Menuju konten utama

Buwas Curhat Banyak Kendala RI Impor Beras 200.000 Ton

Saat ini banyak negara-negara produksi beras seperti Thailand, Vietnam, India, dan Pakistan membatasi ekspor beras.

Dirut Perum Bulog Budi Waseso (kanan) bersama Kepala Bulog Divre Jabar Benhur Ngkaimi (kiri) memeriksa ketersediaan beras di Gudang Bulog Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/3/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/pd.

tirto.id - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengakui kesulitan untuk mendatangkan impor beras sebanyak 200.000 ton ke dalam negeri. Padahal impor itu dibutuhkan untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) yang semakin menipis.

Dia menyebut saat ini banyak negara-negara produksi beras seperti Thailand, Vietnam, India, dan Pakistan membatasi ekspor. Bahkan ada sejumlah negara yang sampai menutup ekspornya, lantaran membutuhkan juga.

"200.000 ton juga sedang dalam upaya. Beberapa negara, bahkan ada satu negara yang sudah iya, tapi enggak jadi. Karena dia tidak siap karena waktunya singkat," kata Buwas sapaan akrabnya kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (8/12/2022).

Dia menyebut, dalam rapat koordinasi terbatas (Rakortas) bersama pemerintah sebelumnya telah diputuskan untuk CBP 500.000 ton penyerapannya dari dalam negeri. Sedangkan sisanya 500.000 dari impor.

"Pertama adalah kita harus upayakan yang dalam negeri karena cadangan akhir tanpa supply tanpa penyerapan hanya tinggal 300.000 ton, sangat rawan karena kita ditugaskan untuk 1 juta minimal, kalau 300.000 kekurangannya 700.000 kan," ujarnya.

Dalam hitungannya jika kekurangannya sebesar 700.000 ton, 500.000 bisa dari dalam negeri. Kemudian dibutuhkan untuk impor hanya sekitar 200.000 ton saja.

"Jadi 200.000 ton kita harus datangkan," imbuhnya

Dia menekankan jika cadangan beras pemerintah kurang, dan tidak dapat dari dalam negeri, maka mau tidak mau diusahakan dari luar.

"Pertama ini kita upayakan Desember 2022. Ini tinggal berapa menit lagi ini istilahnya tinggal hitungan minggu," jelasnya.

Dia pun pesimis bisa berhasil mendapatkan beras dari dalam negeri sebanyak 500.000 ton. Karena faktanya hanya ada 166.000 ton saja. Sebab itu, dia berharap 200.000 ton beras segera datang di tanah air.

"Tapi tidak mudah yah mendapatkan 200.000 ton," imbuhnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengklaim, sudah mengamankan impor sebanyak 200.000 ton beras berasal dari luar negeri. Jumlah tersebut masih di bawah dari izin impor diberikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebanyak 500.000 ton.

"Kita siapkan 200.000 ton di laur negeri, nanti begitu diperlukan waktunya, kita masukan (ke Indonesia)," jelasnya di Istana, Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Dia mengklaim, saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) ada di gudang Perum Bulog mencapai 514.000 ton. Sementara data riil dari manajerial Bulog hingga Senin kemarin stoknya sudah menipis hingga 319.724 ton.

Sementara idealnya Bulog harus punya stok 1,5 juta ton atau 1,2 juta ton. "Kita masih mengharapkan dari dalam plus itu impor," katanya.

Pada prinsipnya, lanjut Arief, sebanyak 200.000 ton beras impor sengaja disimpan di luar negeri untuk cadangan. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Indonesia tidak kekurangan stok.

"Jadi disiapkan aja. Kita siapkan cadangan pangan pemerintah Bulog. Kita taruh 200.000 ton dulu kalau diperlukan masuk. Jadi tidak tergesa-gesa," jelasnya.

Baca juga artikel terkait IMPOR BERAS 2023 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin