Menuju konten utama

BPS: Nilai Tukar Petani Mei 2024 Turun 0,06 Persen

Penurunan nilai tukar petani (NTP) terjadi karena indeks harga yang diterima petani lebih dalam dibanding indeks harga yang dibayar petani. 

BPS: Nilai Tukar Petani Mei 2024 Turun 0,06 Persen
Petani menanam bibit padi di persawahan Desa Wegil, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, Senin (13/11/2023). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/Spt.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada Mei 2024 sebesar 116,71, turun 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang diangka 137,77.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (it) turun 0,16 persen, atau lebih dalam dibanding indeks harga yang dibayar petani (ib) yang sebesar 0,01 persen.

“Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan it nasional adalah kelapa sawit, gabah, jagung dan cabe rawit,” paparnya dalam dalam rilis Berita Resmi Statistik (BRS) Mei 2024 di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada sektor holtikultura yang mencapai 1,26 persen, dari 122,54 di April menjadi 124,09 pada Mei 2024. Kenaikan ini terjadi karena it naik sebesar 1,13 persen, sedang ib mengalami penurunan sebesar 0,14 persen.

Komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani di sektor holtikultura antara lain kol atau kubis, bawang merah, dan bawang daun.

Sebaliknya, penurunan NTP terdalam terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 0,86 persen, menjadi 104,63 pada Mei 2024 dari sebelumnya 105,54.

“Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,99 persen, atau lebih dalam dibandingkan penurunan ib yang sebesar 0,13 persen,” imbuh Amalia.

Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani adalah gabah, jagung, dan ketela pohon.

Sementara itu, untuk nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Mei 2024 tercatat sebesar 119,92, turun 0,27 persen dibandingkan April 2024 yang sebesar 116,79. Menurut Amalia, penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,1 persen, sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan 0,11 persen.

"Komoditas yang dominan dalam memengaruhi BPPBM adalah bakalan sapi, bibit bawang merah, bibit sapi dan upah pemanenan," ungkap Amalia.

Sementara itu, peningkatan NTUP paling tinggi terjadi pada sektor holtikultura, yakni dari 127,47 pada April menjadi 128,70 pada Mei 2024, atau naik 0,96 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 1,13 persen, atau lebih tinggi ketimbang kenaikan BPPBM, yang sebesar 0,16 persen.

"Komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan BPPBM adalah bibit bawang merah, upah mencangkul, dan upah menuai atau memanen," katanya.

Sebaliknya, penurunan NTUP terjadi pada sub sektor tanaman pangan yang turun sebesar 1,09 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0.99 persen, sedang indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen.

"Komoditas yang memengaruhi kenaikan BPPM adalah upah pemanenan, upah membajak dan upah penanaman," kata Amalia.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR PETANI atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi