Menuju konten utama

BNPB: Posko Utama untuk Maksimalkan Koordinasi Bencana di Sumbar

Posko utama menjadi pusat koordinasi antar pimpinan tim gabungan selama masa tanggap darurat bencana banjir dan longsor di Sumatra Barat.

BNPB: Posko Utama untuk Maksimalkan Koordinasi Bencana di Sumbar
Sejumlah warga menyaksikan kondisi mobil truk yang terdampak banjir lahar dingin di Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Agam, Sumatera Barat, Jumat (5/4/2024). Banjir lahar dingin dari Gunung Marapi tersebut menerjang kawasan pemukiman di daerah itu dan sempat memutus akses ruas jalan Bukittinggi - Padang. ANTARA FOTO/Al Fatah/Ief/nym.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) mendirikan posko utama. Langkah tersebut dilakukan untuk memaksimalkan alur koordinasi penanganan dampak bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah daerah di Sumatra Barat (Sumbar).

"Posko utama akan didirikan hari ini juga, penetapannya dilakukan pada saat rapat koordinasi dipimpin Kepala BNPB di Padang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dikutip dari Antara, Senin (13/4/2024).

Abdul menjelaskan, posko utama menjadi pusat koordinasi antar pimpinan tim gabungan baik tingkat pusat maupun dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi selama masa tanggap darurat bencana banjir dan longsor yang sedang melanda Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman dan sekitarnya.

Dia memberikan contoh seperti saat ini yang butuh untuk dimaksimalkan terkait koordinasi proses evakuasi korban jiwa, pencarian korban yang hilang, pendataan jumlah warga terdampak, dan jumlah dampak kerusakan pada fasilitas publik pertanian dan perkebunan.

"Bila dilaporkan jumlah korban meninggal 37 orang dari sebelumnya masyarakat ke BPBD, dan BPBD ke BNPB melaporkan sudah 41 orang meninggal dunia saat penutupan data per tadi malam (Minggu, 12/5). Serta jumlah data korban hilang yang masih dalam pencarian di Basarnas serta TNI-POLRI yang memberikan data ada 283. Semua akan kami sesuaikan ulang data jasad ditemukan baik yang teridentifikasi maupun belum," kata Abdul.

Pihaknya menilai kondisi seperti itu bisa terjadi di 1-2 hari pertama. Karena dia menilai data yang masuk belum tercatat utuh sehingga terlihat satu kabupaten kadang juga tercatat juga di kabupaten lainnya.

Lebih lanjut, Abdul menilai, keberadaan posko utama penting untuk disegerakan. Alasannya agar semua kebutuhan sekaligus hambatan yang dihadapi tim gabungan di setiap lokasi bencana bisa segera diselesaikan.

Termasuk pula untuk percepatan pendistribusian bantuan logistik hingga fase rehabilitasi bangunan rusak terdampak bencana di setiap kabupaten kota yang sejatinya membutuhkan data rinci untuk direalisasikan secara tepat dan cepat.

"Prinsipnya dalam keadaan darurat seperti ini keselamatan warga korban adalah yang diprioritaskan untuk disegerakan," ungkapnya.

Untuk diketahui, Pusdalops BNPB melaporkan hingga Minggu (12/5/2024) pukul 21.00 WIB tercatat total korban meninggal dunia akibat bencana di Sumatra Barat mencapai 37 orang.

Dari jumlah tersebut sebanyak 35 jenazah berhasil diidentifikasi dengan rincian di Kabupaten Agam 19 orang, Kabupaten Tanah Datar sembilan orang, Kabupaten Padang Panjang dua orang, dam Kabupaten Padang Pariaman tujuh orang. Sementara dua jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi.

Selanjutnya, jumlah orang yang dilaporkan hilang ada sebanyak 17 orang. Masing-masing 14 orang hilang dari Kabupaten Tanah Datar dan tiga lainnya dari Kabupaten Agam. Diperkirakan lebih dari 200 orang warga mengungsi, dan lebih dari 100 unit rumah dan puluhan fasilitas publik rusak.

Hujan deras yang mengguyur juga menimbulkan tanah longsor hingga memutus jalan dan melumpuhkan arus lalu lintas. Di antaranya seperti di wilayah Malalak Kabupaten Agam (Jalan Penghubung Padang-Bukit Tinggi), Sitinjau Lauik Kabupaten Tanah Datar (Jalur Penghubung Padang – Solok), Jalan Lembah Anai (Jalur Penghubung Bukit Tinggi-Padang) dan Kelok Sembilan.

Baca juga artikel terkait BENCANA ALAM

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin