tirto.id - Kota Palembang merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan sekaligus sebagai ibukota provinsi. Palembang memiliki sejarah panjang sebagai salah satu kota tertua di Indonesia yang sudah berumur setidaknya 1337 tahun, berdasarkan prasasti Sriwijaya.
Palembang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan Melayu yang memerintah sebagian dari Nusantara bagian barat dan menguasai rute perdagangan maritim, khususnya di Selat Malaka. Wilayah Palembang tergabung dalam Hindia Belanda pada 1825 usai penghapusan Kesultanan Palembang.
Status kota Palembang resmi diberikan pada 1 April 1906 pada zaman Hindia Belanda. Kini, kota Palembang menjadi salah satu kota terbesar di Sumatra dan Indonesia. Bahkan, kota Palembang juga telah menjadi tuan rumah dari beberapa acara internasional, termasuk Pesta Olahraga Asia Tenggara 2011 dan Pesta Olahraga Asia 2018.
Asal-Usul Nama Kota Palembang
Ada beberapa versi menarik terkait asal-usul nama kota Palembang. Tentu, asal-usul nama kota Palembang tidak bisa dilepaskan dari sejarahnya. Lantas, bagaimana asal-usul kota Palembang?
Salah satu versi sejarah menyebut bahwa asal-usul nama kota Palembang berasal dari kata "lembang", yang berarti dataran rendah atau tanah yang terendam air. Kata “lembang” mengacu pada kondisi geografis Palembang lantaran berada di dataran rendah dan sering tergenang air.
Penyebutan "lembang" memang sesuai dengan topografi wilayah Palembang. Menurut topografinya, kota Palembang cukup potensial dikelilingi air hingga terendam. Sumber air ini berasal dari sungai, rawa, serta air hujan.
Tak ayal, saat ini masih terdapat 52,24 % tanah di Palembang yang tergenang air. Kondisi topografi inilah yang diperkirakan menjadi inspirasi para nenek moyang dan pendahulu untuk menamakan kota ini dengan nama Palembang.
Dalam bahasa melayu, "Pa" atau "Pe" sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Adapun kata "lembang" atau "lembeng" berarti tanah yang rendah, atau lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (merujuk kamus Melayu).
Sementara itu, menurut Bahasa Melayu-Palembang, "lembang" atau "lembeng" adalah genangan air. Dengan demikian, Palembang bisa disebut sebagai tempat yang digenangi oleh air.
Versi lain menyebutkan bahwa "Palembang" berasal dari kata "pa" yang berarti tempat dan "lembang" yang berarti melintang. Penamaan ini tampaknya menggambarkan posisi kota yang melintang di sepanjang Sungai Musi.
Sejarah Terbentuknya Kota Palembang
Berdasarkan beberapa sumber sejarah, Kota Palembang diyakini telah berdiri sejak abad ke-7. Oleh karena itu, kota Palembang dinyatakan sebagai salah satu kota tertua di Indonesia. Jika demikian, lalu kapan berdirinya kota Palembang?
Bukti sejarah terkait berdirinya kota Palembang adalah penemuan prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 682 M. Lokasi penemuan ada di Bukit Siguntang dan disebut-sebut sebagai tonggak berdirinya Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang pernah berjaya di Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya menjadikan Palembang sebagai pusat kekuasaannya sehingga menjadi kota yang sangat penting di kawasan Asia Tenggara. Narasi sejarah ini yang menjawab pertanyaan kenapa Palembang disebut kota Sriwijaya.
Kota Palembang tidak hanya menjadi pusat politik Sriwijaya, melainkan juga pusat perdagangan, agama, dan kebudayaan. Palembang bergabung ke dalam Hindia Belanda pada tahun 1825 usai penghapusan Kesultanan Palembang. Perkembangan berikutnya adalah pemberian status kota yang berlangsung pada 1 April 1906.
Uniknya, penyematan status kota untuk Palembang pada 1 April 1906 tidak dianggap sebagai tanggal lahir kota Palembang. Jadi, sebenarnya kapan tanggal lahir kota Palembang?
Tanggal lahir Kota Palembang diperingati setiap 17 Juni yang diambil berdasarkan peringatan penemuan Prasasti Kedukan Bukit. Tanggal ini dianggap sebagai hari jadi kota yang menandai awal mula sejarah panjang Palembang sebagai pusat peradaban dan perdagangan Asia Tenggara.
Letak Geografis Kota Palembang, Luas, dan Jumlah Penduduknya
Kota Palembang terletak di bagian tenggara Pulau Sumatera. Letak tepatnya secara geografis di tepi sungai Musi, sungai yang memisahkan kota menjadi dua bagian, yakni Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Penghubungnya ialah jembatan Ampera yang sekaligus menjadi ikon kota Palembang.
Letak geografis kota Palembang bisa dikatakan strategis karena berada di tepi sungai Musi yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar-wilayah. Posisi ini membuat Palembang menjadi kota pelabuhan penting sejak zaman dahulu.
Luas wilayah Palembang meliputi area seluas 400,61 km2 atau 40.061 Ha yang secara administrasi terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan. Berdasarkan pembagian administrasi, kota Palembang berbatasan dengan:
-Sebelah utara: Kabupaten Banyuasin
-Sebelah timur: Kabupaten Banyuasin
-Sebelah barat: Kabupaten Banyuasin
-Sebelah Selatan: Kabupaten Ogan Ilir dan Muara Enim
Secara geografis, posisi kota Palembang terletak antara 20 52’ sampai 30 5’ lintang selatan dan 1040 37’ sampai 1040 52’ bujur timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak kota Palembang terbilang strategis karena dilalui jalur jalan lintas Pulau Sumatra yang menghubungkan antar-daerah di pulau Sumatra.
Jumlah penduduk kota Palembang 1,7 juta jiwa dan menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di Sumatra setelah Medan. Jumlah penduduk yang padat di Palembang menunjukkan kota ini sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, serta perdagangan di Sumatra Selatan.
Apalagi, Palembang juga berkedudukan sebagai ibukota provinsi. Palembang tidak hanya menjadi pusat administratif, tetapi juga pusat ekonomi yang dinamis. Ada berbagai sektor industri yang berkembang di Palembang. Mulai dari industri tekstil, kuliner, hingga pariwisata.
Warisan budaya juga terus dijaga di Palembang, seperti mempertahankan tradisi dan seni. Beberapa di antaranya, yakni tradisi perahu bidar, rumah limas, dan kuliner khas Palembang, yakni pempek yang juga menjadi ikon kuliner khas Palembang.
Kota Palembang memainkan peran penting dalam sejarah dan ekonomi Indonesia. Kekayaan budaya dan sejarahnya tak ayal membuat Palembang menjadi salah satu kota berpengaruh di Indonesia.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Ahmad Yasin & Yulaika Ramadhani