Menuju konten utama

BMKG: 7 Gempa Guncang Selatan Pulau Jawa Dalam 3 Pekan Terakhir

Dalam tiga pekan terakhir wilayah Selatan Pulau Jawa mengalami peningkatan aktivitas gempa.

BMKG: 7 Gempa Guncang Selatan Pulau Jawa Dalam 3 Pekan Terakhir
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan dalam tiga pekan terakhir terjadi tujuh gempa yang mengguncang Selatan Pulau Jawa.

"Dalam tiga pekan terakhir wilayah Selatan Pulau Jawa memang terjadi peningkatan aktivitas gempa," ujar Daryono.

Ketujuh gempa tersebut antara lain,

1. Gempa Selatan Pacitan M 5,0 pada 22 Juni 2020

2. Gempa Selatan Blitar M 5,3 pada 5 Juli 2020

3. Gempa Lebak M 5,1 pada 7 Juli 2020

4. Gempa Selatan Garut M 5,0 pada 7 Juli 2020

5. Gempa Selatan Selat Sunda M 5,2 pada 7 Juli 2020

6. Gempa S0elatan Sukabumi M 4,8 pada 10 Juli 2020

7. Gempa Selatan Kulonprogo M 5,1 pada 13 Juli 2020

Namun, Daryono mengatakan, masyarakat tak perlu khawatir berlebihan dengan aktivitas kegempaan di Selatan Jawa akhir-akhir ini. Hanya saja ia meminta agar masyarakat tetap meningkatkan kesiapsiagaan.

Gempa guncang Jogja dengan parameter update magnitudo M 5,1

Jogja dan beberapa wilayah di Jawa Tengah diguncang gempa dengan parameter update magnitudo M 5,1 pukul 02.50.29 WIB, Senin (13/7/2020).

Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan episenter gempa terletak pada koordinat 8,73 LS dan 109,88 BT, atau tepatnya di Samudra Hindia Selatan Jawa pada jarak 101 km arah Selatan Kulonprogo pada kedalaman 46 km.

Penyebab gempa yang guncang Jogja dan sebagian Jawa Tengah

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktifitas subduksi Lempang Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas gempa akibat tumbukan lempeng di zona megathrust. Guncangan gempa ini dirasakan di Pacitan, Purworejo, Yogyakarta, dan Wonogiri. Meskipun Shakemap BMKG menunjukkan guncangan terjadi dalam wilayah luas dari Pangandaran hingga Pacitan," ujar Daryono.

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 03.15 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).

"Menariknya, pusat gempa ini bersebelahan sangat dekat dengan pusat gempa berkekuatan M 8,1 yang menimbulkan kerusakan di Pulau Jawa pada 23 Juli 1943. Kota-kota yang mengalami kerusakan akibat gempa pada saat itu adalah Cilacap, Tegal, Purwokerto, Kebumen, Purworejo, Bantul, dan Pacitan," kata Daryono.

Ahli geologi Belanda Van Bemmelen pada 1949 mengungkap bahwa korban meninggal akibat Gempa Jawa 23 Juli 1943 ini lebih dari 213 orang, sedangkan korban luka mencapai 2.096 orang, dan 15.275 rumah rusak di Jawa Tengah dan Jogja.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH