Menuju konten utama

Blusukan di Pasar Jambi, Jokowi Akui Harga Telur Ayam Naik

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui harga telur ayam mengalami kenaikan di pasaran.

Blusukan di Pasar Jambi, Jokowi Akui Harga Telur Ayam Naik
Presiden Joko Widodo menyampaikan pengarahan saat Pencanangan Pelaksanaan Sensus Pertanian Tahun 2023 di Istana Negara, Senin (15/5/2023).ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui harga telur ayam mengalami kenaikan di pasaran. Hal itu didapati saat meninjau Pasar Rakyat Talang Banjar, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Selasa (16/5/2023).

"Ini kan habis Lebaran saya ingin memastikan bahwa harga-harga masih baik dan justru beberapa turun, hanya telur saja yang harganya sedikit naik," ungkap Jokowi, Selasa (16/5/2023).

Lebih lanjut, Jokowi menuturkan pemeriksaan harga pangan penting dilakukan demi mengendalikan inflasi harga yang berpengaruh pada daya beli masyarakat. Tidak hanya itu, dia juga memerintahkan jajaran pemerintah daerah untuk mengecek harga di lapangan.

“Saya sudah perintahkan kepada gubernur, kepada wali kota untuk melihat terus harga-harga yang ada di pasar. Saya senang di Jambi inflasinya turun artinya harga-harga bisa dikendalikan turun,” bebernya.

Selain mengecek harga, Jokowi menegaskan langkah konkret pemerintah dalam pengendalian inflasi yaitu dengan membantu biaya transportasi. Dia berharap pemda dapat mengalokasikan APBD untuk membantu pembiayaan tersebut dari tempat produksi ke pasar.

“Jelas kan sudah bolak balik saya sampaikan membantu dari APBD baik provinsi, maupun kota, maupun kabupaten untuk membiayai biaya transpor dari tempat produksi ke pasar, itu jelas konkret,” tambahnya.

Untuk diketahui, harga telur ayam saat ini tembus Rp30.000 per kilogram (kg) di pasar-pasar tradisional Jakarta. Hal ini membuat para pedagang dan pembeli resah. Presiden Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat harga telur naik signifikan di pasaran. Pertama dari faktor supply and demand.

“Aspek supply demand telur secara nasional ya dimana posisinya saat ini Populasi Ayam Petelur Nasional belum pulih 100 persen,” tutur Ki Musbar saat dihubungi Tirto, Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Faktor kedua menurut Ki Musbar ialah, harga pokok produksi yang naik seiring dengan kenaikan harga pakan yang terbilang mahal di pasaran.

“Harga pokok produksi meningkat seiring dengan kenaikan harga pakan pabrik saat ini, dan pemerintah tidak bisa lakukan intervensi pabrikan,” jelasnya.

Kemudian untuk faktor ketiga, Ki Musbar menyebut kegiatan pemerintah seperti program Keluarga Risiko Stunting (KRS) terasa pengaruhnya dalam terjadinya kenaikan harga telur.

“Kegiatan Pemerintah dalam menyerap daging dan telur ayam untuk Program KRS BAPANAS sangat terasa pengaruhnya disaat populasi belum pulih 100 persen,” ucap Ki Musbar.

Baca juga artikel terkait HARGA TELUR AYAM NAIK atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin