Menuju konten utama

Bacaan Lafadz Takbir Idul Adha: Arab, Latin, dan Maknanya

Berikut ini bacaan lafadz takbir Idul Adha dalam tulisan Arab, Latin, dan terjemahannya.

Bacaan Lafadz Takbir Idul Adha: Arab, Latin, dan Maknanya
Warga mengikuti pawai obor dan takbiran di Medan, Sumatera Utara, Rabu (30/3/2022). ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/tom.

tirto.id - Salah satu amalan yang identik dengan Hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri adalah kumandang takbir. Pelaksanaan takbir untuk Hari Raya Idul Adha dapat dikerjakan dengan durasi yang lebih lama ketimbang Idul Fitri. Kaum muslimin dapat bertakbir mulai malam Idul Adha sampai berakhirnya hari tasyrik pada 11,12,13 Zulhijah. Lantas, bagaimana bacaan lafadz takbir untuk Hari Raya Idul Adha yang dapat dikumandangkan umat Islam?

Takbir saat Idul Adha dan hari-hari tasyrik dapat dilakukan di berbagai keadaan, termasuk usai salat 5 waktu, hingga saat beraktivitas sehari-sehari.

Ada beberapa pendapat terkait waktu untuk bertakbir ketika masuk hari Idul Adha. Imam Nawawi dalam kitab Roudhotuth Tholibin (Juz 1: Hlm. 328) menyebutkan terdapat 3 pendapat mengenai awal dan akhir waktu dalam takbir Idul Adha sebagai berikut.

"Untuk selain orang yang berhaji, mereka bertakbir sebagaimana jamaah haji (yaitu setelah Zuhur pada Idul Adha hingga subuh akhir di hari tasyrik. Ini pendapat pertama dan inilah pendapat yang terkuat di kalangan Syafi’iyah [para ulama mazhab Syafi'i].

Pendapat kedua menyatakan takbir dimulai setelah Magrib pada Hari Raya Idul Adha [waktu berdasarkan penanggalan komariah dimulai usai Magrib] hingga waktu subuh di hari tasyrik yang ketiga.

Pendapat ketiga, takbir dimulai pada waktu subuh di hari Arafah dan berakhir setelah Asar di hari tasyrik yang terakhir. Imam Ash-Shoydalani dan ulama lainnya berkata bahwa pendapat terakhir inilah yang diamalkan di berbagai negeri.”

Selama pelaksanaan takbir Idul Adha dan hari Tasyrik tersebut, terdapat contoh dari sahabat Nabi Muhammad SAW untuk bertakbir selepas melaksanakan salat 5 waktu.

Sebagai contoh, sahabat Ibnu Umar bertakbir di Mina pada hari-hari tasyrik. Hal itu dilakukan seusai salat 5 waktu.

Namun, pelaksanaan takbir sebenarnya tidak terbatas pada salat saja, beliau juga bertakbir pada kesempatan apa pun seperti di tempat tidur, majelis, hingga di jalan-jalan pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik.

Dalam Islam, kumandang takbir adalah bentuk ajakan menyebut kebesaran Allah dan mengajak yang lain mengerjakan hal serupa.

Sesuai sunahnya, orang Islam laki-laki dianjurkan mengeraskan suara saat bertakbir, tapi tidak demikian bagi perempuan.

Sebagai catatan, kumandang takbir ini menjadi syiar Idul Adha dan lebih utama dari zikir lainnya saat dilakukan sesuai waktu yang disyariatkan.

Bacaan Takbir dalam Tulisan Arab, Latin, dan Artinya

Umat Islam yang bermaksud mengumandangkan takbir Hari Raya Idul Adha dapat menggunakan lafal berikut:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

"Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar.

Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu."

Artinya: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”

Selanjutnya, setelah takbir di atas telah dibaca tiga kali, dapat ditambahkan kalimat berikut yang pernah dibacakan Nabi Muhammad sewaktu berada di bukit Shafa:

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ, لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرْ, اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً

لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ, مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْـدَهُ, وَنَصَرَعَبْدَهُ, وَاَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَاَللَّهُ اَكْبَرْ

"Allāhu akbar kabīrā walhamdulillāhi katsīrā, wasubhānallāhi bukratawwa ashīllā.

Lā ilāha illallahu walā na’budu illā iyyāh, mukhlishīna lahuddīn, walau karihal-kāfirun,

Lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa’dah, wanashara ‘abdah, wa a’azza jundah, wahazamal ahzāba wahdah.

Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar."

Artinya:

Allah Maha Besar dengan segala kebesaran,

Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya,

Dan maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore.

Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam meskipun orang kafir membencinya.

Tiada Tuhan selain Allah dengan ke-Esaan-Nya. Dia menepati janji, menolong hamba dan memuliakan bala tentara-Nya serta melarikan musuh dengan ke-Esaan-Nya.

Tiada Tuhan selain Allah.

Baca juga artikel terkait TAKBIR IDUL ADHA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Abdul Hadi