tirto.id - Andrea Gunawan, selebgram yang aktif menyuarakan perihal kesehatan seksual, membuat tangkapan layar Instastory berisi percakapan dengan salah satu pengikutnya. Dalam percakapan itu, si pengikut mengisahkan dirinya terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) dari aktivitas facial di sebuah klinik kecantikan.
“Menurut dokter, klinik tempat saya facial enggak steril peralatannya dan itu berhubungan dengan darah,” tulis si pengikut ini.
Ia mengaku tak pernah melakukan aktivitas seksual kecuali dengan suami, dan suaminya terbukti negatif HIV. Bahkan, perempuan itu belum pernah pergi ke dokter gigi dan tidak menggunakan jarum suntik bergantian. Kasus yang ia alami memang tergolong jarang. Meski begitu, ia menyarankan perempuan lain untuk bertanya bahkan melihat sendiri proses sterilisasi peralatan facial.
HIV adalah virus yang melemahkan sistem imun manusia. Ia masuk melalui mukosa, menginfeksi sel dendritik lalu sel CD4. Virus kemudian dibawa kelenjar getah bening dan berkembang biak di kelenjar limfa. Ia menyebar ke organ lain seperti otak, limpa, usus hanya dalam hitungan hari karena terbawa aliran darah.
Virus HIV terdapat dalam darah, cairan sperma, cairan vagina, bahkan Air Susu Ibu (ASI). Kemungkinan penularan HIV pada kasus ini terletak pada proses facialnya: terapis akan mengeluarkan jerawat dengan memencetnya menggunakan alat yang dipakai bergantian antar-pasien.
Selain kasus yang dibagikan oleh Andrea, sering ada cerita penyebaran virus melalui tusuk gigi atau jarum yang diletakkan di tempat-tempat umum. Cerita tersebut dibuat untuk membuat stigma negatif kepada orang dengan HIV dan menyebarkan ketakutan. Dokter Ronald Jonathan, konselor HIV/AIDS, memastikan bahwa cerita-cerita tersebut kabar burung belaka. Khusus kasus Andrea, ia menyatakan kemungkinannya sangatlah kecil.
“Virus kalau sudah berada di luar tubuh akan mati karena suhu ruangan, hitungannya berkisar 1 menit-1 jam,” katanya dalam acara diskusi HIV/AIDS dan narkoba bersama Rumah Cemara, Jumat (28/9/2018).
Periode matinya virus juga berhubungan dengan jumlah jaringan penyebarnya (darah, cairan sperma, vagina, dan ASI). Semakin banyak, maka semakin lama virus tersebut mati. Namun, penelitian internal yang dilakukan RS Hasan Sadikin Bandung terhadap 300-an tenaga kesehatan yang tertusuk jarum dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA), hasilnya menyatakan keseluruhan tenaga medis menunjukkan negatif terhadap infeksi HIV.
“Persentase peluangnya 3 per 1.000 kejadian,” terang Ronald.
Yang jelas, HIV bisa menular dari beberapa cara, termasuk transfusi darah atau penggunaan jarum suntik bergantian. Aktivitas lain yang menjadi media penyebaran virus adalah hubungan seks tidak aman (tidak menggunakan kondom) pada orientasi heteroseksual, homoseksual, biseksual. Ronald memastikan lesbian tidak akan tertular HIV karena aktivitas seksualnya, kecuali terdapat faktor eksternal lain.
Pada ibu dengan HIV, virus dapat menular kepada bayi melalui intra-uterin, intra-partum, dan aktivitas menyusui. Sementara hubungan sosial seperti tinggal serumah dengan individu terinfeksi HIV, berenang, berjabat tangan, makan bersama, berciuman, tergigit nyamuk, atau berpelukan, tidak menularkan HIV.
Menurut laman HIV and AIDS Data Hub for Asia Pasific, di Indonesia, individu yang hidup dengan HIV mencapai 630 ribu jiwa dengan jumlah infeksi baru mencapai 49 ribu jiwa.
Ada Obat untuk HIV
Ada banyak orang yang kesulitan membedakan antara pengidap HIV dan pengidap AIDS. Orang dengan HIV belum tentu mengidap AIDS, sedangkan orang dengan AIDS sudah pasti melewati tahapan HIV. Pengidap AIDS adalah orang dengan HIV yang memiliki CD4+ kurang dari 200. CD4+ adalah salah satu bagian sel darah putih yang berfungsi sebagai imun tubuh. Angka normalnya adalah 500 hingga 1.500. Semakin kecil jumlahnya maka semakin rendah sistem kekebalan tubuh pada individu tersebut.
Ada rentang waktu yang dibutuhkan virus HIV untuk berkembang sejak pertama kali ia menginfeksi individu. Sekitar 90 persen orang dengan HIV punya waktu 7 hingga 10 tahun untuk sampai ke tahap AIDS. Kurang dari 5 persen hanya punya kurang dari 3 tahun, sedangkan kurang dari 10 persen punya waktu lebih panjang, yakni 10 hingga 15 tahun.
“Tahap AIDS ini ketika orang sudah mengalami infeksi oportunistik, 90 persennya pasti mengidap penyakit lain,” terang Ronald.
Namun, harapan hidup ODHA dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi obat bernama antiretrovirals (ARV). Ini adalah obat yang harus diminum ODHA seumur hidup guna menekan jumlah virus, mengurangi risiko penularan, dan mencegah infeksi oportunistik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan obat ini, ODHA tidak perlu khawatir menularkan virus ke pasangan maupun anak saat berada di kandungan atau saat menyusui.
Dengan obat ini, diharapkan tak ada lagi stigma tentang tubuh kurus kering dan sakit-sakitan yang terlanjur lekat dengan citra ODHA. ARV bekerja dengan cara menekan virus HIV hingga ke tingkat tak berbahaya. Dengan ini, individu yang memiliki virus HIV dapat memiliki hidup dengan kualitas tinggi. Namun, khasiat obat ini punya catatan khusus: konsumsinya harus benar-benar tepat waktu.
“Harus pasang pengingat, karena kalau tidak konsisten, virus akan resisten terhadap obat,” ujar Ronald.
Editor: Nuran Wibisono