Menuju konten utama
Ketahanan Pangan

Bapanas Klaim Produksi Beras RI Surplus, Kenapa Perlu Impor?

Kepala Bapanas sebut produksi beras nasional dalam kondisi baik, yang mau dijaga dengan impor adalah stok beras di Bulog.

Bapanas Klaim Produksi Beras RI Surplus, Kenapa Perlu Impor?
Pekerja memeriksa stok beras di gudang Bulog Sub divre Indramayu, Jawa Barat, Kamis (9/12/2021). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/rwa.

tirto.id - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengklaim produksi beras nasional tahun ini mengalami surplus sebesar 1,7 juta ton. Hal ini berdasarkan data dari KSA Badan Pusat Statistik (BPS).

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi menuturkan, produksi beras nasional Januari-Desember 2022 diproyeksikan sebesar 31,90 juta ton. Sementara kebutuhan beras nasional tahun ini hanya sekitar 30,2 juta ton.

“Sehingga diproyeksikan mengalami surplus beras sekitar 1,7 juta ton," kata Arief dalam pernyataannya di Jakarta, dikutip Rabu (7/12/2022).

Menurutnya, berdasarkan data tersebut Indonesia dalam periode pemerintahan Presiden Jokowi telah berhasil mencapai swasembada beras. Mengingat berdasarkan ketetapan FAO tahun 1999, suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional.

“Produksi beras nasional dalam kondisi baik, yang mau kita jaga adalah stok beras di Bulog,” kata dia.

Saat ini ketersediaan stok beras Bulog sebesar 503 ribu ton. Jumlah itu terdiri dari 196 ribu ton atau 39 persennya merupakan stok komersial dan 306 ribu ton atau 61 persen merupakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Dia mengatakan, saat ini Bulog bersaing mendapatkan beras dalam negeri, maka akan mengerek harga ke atas. Sementara waktunya Bulog untuk intervensi harga sampai dengan panen raya.

Untuk menjaga hal tersebut, stok dan kesiapan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) harus dijaga dan dipenuhi ketersediaannya. Menurutnya, stok CPP saat ini, khususnya beras, berada di posisi yang perlu ditop-up sebagai instrumen stabilisasi gejolak harga dan untuk mengantisipasi kondisi darurat.

Sebagai upaya mengamankan stok CBP, kata Arief, pemerintah sudah siapkan 200 ribu ton beras komersial di luar negeri yang sewaktu-waktu dapat dibawa ke Indonesia. Cadangan pangan ini harus ada dan tidak dikeluarkan secara bebas, hanya digunakan untuk beberapa kegiatan pemerintah.

Dia menjelaskan, stok beras dari luar tersebut hanya dipergunakan pada kondisi tertentu seperti, penanggulangan bencana, intervensi harga jika diperlukan dan beberapa kegiatan pemerintah lainnya.

“Penggunaannya akan diawasi secara ketat, untuk memastikan tidak masuk ke pasar,” kata dia.

Arief memastikan, beras ini tidak akan mengganggu beras petani, karena hanya digunakan untuk kegiatan pengendalian harga dan pemenuhan pangan di tengah kondisi darurat/bencana melalui Perum Bulog.

“Kita pastikan betul beras komersial ini tidak akan mengganggu beras dalam negeri produksi petani. Pemerintah berpihak penuh kepada para petani lokal, sehingga keberadaan cadangan ini akan dijaga agar tidak merusak harga beras petani," jelasnya.

"Kita juga secara konsisten terus memantau dan menjaga harga penyerapan gabah/beras lokal di tingkat petani tetap wajar. Misi kita mewujudkan petani sejahtera, pedagang untung, masyarakat tersenyum,” sambungnya.

Arief menambahkan, pemenuhan cadangan beras ini tidak serta-merta menunjukkan produksi beras nasional tidak mencukupi. Karena beras komersial ini merupakan persediaan akhir tahun ini sampai menunggu panen raya pada Februari-Maret 2023.

“Kita siapkan pada Februari-Maret 2023 agar Bulog dapat menyerap saat panen raya tiba untuk men-top up stoknya kembali sampai dengan 1,2 juta ton, hal ini diperlukan dalam rangka menjaga floor price di tingkat petani, dan berikutnya dikeluarkan pada saat produksi beras berkurang di akhir tahun," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait STOK BERAS atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz