Menuju konten utama

Belum Ada Kepastian Prabowo akan Maju Lagi di Pilpres 2019

Di internal Partai Gerindra dan para calon mitra koalisinya masih belum bulat soal kepastian apakah Prabowo jadi calon di Pilpres 2019.

Belum Ada Kepastian Prabowo akan Maju Lagi di Pilpres 2019
Prabowo Subianto. FOTO/REUTERS/Tim Chong

tirto.id - Rencana deklarasi Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) 2019 masih belum bulat. Kader Gerindra belum sepenuhnya satu suara mengusung kembali mantan Danjen Kopassus sebagai capres seperti 2014 lalu. Begitu juga dengan para partai calon mitra koalisi.

Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, pada 20 Maret lalu memutuskan Prabowo maju sebagai capres dan sedang mencari waktu yang tepat untuk melakukan deklarasi, rencananya April 2018.

Wakil Ketua MPR ini mengklaim sudah ada satu partai di luar Gerindra yang telah menyatakan dukungan kepada Prabowo. Artinya Gerindra dengan dukungan satu partai lain, maka syarat Presidential Treshold 20 persen telah terpenuhi.

Pernyataan senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum GerindraFadli Zon, dan Ketua DPP GerindraAhmad Riza Patria. Keduanya lebih spesifik menyatakan deklarasi akan digelar pada 11 April 2018, berbarengan dengan Rakernas Gerindra. Di sisi lain, pernyataan yang menggantung datang dari Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra sekaligus adik Prabowo, Hashim Djoyohadikusumo.

"Yang menentukan semua Tuhan Yang Maha Esa. Anda percaya itu. Anything is possible," kata Hashim di kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28/3) kemarin, ketika ditanya soal kepastian majunya Prabowo sebagai capres.

Pernyataan Hashim senada dengan anaknya, Aryo Djoyohadikusumo, yang juga menjabat Wasekjen DPP Gerindra. Aryo mengatakan pencalonan Prabowo belum final, termasuk siapa pendampingnya bila jadi capres.

"Siapa calonnya nanti kita lihat. Teman-teman (media) nongkrong aja di Imam Bonjol [kantor Komisi Pemilihan Umum], nanti siapa yang datang," kata Aryo. Rencananya pendaftaran capres di KPU diselenggarakan pada Agustus 2018.

Ada beberapa aspek yang menurutnya belum dipenuhi dari mantan menantu Soeharto tersebut, di antaranya suara dukungan partai politik dan elektabilitas Prabowo. Gerindra masih butuh 39 kursi agar dapat mengusung capres. Sementara itu, masalah elektabilitas dapat dibantu oleh cawapres yang ideal.

Namun, sampai saat ini mereka belum menemukan nama yang cocok. Ada lima nama mengerucut, yang sejauh ini masih dirahasiakan. "Lima nama ini harus bisa memenuhi kekurangan kursi Pak Prabowo," kata Aryo.

Prabowo Sedang Menyusun Kekuatan

Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantoro menyampaikan soal belum ada kepastian pencalonan Prabowo karena beberapa hal, yang intinya berkaitan dengan penyusunan kekuatan.

Ferry menyatakan dalam pertemuan di rumah Prabowo, pada 26 Maret lalu, Prabowo memerintahkan para kader untuk kembali memastikan partai koalisi dan mendengarkan aspirasi dari masyarakat dan ulama.

Ferry juga mengatakan kalau sejauh ini Prabowo sedang rajin-rajinnya melakukan safari politik ke daerah.

"Dari sejak kemarin Pak Prabowo melakukan perjalanan ke Jawa Barat dalam rangka mendukung Sudrajat-Syaikhu [cagub-cawagub Jabar]. Dalam waktu dekat juga akan ke Jawa Tengah. Itu juga dalam rangka mendengarkan suara rakyat," kata Ferry.

Mengenai konsolidasi kekuatan juga dibenarkan oleh Wasekjen Gerindra Andre Rosiade. Menurutnya, safari politik memang dalam rangka meningkatkan elektabilitas. Berdasarkan senurut seluruh survei yang pernah dirilis sejak Pemilu 2014 menempatkan Prabowo selalu di bawah Joko Widodo.

"Diharapkan dengan safari politik ini elektabilitas Pak Prabowo naik," kata Andre kepada Tirto.

Konsolidasi kekuatan juga termasuk memastikan terbentuknya koalisi yang kuat. Di sana ada nama PKS dan PAN yang telah jadi koalisi mereka sejak Pilpres terakhir. Partai-partai ini hanya belum bersepakat siapa sosok cawapres, sedangkan sosok capres sudah bulat merujuk kepada Prabowo.

"Nah, komunikasi dengan partai lain ini yang menyebabkan kami belum deklarasi siapa cawapres Pak Prabowo," kata Andre.

Respons Parpol Potensial Koalisi

Namun, pernyataan Andre berbanding terbalik dengan sikap para elite PKS, PAN, serta PKB yang juga condong ikut ke koalisi ini.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, mengatakan capres dan cawapres harus diputuskan melalui mekanisme musyawarah. Gerindra tidak berhak menentukannya secara searah mengingat mereka sendiri tak punya suara yang cukup.

Mardani menyatakan PKS sudah memiliki sembilan nama yang direkomendasikan sebagai capres atau cawapres, yakni Ahmad Heryawan, Hidayat Nurwahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, M Sohibul Iman, Salim Segaf Aljufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan dirinya.

"Majelis syuro kami menunggu Gerindra mau mengajukan satu, dua atau berapa pun, all the candidate on the table. Kita bahas bareng bareng," kata Mardani.

Ketua Desk Pemilu PKB, Daniel Johan, membantah partainya telah menentukan sikap mendukung Prabowo sebagai capres. Menurutnya, sampai saat ini PKB masih terbuka terhadap semua peluang.

"Kami akan menentukan sikap di muspimnas [musyawarah pimpinan nasional], Juni nanti," kata Daniel kepada Tirto.

Sementara Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, pada 27 Maret lalu menyebut keputusan soal capres-cawapres akan diputuskan Juli mendatang. "Semuanya sekarang masih informal," kata Zulkifli.

Gerindra Perlu Calon Alternatif

Direktur Eksekutif Populi Centre Usep S Ahyar menyarankan Gerindra untuk mengusung calon alternatif saja. Alasannya elektabilitas Prabowo sulit mendekati apalagi mengungguli Jokowi.

"Sebaiknya orientasinya diubah. Mengusung yang lebih muda sekaligus mempersiapkan di [pemilu] 2024," kata Usep kepada Tirto.

Usep menilai Aryo dan Muzani bisa dimajukan sebagai capres. Menurutnya, Muzani punya modal besar karena telah dikenal publik sebagai Wakil Ketua MPR dan Sekjen Gerindra. Sementara Aryo juga sama. Ia merupakan salah satu "pewaris" partai yang masih bisa dikatrol elektabilitasnya seperti Agus Yudhoyono.

"Atau Anies bisa juga diusung kalau dia mau 'di-Gerindra-kan'," kata Usep.

Usep berpendapat Prabowo memiliki pengalaman yang baik sebagai king maker. Terbukti dengan menjadikan Jokowi dan Anies sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Berbeda dengan Usep, Peneliti SMRC, Sirojudin Abbas, menilai Gerindra akan kesulitan bila memunculkan calon alternatif dari internal mereka sendiri. "Waktu sosialisasi tidak cukup," kata Sirojudin kepada Tirto.

Sirojudin menilai lebih baik Prabowo tetap maju atau Gerindra mengusung calon lain dari luar partai. Ia menilai sosok Gatot Nurmantyo, mantan Panglima TNI, bisa jadi alternatif.

"Gatot sudah menyatakan juga ingin maju dari Gerindra. Elektabilitasnya juga mendekati JK [Jusuf Kalla] saya rasa," kata Sirojudin.

Namun, Sirojudin perndapat kans Gerindra dan koalisinya menang di Pilpres 2019 tetap kecil meski sudah diotak-atik formasi para kandidat.

"Kalau tidak ada hal besar, saya kira Jokowi akan menang," katanya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Rio Apinino