Menuju konten utama

BMKG Gelar Ekspedisi Pertama Teliti Kedalaman Laut

Ekspedisi yang dihelat BMKG pertama kali akan meneliti kedalaman laut terutama untuk meneliti patahan baru. Salah satu patahan yang diteliti di antaranya patahan yang memicu gempa bumi, di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh pada Desember 2016.

BMKG Gelar Ekspedisi Pertama Teliti Kedalaman Laut
Ilustrasi. Sejumlah anggota TNI Angkatan Laut berada di atas KRI Kakap - 881 saat akan melaksanankan ekspedisi kas keliling antarpulau di Dermaga Mako Lantamal VI, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (16/12). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe.

tirto.id - Ekspedisi Indonesia Prima (Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) 2017 menggunakan kapal penelitian Baruna Jaya VIII untuk melakukan ekspedisi pertama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meneliti kedalaman laut.

Usai melepas ekspedisi di Dermaga Perikanan Muara Baru di Jakarta, Kepala BMKG Andi Eka Sakya pada Senin (19/2/2017) mengatakan ekspedisi Indonesia Prima pada tahun 2015 dan 2016 hanya mengamati permukaan dan di atas, misalnya terkait konsentrasi karbon di atmosfer, perubahan temperature di permukaan serta keadaan curah hujan dan lainnya.

Sementara itu, ekspedisi kali ini guna meneliti kedalaman laut terutama untuk meneliti patahan baru, di antaranya patahan yang memicu gempa bumi, di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh pada Desember 2016.

“Contoh yang paling konkret dalam gempa bumi ini kita harus memetakan sesar yang baru. Dengan fasilitas yang ada di Baruna Jaya VIII echo sounder kita bisa memetakan aktivitas dan fenomena laut sampai pada 7.000 meter di dalam laut," tambah Sakya.

Dari ekspedisi kemaritiman ini, diharapkan dapat diperoleh data kelautan yang nanti berguna untuk mengkaji fenomena cuaca dan iklim yang kerap berdampak bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Di antaranya fenomena El-Nino and Southern Oscillation di Kawasan Pasifik dan fenomena Indian Ocean Dipole di Samudera Hindia sangat berperan pengaruhnya dalam mewarnai iklim wilayah Indonesia.

Dia menjelaskan, anggaran untuk ekspedisi kali ini mencapai Rp5 miliar, untuk membiayai perawatan dan pembaruan buoy mooring laut ATLAS yang merupakan bagian dari dari Program Penelitian RAMA (Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction) dengan memasang rangkaian buoy mooring laut dalam.

Bagi Indonesia, Indonesia Prima salah satu dari tiga program utama yang menjadi prioritas agenda pembangunan kemaritiman, yakni observasi laut.

Ekspedisi kelautan itu digelar bersama oleh BMKG, LIPI, dan NOAA, pada 20 Februari hingga 16 Maret 2017, yang menempuh dua rute, yaitu mulai dari Jakarta, Samudera Hindia, Sabang, dan rute Sabang, Pidie, Selat Malaka, Jakarta.

Baca juga artikel terkait EKSPEDISI INDONESIA PRIMA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari