebih sering terjadi.

Dampak emisi gas rumah kaca ini tidak hanya mengancam keselamatan manusia dan keseimbangan lingkungan, tetapi juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi besar seperti kerusakan infrastruktur, menurunnya hasil pertanian, dan berkurangnya sumber daya alam.

Bagaimana Cara Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca?

Ilustrasi global warming

Ilustrasi global warming,foto/istocphoto

Salah satu upaya tingkat internasional untuk menurunkan gas emisi rumah kaca adalah melalui Perjanjian Paris, yang menetapkan target global untuk membatasi kenaikan suhu bumi dibawah 2 derajat Celcius, dengan upaya lanjutan untuk menekannya hingga 1,5 derajat Celcius.

Berbagai negara yang menjadi bagian Perjanjian Paris tersebut berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui langkah-langkah mitigasi seperti transisi ke energi terbarukan, pelestarian hutan, dan peningkatan efisiensi energi.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030. Dengan dukungan Internasional, target ini dapat ditingkatkan menjadi 41%.

Beberapa langkah dalam beberapa sektor mulai dicanangkan, di antaranya adalah Forestry and Other Land Uses (FOLU), energi pengolahan limbah, pertanian, hingga Industrial Process and Product Uses (IPPU).

Selain itu, pemerintah juga telah melakukan rehabilitasi hutan bakau dengan target 600.000 hektar pada tahun 2024.

Di bidang energi, salah satu langkah besar Pemerintah dengan melakukan transisi menuju energi terbarukan dengan melakukan pengembangan biofuel, pembangunan pembangkit tenaga surya, pengembangan mobil listrik hingga pengembangan industri berbasis energi bersih.

Sebagai masyarakat, kita semua memiliki peran penting dalam mengurangi dampak efek rumah kaca yang semakin memperburuk perubahan iklim global.

Selain itu, salah satu upaya tingkat internasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca adalah Perjanjian Paris (Paris Agreement). Perjanjian ini merupakan kesepakatan global yang disahkan pada tahun 2015 dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP21) di Paris.

Tujuan utama dari Perjanjian Paris adalah:

  1. Membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C di atas tingkat pra-industri dan berupaya membatasinya hingga 1,5°C.
  2. Mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan melalui kontribusi nasional yang ditentukan oleh masing-masing negara (Nationally Determined Contributions/NDCs).
  3. Mendukung negara-negara berkembang dalam adaptasi terhadap perubahan iklim melalui pendanaan, teknologi, dan peningkatan kapasitas.
Upaya ini melibatkan kerja sama internasional, termasuk peningkatan penggunaan energi terbarukan, penghentian deforestasi, dan transisi ke ekonomi rendah karbon.

Setiap langkah kecil yang kita ambil dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak efek rumah kaca?

1. Mengurangi Penggunaan Energi Berbahan Bakar Fosil

Salah satu cara utama mengurangi dampak gas rumah kaca adalah dengan mengurangi konsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Menggunakan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, atau hidro, dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.

2. Berpindah ke Transportasi Ramah Lingkungan

Transportasi berbasis kendaraan bermotor yang menggunakan bensin atau diesel menyumbang emisi CO2 yang tinggi. Untuk mengurangi dampak ini, beralihlah ke kendaraan listrik, sepeda, atau transportasi umum. Selain itu, berjalan kaki juga merupakan pilihan yang baik untuk mengurangi jejak karbon kita.

3. Hemat Energi di Rumah

Hemat Energi
Hemat Energi. foto/Canva

Menggunakan peralatan rumah tangga yang efisien energi, seperti lampu LED, AC dengan rating energi yang baik, dan peralatan dapur yang hemat energi, dapat mengurangi konsumsi listrik.

Selain itu, memilih teknologi yang mendukung pengurangan emisi, seperti smart thermostat yang mengatur suhu secara otomatis dan perangkat yang dapat mengoptimalkan penggunaan energi di rumah, juga dapat berperan dalam mengurangi jejak karbon kita.

4. Tanam Pohon dan Pelihara Ruang Hijau

SISWA DISABILITAS TANAM POHON
Siswa disabilitas menyiapkan bibit pohon jeruk yang dipersembahkan untuk Menteri Pendidikan, Gubernur Jawa Timur dan Bupati Madiun yang akan ditanam di lingkungan Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Wanita Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (27/11/2019). ANTARA FOTO/Siswowidodo/foc.

Pohon adalah penyerap karbon yang sangat efektif. Menanam lebih banyak pohon di sekitar rumah atau mendukung program penghijauan dapat membantu mengurangi CO2 di atmosfer.

Selain itu, memelihara taman atau ruang hijau di perkotaan dapat berkontribusi besar dalam penyerapan karbon dan memberikan manfaat ekosistem.

5. Kurangi Sampah dan Daur Ulang

Mengurangi sampah yang dihasilkan dan mendaur ulang bahan seperti plastik, kaca, dan kertas dapat membantu mengurangi emisi yang terkait dengan pembuangan dan pengolahan sampah.

Mengelola sampah dengan bijak juga dapat mengurangi pelepasan metana dari tempat pembuangan akhir sampah.

6. Menggunakan Produk Berkelanjutan

Memilih produk yang memiliki jejak karbon rendah dan dibuat dari bahan ramah lingkungan merupakan langkah penting. Selain itu, lebih memilih produk lokal untuk mengurangi emisi dari transportasi jarak jauh juga dapat membantu mengurangi dampak efek rumah kaca.

7. Kurangi Konsumsi Daging dan Produk Hewan

Harga daging sapi DKI Jakarta tertinggi
Calon pembeli memilih daging sapi di Pasar Minggu, Jakarta, Senin (2/10/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

Industri peternakan menghasilkan emisi metana yang signifikan, terutama dari ternak seperti sapi dan domba. Mengurangi konsumsi daging dan produk hewani atau beralih ke pola makan berbasis nabati dapat membantu menurunkan jejak karbon pribadi kita.

8. Mendukung Kebijakan Lingkungan

Sebagai warga negara, penting untuk mendukung kebijakan yang fokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca.

Hal ini bisa dilakukan dengan memilih pemimpin yang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan dan mendorong kebijakan yang mendukung energi terbarukan, pengurangan polusi, serta pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik.

9. Perbaiki Efisiensi Industri

Sektor industri juga merupakan penyumbang besar gas rumah kaca. Dukungan terhadap penggunaan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan dalam industri, seperti pembangkit listrik yang berbasis energi terbarukan atau teknologi pengolahan yang lebih bersih, dapat mengurangi emisi.

10. Rehabilitasi dan Konservasi Hutan

Penanaman mangrove dan pelepasan belangkas di Ketapang Tangerang
Sejumlah mahasiswa dan warga menanam pohon mangrove di Ketapang Urban Aquaculture, Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (4/12/2024). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU

Salah satu cara untuk mengurangi CO2 di atmosfer adalah dengan menjaga keberlanjutan hutan.

Mendukung program konservasi dan rehabilitasi hutan, serta menghindari praktik penggundulan hutan ilegal, dapat membantu meningkatkan penyerapan karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim.

11. Edukasi dan Sosialisasi Tentang Perubahan Iklim

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca adalah langkah penting.

Melalui pendidikan dan kampanye, kita dapat mengubah perilaku kolektif yang mendukung pengurangan emisi dan keberlanjutan, serta membangun masa depan yang lebih ramah lingkungan bagi generasi mendatang.

12. Menerapkan Praktik Pertanian Berkelanjutan

Pertanian konvensional seringkali menghasilkan emisi gas rumah kaca melalui penggunaan pupuk kimia, deforestasi, dan pengolahan tanah yang tidak ramah lingkungan.

Dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan air yang efisien, kita dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari sektor pertanian.

Selain itu, agroforestri, yang mengintegrasikan pohon dengan pertanian, dapat meningkatkan penyerapan karbon di tanah.

13. Hemat Penggunaan Air

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak efek rumah kaca adalah dengan memasang perlengkapan hemat air seperti menggunakan shower, keran dengan aliran terbatas, memanfaatkan air hujan untuk keperluan non-konsumsi, serta mengurangi penggunaan air dalam kegiatan sehari-hari seperti mencuci kendaraan atau penyiraman taman.

Dengan menghemat air, kita turut berkontribusi pada pengurangan dampak perubahan iklim.

Mengurangi dampak efek rumah kaca memerlukan kontribusi dari setiap individu dan sektor.

Dengan langkah-langkah sederhana seperti hemat energi, beralih ke transportasi ramah lingkungan, dan mendukung kebijakan lingkungan, kita bisa berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Setiap tindakan kecil memiliki dampak positif bagi kelestarian bumi dan masa depan yang lebih baik.

Baca juga artikel terkait GLOBAL WARMING atau tulisan lainnya dari Robiatul Kamelia

Kontributor: Robiatul Kamelia
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Yulaika Ramadhani