Menuju konten utama

BI: Defisit Neraca Perdagangan Pengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Faktor penyebab defisit karena jumlah impor pada April 2018 lebih tinggi ketimbang ekspor.

BI: Defisit Neraca Perdagangan Pengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (14/3/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika kembali melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (18/5/2018). Adapun kurs rupiah tercatat bergerak dari posisi Rp14.045 menjadi Rp14.106.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyebutkan bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah itu dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Kendati demikian, Agus meminta agar masyarakat tidak khawatir karena BI telah mengupayakan sejumlah cara untuk menjaga stabilitas. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR).

“Kalau internal, yang jadi perhatian ialah terkait neraca perdagangan yang defisit 1,6 miliar dolar Amerika,” kata Agus di Jakarta, Jumat (18/5/2018).

Faktor penyebab defisit itu adalah jumlah impor pada April 2018 yang lebih tinggi ketimbang ekspornya. Agus melihat realitas tersebut berlangsung karena bulan Ramadan yang semakin dekat, yakni jatuh pada pertengahan Mei 2018.

Kendati demikian, Agus mengungkapkan bahwa BI dan pemerintah telah berkoordinasi untuk selanjutnya menindaklanjuti temuan defisit pada neraca perdagangan bulan lalu.

“Pada bulan sebelumnya (neraca) masih surplus sekitar 1,1 miliar dolar Amerika. Ini adalah dinamika,” ucap Agus.

Rentetan aksi yang sempat mengguncang keamanan negara pun dikatakan Agus berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan. Kendati demikian, Agus mengklaim bahwa dampak yang ditimbulkan relatif kecil. Ia pun tidak merinci lebih lanjut dampak apa saja yang sekiranya masih bisa timbul karena peristiwa bom maupun terorisme.

Sementara dari sisi eksternal, Agus menyebutkan bahwa perekonomian Amerika Serikat yang terus membaik menyebabkan dolar Amerika relatif menguat. The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) pun kemungkinan besar bakal menaikkan suku bunga hingga tiga kali pada tahun ini.

“Kondisi itu dibarengi dengan peningkatan tajam yield (imbal hasil) obligasi 10 tahun Amerika Serikat di kisaran 3,12 persen. Sebelumnya kita tahu masih di bawah 3 persen, dan tahu-tahu jadi di atas tiga itu mengagetkan pasar. Itu langsung berdampak pada dunia, termasuk rupiah,” ujar Agus.

Selain menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,5 persen, Agus juga mengatakan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah dapat dilakukan lewat sejumlah koordinasi dengan pemerintah. Beberapa strategi di antaranya seperti meluncurkan program one single submission maupun pemberian insentif pajak.

“Pesan pemerintah yaitu akan memberikan perhatian pada ekspor serta melanjutkan reformasi dengan 15 kebijakan yang sudah dikeluarkan dan diimplementasikan secara bagus,” kata Agus lagi.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Ibnu Azis