Indeks Tulisan
Selera Lidah Para Penguasa
Empat presiden negeri ini pernah dilayani Sukijo. Lelaki asal Karanganyar, Jawa Tengah itu mahfum soal selera makan para mantan pemimpin negeri ini. Dari mendiang Presiden Suharto, kemudian berlanjut BJ Habibie hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pernah dilayaninya perihal santap makanan hingga jamuan kenegaraan.
Menu Istana Negara yang Sarat Makna
Para presiden di Indonesia punya cara tersendiri buat menggabungkan antara makanan dan Istana Negara. Sukarno pernah menghadirkan minuman “Sang Sangka” di Istana Negara, sebagai simbol nasionalisme. Mendiang Presiden Abdrurrahman Wahid pun sama, dia pernah mengagulkan “Sop Ayam Sehat” dan aneka soto sebagai ikon masakan sejumlah daerah di Nusantara.
Minimnya Identitas Indonesia dalam Jamuan Kenegaraan
Makanan sudah lama menjadi alat diplomasi. Nyaris semua bangsa punya tradisi menjamu tamu dengan pesta yang menghadirkan makanan khas mereka. Hingga sekarang, tradisi menjamu tamu masih menjadi kebiasaan negara.
"Presiden Harus Punya Itikad Memperbaiki Menu Istana"
Jamuan kenegaraan yang sering digelar di Istana Merdeka, Jakarta, ternyata belum menampilkan sajian menu tradisional Indonesia. Masih sering menyajikan steak dengan pertimbangan agar tamu mancanegara bisa mengonsumsinya. Padahal, sajian kenegaraan bisa menjadi corong untuk memperkenalkan kelezatan masakan Indonesia ke dunia.
Aa Gym Kerahkan 1000 Orang untuk Bersihkan Masjid Istiqlal
Abdullah Gymnastiar memimpin seribu orang anggota Pesantren Daarut Tauhid Bandung untuk membersihkan sampah-sampah sisa demo di Masjid Istiqlal.
Pendemo 4 November: Kami Tidak Ada Masalah dengan Etnis!
Sejumlah pendemo menolak jika aksi 4 November ini diidentikkan dengan sentimen etnis.
Mitos Pemotretan Bayi yang Baru Lahir
Memotret bayi berumur hitungan hari sedang menjadi tren. Bayi menopang dagu salah satunya. Tapi banyak yang bilang memfoto bayi adalah hal membahayakan, salah satunya risiko kebutaan. Mitos atau fakta?
Tugas Jaksa, Antara Mengawasi Proyek dan Penyidikan
Penugasan para jaksa dalam mengawal dan mengamankan proyek infrastruktur berpotensi menurunkan capaian kinerja mereka. Jika pada tahun 2015 kinerja penyidikan pidsus dari Kejagung hingga Kejari mencapai 1.717 perkara, kini hingga September 2016 baru mencapai 1.200 perkara.
Anggaran Khusus Rp63,6 Miliar untuk Jaksa Mengawal Proyek
Jaksa Agung pernah mengajukan anggaran Rp63,6 miliar ke Komisi III DPR untuk operasional keterlibatan jaksa dalam mengawal dan mengamankan proyek pembangunan infrastruktur. Padahal jika memanfaatkan BPK atau BPKP, tidak perlu ada lagi pengeluaran negara.
Ketika Jaksa Jadi "Centeng" Proyek Infrastruktur
Para jaksa mendapat tugas baru sebagai pengawal dan pengaman proyek infrastruktur pemerintah mulai dari pusat hingga daerah. Tujuannya, meminimalisir terjadinya penyelewengan. Namun, keterlibatan para jaksa di dalam berbagai proyek pembangunan justru dikhawatirkan memunculkan konflik kepentingan.
"TP4 Justru Membebani Kejagung dan Seperti Centeng Proyek"
Melibatkan para jaksa sebagai pengawal dan pengaman proyek pemerintah di pusat maupun daerah justru berpotensi memunculkan persoalan baru. Para jaksa justru dikhawatirkan bakal tutup mata jika terjadi penyelewengan di proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
Yang Terlalu Indah Bisa Jadi Menipu
Imbal hasil investasi yang tinggi memang menggiurkan. Ia adalah pemikat agar investor mau menempatkan dananya pada sebuah investasi. Namun, di balik itu, ada bahaya besar yang mengancam: penipuan.
"Masyarakat Harus Waspada Tawaran Bunga Tinggi"
Penipuan berkedok investasi tak pernah berhenti menggoda masyarakat. Padahal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menerus melakukan edukasi. Bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi beragam tawaran investasi?
Meraup Rupiah dari Bimbel Akpol dan Akmil
Biaya mendirikan bimbingan belajar (bimbel) taruna berkisar antara Rp100 juta hingga Rp 150 juta. Modal tersebut berpotensi balik dalam setahun.
"Bimbel Akpol Paling Banyak Peminatnya"
Lembaga bimbingan belajar (bimbel) untuk menjadi taruna Akademi Kepolisian (Akpol) atau Akademi Militer (Akmil) bermunculan di Bandar Lampung. Saat ini, terdapat tiga bimbel yang menawarkan bantuan bagi siswa SMU yang bercita-cita masuk Akpol atau Akmil agar menjadi perwira polisi atau TNI.
Maraknya Bimbel Abdi Negara
Masuk Akademi Kepolisian (Akpol) atau Akademi Militer (Akmil) bukan hal yang mudah. Sejumlah bimbingan belajar hadir untuk membantu lulusan SMA masuk Akpol dan Akmil. Bimbel ini tidak hanya memberikan pelatihan materi, tetapi juga fisik. Beberapa bahkan mematok syarat layaknya masuk Akpol dan Akmil.
"Persaingan di Pasar Mobil Indonesia Itu Keras"
Pasar mobil di Indonesia memang gemuk, tapi juga keras persaingannya. Pendatang baru yang tak sungguh-sungguh hanya akan angkat kaki seperti Ford. Sebagian lagi mencoba strategi baru dengan menggandeng mitra baru, untuk melanjutkan bisnisnya atau bertransformasi dengan membangun pabrik baru.
Jejak Pembunuhan Munir dan "Ikan Besar" di Singapura
Laporan TPF kasus meninggalnya Munir Said Thalib dikabarkan hilang. Padahal dokumen itu diharapkan ada-ada fakta baru untuk mengusut kasus pembunuhan Munir. Dugaan keterlibatan lembaga negara kembali berhembus.
Kejanggalan Raibnya Laporan TPF Pembunuhan Munir
Kasus pembunuhan Munir masih meninggalkan misteri hingga kini. Dalang pembunuhan masih belum terungkap meski dokumen hasil investigasi Tim Pencari Fakta kasus sudah diserahkan pada Juni 2005. Kini, dokumen itu justru dilaporkan hilang. Padahal keterlibatan aktor pembunuh Munir di lembaga negara dipaparkan di dalamnya.
"Dokumen Hilang di Instansi Negara Bukan Hal Baru"
Sudah 12 tahun Munir Said Thalib, aktivis Hak Asasi Manusia, meninggal dunia dalam penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam. Namun, dalang pelaku pembunuhan terhadap Munir belum terungkap hingga saat ini. Ironinya, dokumen hasil investigasi Tim Pencari Fakta kasus kematian Munir justru dinyatakan hilang.