tirto.id - TikTok Shop dianggap sebagai penyebab Pasar Tanah Abang sepi akhir-akhir ini. Para pedagang yang merasa rugi pun meminta kepada pihak pemerintah untuk segera menutup TikTok Shop.
Hal ini diungkapkan oleh para pedagang lewat poster yang mereka buat seadanya dari kardus. Salah satu poster itu berbunyi "Tolong pak, TikTok ditutup pak" dan dipajang di area Pasar Tanah Abang.
TikTok Shop sendiri adalah fitur tempat belanja online yang dimiliki oleh aplikasi TikTok. TikTok merupakan aplikasi media sosial sekaligus platform video yang memungkinkan penggunanya membuat dan mengedit videonya sendiri.
TikTok Shop jadi pilihan tempat belanja online karena harga-harga barang di sana dianggap lebih murah. Selain itu, fitur TikTok Shop mudah dan praktis digunakan sehingga pembeli mendapatkan pengalaman belanja yang memuaskan.
Para pedagang offline sebenarnya sudah banyak yang beralih ke penjualan online dengan memanfaatkan marketplace dan media sosial seperti TikTok. Tak terkecuali pedagang Pasar Tanah Abang yang sebagiannya ikut melakukan live streaming untuk menjual produk-produk mereka.
Namun, belakangan ini Pasar Tanah Abang dikabarkan sepi pembeli dan sejumlah toko memilih untuk tutup. Jika memang ada penjual yang diuntungkan lewat penjualan online, benarkah Pasar Tanah Abang sepi gara-gara TikTok Shop?
Dampak TikTok Shop pada Pasar Tanah Abang
Tak bisa dipungkiri bahwa keberadaan e-commerce dan jejaring sosial berpotensi membantu meningkatkan penjualan UMKM di Indonesia. Akan tetapi, keberadaan TikTok Shop justru dianggap mematikan usaha UMKM dan juga para pedagang di Pasar Tanah Abang.
TikTok Shop dibanjiri dengan barang-barang impor yang harganya jauh lebih murah, bahkan cenderung tidak masuk akal. Hal inilah yang kemudian menggiring konsumen untuk lebih memilih berbelanja di TikTok Shop ketimbang di Pasar Tanah Abang atau tempat lainnya.
Bahkan berdasarkan survey Cube Asia, 85% konsumen TikTok Shop sudah mengurangi belanjanya di marketplace lain seperti Shopee dan Lazada.
Di sisi lain, muncul kecurigaan bahwa hal ini berkaitan dengan Project S yang diluncurkan oleh TikTok. TikTok diduga telah menggunakan algoritma pengguna dan mengumpulkan data tentang barang-barang yang sedang tren atau viral di suatu wilayah.
Dengan data ini, TikTok bisa memproduksi sendiri barang tersebut dan menjualnya dengan harga yang jauh lebih murah. Pola bisnis seperti inilah yang bisa mengancam UMKM di Indonesia, termasuk membuat Pasar Tanah Abang sepi, sehingga pemerintah didesak untuk segera mengambil tindakan tegas.
Sikap Pemerintah Soal TikTok Shop
Pemerintah telah menunjukkan sinyal untuk menutup TikTok Shop. Hal ini karena TikTok menjalankan dua bisnis yang berbeda, yaitu media sosial dan e-commerce.
Sebagai social commerce, TikTok bisa mengetahui preferensi atau data produk yang sedang diminati di masyarakat. Data ini kemudian digunakan untuk mengarahkan pembeli ke produk pilihan TikTok Shop.
Hal ini dianggap membuat persaingan dagang digital tidak sehat karena e-commerce lain tidak memiliki data preferensi seperti TikTok. Namun, pemerintah menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa menutup TikTok Shop begitu saja.
Menkominfo Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa TikTok Shop sudah mengantongi izin menjalankan e-commerce sejak Juli 2023. Jadi, secara legalitas, TikTok tidak melanggar aturan atau undang-undang terkait dengan dua bisnisnya yang berjalan bersamaan.
Dilansir dari Antara News, pemerintah juga merasa tidak mungkin untuk menutup TikTok Shop secara total karena takut memberikan dampak negatif pada pengguna lainnya. Tak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian pedagang atau UMKM yang justru terbantu dengan kehadiran TikTok Shop.
Guna mengatasi masalah ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sedang merumuskan regulasi untuk mengatur TikTok Shop. Regulasi ini pun tentunya akan berpihak pada UMKM yang punya kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari