Menuju konten utama

BNPT Imbau Anak Muda Perangi Radikalisme & Terorisme

Menurut BNPT memerangi radikalisme dan terorisme dapat dilakukan dengan cara menguatkan nilai-nilai lokal, budaya, serta kearifan lokal.

BNPT Imbau Anak Muda Perangi Radikalisme & Terorisme
(Ilustrasi) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama/17.

tirto.id - Untuk memerangi radikalisme dan terorisme yang keberadaannya masih terasa di dalam negeri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak generasi muda terutama mahasiswa untuk memeranginya.

“Dalam hal ini pemerintah tidak bisa sendirian memerangi terorisme dan radikalisme, perlu adanya dukungan dari seluruh pihak diantaranya masyarakat umum, perguruan tinggi, dan mahasiswa,” ungkap Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli pada Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus Dalam Pencegahan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme di Kampus Universitas Sebelas Maret Solo, Jawa Tengah, Rabu (13/9/2017).

Menurutnya Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menguatkan nilai-nilai lokal, budaya, serta kearifan lokal.

Masyarakat Indonesia yang mayoritas umat beragama sangat menjunjung toleransi dan pemerintah patut memberikan perhatian besar terhadap generasi muda yang bertindak sebagai garda depan bangsa dalam memerangi radikalisme dan terorisme, sambungnya.

Virus radikalisme dan terorisme dapat ditemukan baik secara “offline” melalui rumah ibadah atau kos-kosan maupun “online” yang dapat ditemukan di berbagai aplikasi chatting media sosial.

“Kalau kampus sebenarnya secara garis besar banyak yang menolak paham ini dan kebanyakan kampus juga tidak mau barang ini masuk. Tetapi untuk yang keberadaannya sedikit-sedikit ini kan tetap harus diperhatikan. Kalau kecil dibiarkankan jadi terus.

Oleh karena itu, harus ada upaya dari pemerintah maupun masyarakat,” tambahnya.

Ia menjelaskan dari pengalaman yang sudah ada, jumlah mahasiswa di setiap kampus yang terjangkit virus radikalisme dan terorisme sekitar 1-3 mahasiswa. Kondisi seperti itu tetap harus diperhatikan pemerintah dan masyarakat, meskipun jumlahnya sedikit.

“Kalau radikalnya masih sebatas pemikiran ya biarkan saja dulu, kami tetap memberikan pemahaman untuk menyadarkan mereka. Sedangkan untuk yang sudah melakukan aksi ya harus ditangkap,” sambungnya.

Penyebaran virus radikalisme dan terorisme dari tahun ke tahun bergantung pada kondisi global. Apabila situasi di tingkat global memanas maka tidak menutup kemungkinan kondisi di dalam negeri juga mengikutinya, dan berlaku sebaliknya.

“Meski demikian, kami terus melakukan langkah pencegahan termasuk penangkapan. Pada dasarnya sudah menjadi kebijakan negara untuk menanggulangi terorisme. Bukan pelakunya tetapi ideologi yang keliru dan tidak sesuai dengan cita-cita bangsa,” jelasnya.

Dalam acara yang sama, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UNS Prof Darsono menyatakan UNS memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap pencegahan radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik kegiatan BNPT dan FKPT tersebut dilaksanakan di kampus UNS.

UNS adalah kampus yang Bhineka Tunggal Ika. Mahasiswa yang belajar di sini datang dari seluruh Indonesia, bahkan mancanegara banyak juga yang menimba ilmu di sini. Kami menerima dengan senang hati jika kampus UNS dijadikan tempat kegiatan ini. Mudah-mudahan melalui kegiatan ini nanti dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan pencegahan radikalisme dan terorisme di tanah air,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Hukum
Reporter: Yandri Daniel Damaledo
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo