Menuju konten utama

Mitos Pemotretan Bayi yang Baru Lahir

Memotret bayi berumur hitungan hari sedang menjadi tren. Bayi menopang dagu salah satunya. Tapi banyak yang bilang memfoto bayi adalah hal membahayakan, salah satunya risiko kebutaan. Mitos atau fakta?

Mitos Pemotretan Bayi yang Baru Lahir
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - 23 September lalu, Ema Apriyani (29) dianugerahi anak pertama, bayi laki-laki bernama Adipati Langit Bagusrangga Wanranto. Ema kini menetap di Hong Kong karena mengikuti suaminya bertugas. Tak ingin melewatkan hari-hari pertama memiliki anak, dia memutuskan memanggil fotografer untuk mengabadikan hari-hari pertama sang buah hati.

Ema menuturkan di Hong Kong urusan bayi masih cukup konservatif hingga kebanyakan fotografer bayi adalah orang-orang asing. Atas rekomendasi teman, Ema memilih Lumo Photography yang biasanya mematok harga kisaran 3.500 HKD atau sekitar Rp6 juta untuk waktu dua jam per sesi di rumah. Ema mengatakan Lumo cukup hebat memenuhi kebutuhan pemotretan. Mereka hanya mengirimkan fotografer yang sudah berpengalaman selama 10 tahun tanpa asisten foto dan pendamping lainnya.

“Fotografernya cewek dan sudah mengerti membuat posisi bayi senyaman mungkin, jadi kami tenang. Kami juga pesan supaya tidak dibuat pose yang terlalu aneh, khawatir ada reaksi dari keluarga di Indonesia ,” ujar Ema kepada tirto.id, Kamis (3/11/2016).

Hasil diskusi dengan fotografer, Ema baru tahu kalau setelah 15 hari wajah bayi berubah. Biasanya berwarna lebih merah akibat alergi susu atau yang lainnya, bayi juga akan lebih susah diarahkan karena sudah lebih aktif dibanding dua minggu pertamanya di dunia. Kini ratusan potret sang bayi telah terabadikan, Ema pun membaginya pada kerabat dan keluaga di tanah air.

Ia menceritakan, awalnya sempat ragu karena banyak pro dan kontra tentang pemotretan bayi yang baru hitungan hari usianya. Di tambah membaca komentar-komentar di foto bayi orang Indonesia, terutama anak para artis, yang rata-rata cenderung mengkritik. Sebagai orang tua, tidak ada yang mau membahayakan anaknya, bukan?

"Prosesnya ternyata nggak bahaya dan seseram bayangan orang. Rata-rata pose aman untuk bayi seperti tungkurap dan gulingan. Cuma karena kita nggak biasa melihat dan memperlakukan bayi seperti itu. Tapi karena anak kakak lahir di Hongkong jadi cara menangani bayi juga beda sama di Indonesia. Di sini nggak sehati-hati di Indonesia," paparnya.

Sementara itu, di Indonesia tren pemotretan bayi yang baru lahir sudah berkembang sejak enam tahun ini. Tren tersebut mulai marak ketika para pesohor negeri dan kalangan artis memamerkan potret-potret anaknya yang baru lahir. Sejumlah artis melakukan hal itu dan biasanya menggunakan media sosial untuk membagikannya kepada publik.

Berbagai jasa dan tema pun ditawarkan untuk menarik minat konsumen di Indonesia. Tema yang ditawarkan kebanyak untuk membuat bayi lebih menawan dan lucu, seperti pose sedang tidur, bayi dengan handuk, bayi dalam keranjang, bayi dengan latar papan tulis, dan bayi dengan mainan. Perlengkapan properti ini sudah disediakan pihak pemberi jasa foto dengan biaya yang berbeda-beda. Contohnya, Amore Baby Potraits menawarkan dua tipe newborn package untuk bayi berusia 5-14 hari.

Mini Newborn dilakukan asosiasi fotografer dengan lampu studio yang konstan (continuous light) dan bukan menggunakan blitz. Pemotretan akan dilakukan di studio dengan waktu pemotretan dua jam. Dalam satu tim yang terlibat, ada empat orang terdiri dari fotografer, asisten fotografer dan dua orang asisten tata cahaya. Tetapi untuk asisten fotografer, biasanya (kalau bukan wajib) adalah perempuan dan sudah memiliki anak.

Sebab, insting keibuannya ada sehingga diharapkan bisa lebih mampu merespons dan menyikapi gerak-gerik si bayi. Sedang Newborn Classic dan Newborn Exclusive Album menggunakan natural light (sinar matahari) dan dapat dilakukan di studio atau kediaman konsumen dengan waktu pemotretan 4 jam. Tim yang turun sama juga dengan Mini Newborn, bedanya fotografer langsung ditangani oleh Shinka Moeharjo, pemilik Amore Baby Potraits. Harganya pun bermacam. Merentang dari kisaran Rp. 2.500.000 sampai Rp. 13.600.000.

Pemotretan Bayi Aman

Seperti di Hong Kong yang masih konservatif, sambutan masyarakat di Indonesia masih belum seutuhnya menerima pemotretan bayi yang baru lahir. Ada yang bilang pamali memainkan bayi yang baru lahir. Sebagaian mengakhawatirkan kesehatan tulang masa depan bayi, bahkan ada yang percaya flash kamera dapat mengakibatkan kebutaan pada retina yang belum seutuhnya terbuka sempurna.

Dokter Spesialis Anak Rini Sekartini membantah berbagai pandangan tersebut. Menurutnya tidak ada masalah bagi anak berusia 5 sampai 14 hari untuk di foto selama bayi memang tidak memiliki kelainan. Artinya, si bayi dalam keadaan sehat dan normal saat lahir. Mungkin sebagian masyarakat menganggap bahwa menopang dagu bagi anak yang baru berusia di bawah 14 hari akan membahayakan bagi kesehatannya.

"Bayi 7 hari pertama sebagian besar telapak tangannya masih mengepal sehingga bisa menopang dagu. Jadi kalau posisinya sesuai itu tidak ada masalah. Memang posisi anak baru lahir itu ada beberapa," kata Rini kepada tirto.id, Rabu (2/11/2016).

Infografik Mitos dan Fakta Seputar Memfoto Bayi

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan posisi tidur anak bayi itu ada dua. Pertama posisi terlentang. Posisi ini dianjurkan karena dapat mencegah terjadinya sindrom kematian mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS). Kedua, posisi tengkurap dengan kepala menghadap ke samping.

Posisi ini masih dalam perdebatan. Penelitian melaporkan posisi tidur tengkurap akan membuat bayi lebih nyaman, bayi dapat tidur lebih nyenyak, tangisnya berkurang, serta gerak pernapasan dan perkembangan motoriknya lebih baik. Tetapi posisi ini juga dilaporkan dapat menimbulkan SIDS sehingga orang tua tetap mengawasi posisi tidurnya.

Tak hanya itu, Rini yang merupakan Ketua Umum IDAI DKI Jakarta melanjutkan bahwa pemakaian flash dalam pemotretan tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan bayi. Mungkin sebagian masyarakat pernah mendengar cerita seorang anak di China yang buta karena flash kamera di usia 3 bulan.

Informasi ini cepat menyebar ke seluruh dunia dan tentu membuat orang tua khawatir terhadap efek flash kamera. Cerita itu dipublikasikan secara online di situs budaya ViralSpell yang merupakan terjemahan dari versi bahasa China.

Dr. Alex Levin, kepala bagian dokter spesialis mata anak dan genetika mata di Wills Eye Hospital in Philadelphia menyebutkan kasus tersebut sangat tidak mungkin. "Jika cerita ini benar, tentu akan ada banyak bayi yang buta setelah difoto di luar sana," katanya seperti dikutip Yahoo.

Dokter menduga, bisa jadi bayi itu sudah buta matanya dan dokter menemukan kondisi fisiknya ketika mereka melakukan pemeriksaan. "Tapi menghubungkan kebutaan dengan mengambil foto dengan kamera, itu tidak benar,” tegas Levin. “Tidak mungkin kamera dapat menyebabkan kerusakan mata. Flash kamera adalah cahaya yang menyebar, sehingga tidak berbahaya."

Pihaknya pernah melakukan operasi pada bayi yang baru lahir dengan memberikan cahaya sangat terang langsung pada bagian paling sensitif dari matanya selama 30 menit. Hasilnya, tidak ada dampak yang menyebabkan kebutaan. Dia menuturkan adanya retina yang menjadi lapisan terakhir pada mata memiliki fungsi melindungi mata dari cahaya paling terang sekalipun.

Selain itu, hal yang sama berlaku untuk senter bahkan sinar matahari yang sangat terang. Menatap langsung pada matahari, di sisi lain memang bukanlah ide yang bagus untuk kesehatan mata. “Tetapi para bayi dengan sendirinya akan mengalihkan pandangan mereka, saat tak sengaja menatap matahari langsung,” ungkapnya.

Satu-satunya hal yang perlu dijauhkan dari anak-anak untuk melindungi penglihatan adalah laser pointer. Levin menjelaskan bahwa cahaya dari benda ini dapat merusak retina. Pasalnya laser merupakan sumber cahaya yang sangat terfokus sehingga dapat menyebabkan luka bakar. Meski begitu, saat laser pointer tertuju pada wajah bayi, tak perlu khawatir selama tak mengenai matanya.

Gita Riyanti, fotografer Amore yang sudah enam tahun bergelut menekuni pemotretan bayi berusia 5-14 hari memberikan sedikit tips. Pertama, usia bayi tidak boleh melebih 14 hari untuk berpose sebab akan kaget tubuh anak tersebut. Kedua, posisi foto bayi sudah ada dan sering digunakan sehingga tidak boleh mencoba-coba posisi baru.

"Posisinya sudah ada dan sudah kita pelajari. Kita (fotografer) juga sudah mendapat pelatihan dulu di Amerika Serikat sebelum memulai bekerja memotret bayi usia 5-14 hari," kata Gita di studio Amore Darmawangsa Square, Jakarta.

Tak hanya itu, Gita juga menceritakan berbagai tantangan dalam proses pengambilan gambar. Paling utama adalah mengikuti ritme kegiatan bayi yang sering menangis meminta ASI. Selain itu, menanti waktu yang tepat saat pengambilan pose bayi tidur atau bangun tidur. "Kita harus sabar menunggu momen yang pas. Itu biasanya yang lama, kalau sesi motretnya biasanya cepat," kata Gita.

Jadi, keputusan kembali pada orang tua sekarang. Anda tertarik?

Baca juga artikel terkait MATA BAYI atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Zen RS