tirto.id - Kepala Stasiun Klimatologi Kelas IV D.I Yogyakarta BMKG, Reni Kraningtyas menyatakan indeks keadaan El Nino masih tergolong rendah pada bulan ini. Menurut dia, El Nino akan berada pada tingkat moderat pada akhir 2023.
“Berdasarkan monitoring kondisi El Nino update 10 Juli menunjukkan indeks +0.94 atau kategori lemah. Diprakirakan mulai Agustus sampai Desember level meningkat menjadi El Nino moderat,” ujar Reni saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (20/7/2023).
Khusus di ogyakarta, kata Reni, berdasarkan monitoring hari tanpa hujan dan prakiraan peluang curah hujan <20 mm per dasarian, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis.
“Dari dasarian 3 Mei hingga dasarian 3 Juni dengan level waspada hingga siaga meliputi Sleman Timur, sebagian Bantul dan sebagian Gunungkidul. Ini dilakukan sebagai informasi dini untuk antisipasi wilayah-wilayah yang rawan kekeringan meteorologis,” jelasnya.
Reni mengimbau masyarakat agar mengantisipasi fenomena iklim El Nino pada saat musim kemarau atau puncak musim kemarau. Terutama untuk wilayah yang rentan terhadap kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih.
“Masyarakat untuk menyiapkan diri terhadap dampak terjadinya potensi iklim yang lebih kering, menjaga kesehatan tubuh, karena suhu udara dengan cepat berfluktuasi berubah,” tuturnya.
Adapun untuk para petani diimbau untuk menyesuaikan pola tanam dan jenis tanaman yang cocok ditanama pada kondisi iklim yang lebih kering.
“Untuk instansi terkait, bisa menyiapkan waduk waduk dan embung embung untuk memanen air hujan. Droping air bersih pada daerah yang kekurangan air bersih,” ujar Reni.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut dampak anomali cuaca akibat El Nino masih akan terjadi di Indonesia hingga September 2023.
Dwikorita juga mengingatkan potensi banjir akibat fenomena El Nino. Hal ini karena Indonesia berada di antara dua samudera dan topografi wilayahnya yang berbukit di khatulistiwa.
“Masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi,” kata Dwikorita dalam keterangannya, Rabu (19/7/2023).
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan