Menuju konten utama

BI Seleksi Pemain Besar untuk Distribusikan Rupiah Digital

Perry menjelaskan terdapat dua pilihan untuk mendistribusikan mata uang digital bank sentral atau central bank digital currency (CBDC).

BI Seleksi Pemain Besar untuk Distribusikan Rupiah Digital
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/2/2020). ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari/ama.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) telah melakukan proses memilih pemain terbesar di perbankan atau perusahaan sistem pembayaran untuk ditunjuk sebagai distribusi rupiah digital. Adapun platform distribusinya nanti akan menggunakan Distributed Ledger Techic (DLT) blockchain.

“Dan perbankan yang ditunjuk akan memiliki dua akun, akun digital dan akun standar," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-16 dan Call for Papers, secara daring Kamis (25/8/2022).

Dia mengatakan saat bank sentral mendistribusikan rupiah digital, hanya perbankan atau perusahaan sistem pembayaran terpilih yang dapat menggunakan DLT yang dimiliki masing-masing. Hal ini karena BI memilih secara wholesale atau grosir, artinya hanya kepada perbankan dan perusahaan sistem pembayaran yang besar.

Lebih lanjut, Perry menjelaskan terdapat dua pilihan untuk mendistribusikan mata uang digital bank sentral atau central bank digital currency (CBDC). Pertama, bank sentral hanya berfokus pada sistem grosir dengan memilih pemain besar secara systemic, yang berarti berhubungan dengan suatu sistem atau susunan yang teratur.

Pilihan kedua yakni perbankan dan perusahaan sistem pembayaran diamanatkan untuk mendistribusikan secara ritel. "Bank sentral lainnya di dunia cenderung memilih keduanya, yakni grosir dan ritel," tuturnya.

Perry menegaskan rupiah digital merupakan salah satu bentuk CBDC, di mana konstitusi dan Undang-Undang BI mengamanatkan bank sentral untuk mengeluarkan rupiah digital sebagai kedaulatan negara dan satu-satunya alat pembayaran yang sah.

Dengan demikian, BI sedang memproses seluruh keperluan yang ada, seperti menerbitkan rupiah digital, membangun platform rupiah digital, memilih distributor, dan distributor wholesale akan menggunakan rupiah digital sebagai alat tukar.

Ke depannya, ia menuturkan generasi milenial akan bisa memiliki dua rekening di bank maupun perusahaan sistem pembayaran, baik rekening biasa maupun rekening digital. "Kami akan lakukan itu. Jadi nantinya milenial bisa melakukan metaverse dari rekening digital tersebut menggunakan rupiah digital," ucap Perry.

Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono meyakini, mata uang digital rupiah atau Central Bank Digital Currency (CBDC) memiliki peluang meningkatkan pertumbuhan pasar modal Indonesia dengan memfasilitasi akses pembayaran dan inklusi keuangan.

"Kita juga bisa belajar tentang implikasi dan peluang positif CBDC bagi sistem keuangan. Dengan demikian CBDC akan membantu membuka peluang bisnis dan transformasi kebijakan," ujar Doni dalam Side Event G20 Advancing Digital Economy and Finance di Nusa Dua, Bali, Selasa (12/7/2022).

Meski menguntungkan, bank sentral memastikan tetap akan melakukan kajian mendalam. Termasuk mendengarkan masukan dari pelaku industri terkait hal yang perlu dipertimbangkan Bank Sentral ketika merancang CBDC.

Doni mengatakan, pengembangan CBDC akan dirancang dengan mempertimbangkan keseimbangan optimal antara desain dan objektivitas kebijakan yang akan aktif untuk memitigasi risiko.

“Oleh karena itu, penerbitan CDBC tidak boleh merugikan stabilitas moneter dan keuangan, melainkan mendukung pemenuhan mandat bank sentral dan membawa manfaat," tegasnya.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz