tirto.id - Anggota TKN Jokowi-Ma'ruf Budiman Sudjatmiko menilai kasus berita bohong yang terjadi pada Ratna Sarumpaet merupakan sebuah isu yang terencana yang bukan hanya sekedar kabar bohong. Ia juga menilai bahwa Ratna bukanlah aktor tunggal dalam kasus itu.
"Jadi, apa yang terjadi dalam kasus Ratna Sarumpaet adalah bukan sebuah kesalahan, bukan sebuah kekeliruan, tapi suatu kehebohan yang diciptakan, karena memang orang mau dikacaukan dengan kabar palsu," katanya saat konferensi pers di Cemara, Jumat (5/10/2018) siang.
"Jadi saya tidak percaya bahwa Ratna adalah pelaku tunggal, saya tidak percaya orang di sekitar Prabowo maupun Prabowo sendiri adalah korban. Karena ini fenomena yang sistematis, mempercayai Ratna sebagai pelaku tunggal sama dengan mempercayai bahwa Lee Oswald adalah pembunuh tunggal John F. Kennedy," tambahnya.
Budiman mengatakan kasus kabar bohong yang disebarkan oleh Ratna, yang dinilai tak bisa dicek kebenarannya, memang digunakan untuk mengeksploitasi sisi emosional masyarakat Indonesia.
"Dan itu sudah dipetakan bahwa ada bagian otak kita yang namanya amygdala, yang mana merasa sangat jijik dan rasa takut pada yang berbeda, itu dieksploitasi sehingga kemudian manusia tidak diberi kesempatan untuk berpikir jernih dan waras. Informasi yang datang begitu saja langsung dianggap ancaman terhadap diri kita," katanya.
Budiman menuding bahwa isu kabar bohong oleh Ratna Sarumpaet, terlepas dari benar atau tidaknya kabar itu, adalah isu terencana karena yang ingin disasar ialah anggapan bahwa Presiden Joko Widodo akan mengancam hidup masyarakat Indonesia.
"Orang kritis saja bisa dipukul, apalagi kita. Isu bahwa wanita berumur 70 tahun dipukul itu dieksploitasi oleh bahkan Pak Prabowo sendiri, dan tim lainnya. Untuk menciptakan ketakutan bahwa siapapun bisa terjadi seperti bu Ratna. Kira-kira begitu," lanjut Budiman.
Budiman juga menjelaskan bahwa fenomena seperti lazim dikenal dengan sebutan Firehouse of Falsehood. Upaya intelejen untuk memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat dengan naiknya Donald Trump dan kasus Brexit di Eropa tak terlepas dari penggunaan teknik ini.
"Penangkapan Ratna menurut saya tidak boleh jadi ujung dari semua cerita, justru dia titik awal cerita. Sebagaimana di AS sedang dilakukan investigasi apakah pilpres di AS merupakan memanipulasi data. Saya berharap saya akan yakinkan kolega saya di DPR jika terjadi jangan sampai terlambat. Di era sekarang berdusta pun pakai data dan data itu benar," katanya.
Budiman mengatakan penggunaan kabar bohong ini, apakah terungkap atau tidaknya seperti kasus Ratna, akan sama-sama menguntungkan kubu Prabowo-Sandi dan merugikan kubu Jokowi-Ma'ruf, dan juga merusak sistem demokrasi.
"Mau kabar itu dipercaya oleh masyarakat maupun terungkap sebagai kebohongan, ini sama-sama ada keuntungan elektoral untuk kubu Prabowo," tutup Budiman.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Yulaika Ramadhani