tirto.id - Ribuan masyarakat muslim mendatangi Jakarta dari berbagai daerah, mulai Aceh, Medan Ciamis dan berbagai daerah lainnya. Kedatangan mereka ke Jakarta untuk menuntut proses hukum terhadap penista agama, dan bukan mengumbar sentimen etnis.
"Tidak ada kebencian terhadap etnis tertentu, kami tidak mendukung proses hukum yang lamban. Kenapa rakyat kecil langsung ditangkap jika dilapor. Sementara orang lain, ketika ada video dan bukti yang jelas, kenapa lamban prosesnya," kata Kang Amang dari Ciamis kepada tirto.id, Jumat (4/11/2016).
Lambannya proses penegak hukum terhadap Ahok membuktikan bahwa telah terjadi tebang pilih. Selama ini masyarakat kecil yang persoalan hukumnya lebih kecil langsung di proses sama aparat.
Ia membantah pemberitaan di media yang menyebutkan bahwa demo ini karena ketidaksukaan dengan etnis tertentu. Kang Amang mengungkapkan, mereka di Ciamis berbaur dalam kehidupan dengan orang Tionghoa, bahkan saling melindungi dan melengkapi di sana.
"Kita berbaur kok sama orang tionghoa atau China. Di depan masjid ada orang China. Enggak apa-apa, saling melindungi. Walaupun berebeda agam tapi jalan bersama-sama kehidupan," kata Amang.
"Bahkan untuk membangun pondok pasantren aja, mereka memberi kita utang. Ini kemudahan bagi kami,"ujarnya.
“Namun, ketika iman kami dicolek, dicubit maka kami akan membelanta sampai mati. Silahkan Anda memilih agama sesuai dengan keyakinan Anda. Agamaku untuk agamaku, agamamu untuk agamamu. Karena itu kita saling menghargai satu sama lain meskipun beda agama,” tegasnya.
Menurut Amang, ramainya masyarakat yang turun ke Jakarta karena pedoman mereka diusik. Jika tak diusik maka mereka tidak seperti sekarang ini. Hal serupa diungkapkan Kh Aeb dari Banjanegara. Dia mengatakan kedatangannya sebagai orang muslim untuk membela pedoman kami.
"Datang ke Jakarta bukan karena kebencian sama orang China atau kafir. Tapi karena pedoman iman kami diusik. Kami takut, pedoman kami dilecehkan salah seorang gubernur.
"Ahok mungkin bisa begitu. Namun dia sebaga pejabat itu harus dijaga. Surat Al maidah itu bukan baluatan manusia, tetapi wahyu dari rasul. Ketika berani menafsirkan bahkan melechkan kami akan membela. Karena itu harus segera diadili," kata Aeb.
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra