tirto.id - “Sekarang tangkapan ikan di seluruh dunia turun. Sekarang ini, yang naik stok ikannya cuma Indonesia. Penurunan stok ikan dunia itu tiga kali lebih cepat dari yang diperkirakan”. Demikian nukilan wawancara Tirto dengan Susi Pudjiastuti, menteri Kelautan dan Perikanan.
Menteri Susi Pudjiastuti memang sedang getol menangkap kapal yang dianggapnya mencuri ikan di perairan Indonesia. Kebijakan itu tentu saja berpengaruh pada pasokan ikan dunia, mengingat Indonesia merupakan salah satu pemasok ikan utama di dunia. Tapi, benarkah pasokan ikan dunia turun seperti klaim menteri Susi?
Sebanyak 80 persen hasil perikanan dan akuakultur dunia saat ini dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Ikan, pada dasarnya, menyediakan 6,7 persen dari seluruh protein yang dikonsumsi manusia. Selain itu, ikan mengandung sumber asam lemak omega 3, vitamin, kalsium, dan zat besi.
Berdasarkan data Food and Agricultur Organization (FAO), pada 1960an, rata-rata konsumsi di dunia adalah sebesar 9,9 kg per tahun. Konsumsi meningkat menjadi 14,4 kg per tahun pada 1990an. Pada 2009, rata-rata konsumsi ikan per kapita di dunia sebesar 18,1 kg per tahun dan meningkat mencapai 20kg per tahun pada 2014.
- Baca juga: Kembali ke Ikan
Seiring peningkatan permintaan konsumsi, produksi perikanan dan akuakultur dunia juga terus menguat. Berdasarkan data FAO, setiap tahunnya, produksi perikanan dunia terus menunjukkan tren yang meningkat. Pada 2009, jumlah produksi perikanan dan akuakultur dunia mencapai 145,8 juta ton. Dari total produksi tersebut, 123,8 juta ton atau 84,91 persen dimanfaatkan untuk konsumsi. Jumlah produksi ini terus meningkat hingga mencapai 171 juta ton di 2015 dimana 87,36 persen atau 149,4 juta ton digunakan untuk konsumsi. Hingga November 2016, produksi perikanan dan akuakultur dunia telah mencapai 174,1 juta ton.
Berdasarkan daerah penangkapannya, nilai produksi perikanan laut, baik tangkap maupun budidaya, lebih besar daripada perikanan darat. Pada 2009, produksi perikanan laut dunia sebesar 101,1 juta ton sedangkan perikanan darat sebesar 44,8 juta ton atau 30,7 persen dari total produksi dunia. Jumlah produksi ini meningkat hingga mencapai 108,2 juta ton untuk perikanan laut pada 2014 dan 59 juta ton untuk perikanan darat.
Bersumber dari laporan The State of World Fisheries and Aquaculture 2016, penyuplai terbesar pasokan ikan dunia adalah Cina. Pada 2014, nilai ekspor Cina dari hasil perikanan dan akuakultur mencapai $20,98 miliar. Selain Cina, Norwegia merupakan negara eksportir terbesar kedua dengan nilai ekspornya mencapai $10,80 miliar.
Sedangkan, untuk negara Asia Tenggara, Vietnam merupakan eksportir produk ikan dan perikanan terbesar dengan nilai ekspornya yang mencapai $8,03 miliar pada 2014. Selain Vietnam, Thailand menempati posisi kedua, negara eksportir terbesar di Asia Tenggara, dan posisi keempat dunia dengan nilai ekspornya pada 2014 sebesar $6,57 miliar.
Dalam hal produsen perikanan laut, dari sepuluh negara produsen utama, 6 di antaranya adalah Asia dan Cina merupakan produsen terbesar perikanan laut. Pada 2013, Cina memproduksi 13,97 juta ton perikanan laut dan meningkat 6,01 persen pada 2014 menjadi 14,81 juta ton. Indonesia, sebagai produsen kedua terbesar dunia untuk perikanan laut, pada 2013 memproduksi 5,62 juta ton dan meningkat sebesar 7,11 persen pada 2014 menjadi 6,02 juta ton.
Kondisi Perikanan Laut Indonesia
Lebih dari 90 persen hasil tangkap Indonesia merupakan ikan tangkap laut. Produksi perikanan tangkap laut Indonesia pun menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada 2012, jumlah ikan tangkap laut Indonesia adalah sebesar 5,44 juta ton dan meningkat menjadi 5,71 juta ton di 2013 atau tumbuh sebesar 4,96 persen. Pertumbuhan produksi ikan tangkap laut tertinggi jatuh pada 2014, yaitu sebesar 5,48 persen dibandingkan 2013 dengan jumlah produksi mencapai 6,04 juta ton. Pada 2015, jumlah produksi perikanan tangkap laut mencapai 6,2 juta ton.
Terkait dengan hal ini, Indonesia dianggap sebagai pemasok produk perikanan yang cukup kuat. Beberapa negara mengandalkan hasil perikanan Indonesia, seperti Cina, Amerika Serikat, dan Jepang. Semenjak 2012 hingga 2014, nilai ekspor Indonesia mencatat pertumbuhan positif. Pada 2012, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia sebesar $3.853,7 juta dan meningkat menjadi $4.181,9 juta pada 2013 atau tumbuh sebesar 8,52 persen. Namun, pada 2015, ekspor perikanan Indonesia mengalami pertumbuhan negatif sebesar 22,39 persen dibandingkan 2014 menjadi $3.602,6 juta.
Turunnya nilai ekspor perikanan di 2015 disebabkan karena aturan moratorium eks kapal asing yang ditetapkan pada 2014. Salah satu aturan menyebutkan bahwa kapal eks asing yang melanggar akan ditenggelamkan. Dampak dari kebijakan tersebut adalah penurunan ekspor ke negara-negara yang kapalnya ditenggelamkan, seperti Cina, Filipina, dan Thailand.
Meski nilai ekspor sempat menurun, kontribusi perikanan Indonesia terhadap PDB nasional tetap meningkat. Pada 2012 PDB perikanan Indonesia adalah 184,25 triliun rupiah dan berkontribusi sebesar 2,14 persen terhadap PDB nasional. Di 2013 kontribusinya meningkat menjadi 2,21 persen terhadap PDB nasional. Angka ini terus meningkat di 2014 dengan nilai sebesar 247,09 triliun rupiah atau berkontribusi sebesar 2,34 persen terhadap PDB nasional. Pada 2015, sektor perikanan menyumbang PDB sebesar 288,92 triliun rupiah dengan kontribusi 2,51 persen dan 2016 sebesar 317,09 triliun rupiah dengan kontribusi sebesar 2,56 persen.
Berdasarkan data, pasokan ikan dunia tidak mengalami penurunan. Data yang terkumpul bahkan menunjukkan pertumbuhan produksi yang positif. Selain itu, meski memegang peringkat nomor dua di dunia untuk panjang pantai, Indonesia tidak serta merta unggul sebagai negara pengekspor hasil perikanan di dunia. Indonesia bahkan tidak masuk dalam daftar 10 pengekspor utama hasil perikanan dunia. Namun, dalam kategori produksi perikanan laut, Indonesia masih tetap memegang peran penting dalam perdagangan dunia. Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen perikanan laut terbesar.
Meskipun Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen perikanan laut terbesar di dunia, namun kenyataannya sektor perikanan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Hal ini terlihat dari kontribusinya yang hanya menyumbang sekitar 2 persen terhadap PDB Nasional.
Rendahnya kontribusi sektor perikanan menjadi sinyal bahwa pengelolaan dan koordinasi antara perencanaan dan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan masih lemah. Padahal, dengan pengelolaan dan koordinasi yang tepat, Indonesia dapat memaksimalkan potensi kekayaan maritim dan menjadi negara maju. Sebab, untuk pertama kalinya, populasi dunia mengonsumsi lebih banyak ikan yang dibudidayakan ketimbang ikan tangkapan liar. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan tangkap liar dapat dikelola secara berkelanjutan dan di satu sisi potensi budidaya ikan begitu besar.
Potensi maritim Indonesia, selain meningkatkan gizi pengonsumsi, menjadi salah satu sumber pemasukan negara, sekaligus dapat mendukung mata pencaharian dengan pekerjaan yang produktif. Apalagi, Indonesia memiliki jumlah pekerja di bidang perikanan dan kelautan yang tergolong besar, bahkan salah satu terbanyak di Asia.
Penulis: Scholastica Gerintya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti