tirto.id - Jadwal hari tasyrik 2024 dan info tanggal berapa merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun agenda ibadah selama Idul Adha ini.
Tasyrik menjadi hari-hari yang seyogyanya diperhatikan umat Islam di bulan Zulhijah 2024. Sebab, pada hari tasyrik terdapat ketentuan yang harus dipatuhi kaum muslim, salah satunya haram untuk menjalankan ibadah puasa.
Tasyrik merupakan tiga hari setelah perayaan Hari Raya Idul Adha meliputi 11, 12, dan 13 Zulhijah. Informasi terkait hari tasyrik dapat diperkirakan berdasarkan keputusan Kementerian Agama Republik Indonesia tentang hasil sidang Isbat 1 Zulhijah 1445 dan jatuhnya Hari Raya Idul Adha 2024.
Berikut ini ketentuan-ketentuan yang sebaiknya diperhatikan kaum muslim di hari-hari tasyrik.
Kapan Idul Adha 2024 & Hasil Sidang Isbat
Kemenag RI telah menyelenggarakan sidang isbat penentuan 1 Zulhijah 1445 H dan Hari Idul Adha 2024 pada Jumat, 7 Juni 2024 lalu. Berdasarkan pengamatan tim hisab rukyat Kementerian, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag memaparkan, posisi hilal hari Jumat, 7 Juni 2024 telah melampaui kriteria imkanur rukyat MABIMS.
Berkaitan itu, hasil sidang isbat Kemenag menetapkan, 1 Zulhijah 1445 H jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024. Kemenag juga memutuskan, Hari Raya Idul Adha 2024/10 Zulhijah 1445 H akan bertepatan pada Senin, 17 Juni 2024.
Di sisi lain, tidak ada perbedaan mengenai jatuh 1 Zulhijah 1445 H dan Hari Raya Idul Adha 2024 antara Kemenag, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah. Oleh sebab itu, perayaan Hari Raya Idul Adha 2024 Kemenag, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah dipastikan bebarengan.
Jadwal Hari Tasyrik pada Idul Adha 2024
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Hari Raya Idul Adha 2024 di Indonesia akan jatuh pada Senin Kliwon, 17 Juni 2024 (10 Zulhijah 1445 H). Sementara itu, hari tasyrik 2024 akan jatuh selama tiga hari setelah perayaan Idul Adha 2024. Berikut ini jadwal hari tasyrik 2024 dan informasi tanggal:
- Selasa Legi, 18 Juni 2024 (11 Zulhijah 1445 H)
- Rabu Pahing, 19 Juni 2024 (12 Zulhijah 1445 H)
- Kamis Pon, 20 Juni 2024 (13 Zulhijah 1445 H).
Larangan dan Amalan di Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah hari-hari yang di dalamnya kaum muslim dilarang atau diharamkan berpuasa qada maupun sunah. Sebab, hari tasyrik ditetapkan sebagai waktu untuk makan dan minum sebagaimana hadis dari Nubaisyah Al-Hudzali, Rasulullah bersabda sebagai berikut:
Artinya: “Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Hari Tasyrik adalah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari dzikir,” (HR Muslim).
Meskipun demikian, sebagian ulama berbeda pandangan mengenai larangan puasa di Hari Tasyrik. Hal tersebut berkaitan dengan sebuah bunyi hadis dari Ibnu Umar Ra. sebagai berikut:
“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, keduanya berkata “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan kurban ketika menunaikan ibadah haji”. (HR. Bukhari, no. 1859).
Terlepas dari perbedaan di atas, umat Islam di hari tasyrik dianjurkan untuk menjalankan beberapa amalan. Pertama, menyembelih hewan kurban bagi kaum muslim yang mampu. Dalam sebuah hadis dari Jubair bin Muth'im, Rasulullah Saw. pernah bersabda sebagai berikut:
"Semua hari Mina adalah tempat menyembelih [hadyu] dan semua hari tasyrik adalah waktu untuk menyembelih," (HR. al-Baihaqi).
Kedua, memperbanyak zikir pada hari-hari tasyrik seperti membaca tahlil, takbir, dan tahmid. Imam Bukhari pernah meriwayatkan hadis sekaligus mengutip pandang Ibnu Abbas Ra. sebagai berikut:
“Ibnu Abbas ra. mengatakan, ‘Sebutlah nama Allah [dzikirlah] pada hari tertentu,’ [Surat Al-Baqarah ayat 203]. ‘Hari 10 dan hari-hari tertentu adalah Hari Tasyrik.’ Sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra. keluar ke pasar pada hari 10 sambil bertakbir. Orang-orang pun ikut bertakbir karena takbir keduanya. Muhammad bin Ali juga bertakbir setelah shalat sunnah,” (HR. Bukhari).
Ketiga, bersedekah sesuai kemampuan kepada sesama. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. menganjurkan sedekah di bulan Zulhijah sebagai berikut:
”Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah,” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani
